Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH FAKTOR ABIOTIK TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT KARET DAN METODE PERAMALAN EPIDEMI Tri Rapani Febbiyanti
Warta Perkaretan Vol. 39 No. 2 (2020): Volume 39, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4104.576 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v39i2.729

Abstract

Faktor iklim yang meliputi suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan, dan angin sangat menentukan perkembangan penyakit. Secara umum, Indonesia memiliki kondisi iklim yang sangat sesuai bagi semua perkembangan penyakit karet. Namun, dari sekian banyak faktor iklim tersebut, suhu, kelembaban dan curah hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit tanaman. Faktor tersebut banyak digunakan dalam peramalan timbulnya epidemi suatu penyakit tanaman. Sampai saat ini, peramalan epidemi penyakit karet masih terbatas hanya berdasarkan metode pengamatan langsung dan tidak langsung(dengan data iklim) dan dirasakan belum sempurna. Saat ini telah dikembangkan peramalan e pidemi penyakit dengan menggunakan model analisis matematik berdasarkan hubungan faktor iklim dan perkembangan penyakit karet pada berbagai penyakit lain. Hal ini sangat membantu dalam mengembangkan manajemen pengendalian penyakit tersebut dan upaya antisipasi akan timbulnya epidemi penyakit. Dalam tulisan ini diuraikan pengaruh faktor iklim terhadap perkembangan penyakit karet dan beberapa metode peramalan akan timbulnya epidemi penyakit tersebut sebagai landasan antisipasi untuk mencegah timbulnya epidemi atau kerusakan berat oleh penyakit tersebut. Peramalan untuk penyakit daun karet mengggunakan model pengamatan langsung dan analisis data iklim dengan menggunakanfungsi TE. Peramalan penyakit akar dengan menggunakan persamaan regresi berdasarkankematian tanaman pada tahun tertentu dan pola simple interest disease. Peramalan untuk penyakit cabang batang dengan menggunakan data curah hujan yang dihubungkan denganperkembangan patogen sehingga akan dihasilkan kurva sigmoid atau kurva-s dan pola compound interest disease.
KARAKTERISASI ISOLAT PESTALOTIOPSIS PADA KARET (Hevea brasiliensis) MENGGUNAKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN MOLEKULER Tri Rapani Febbiyanti; Radite Tistama; Yudiarto Sarsono
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 40, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v39i2.798

Abstract

Penyakit gugur daun Pestalotiopsis yang disebabkan oleh Pestalotiopsis sp. pada tanaman karet telah menjadi penyakit yang merugikan sejak tahun 2017 di pertanaman karet Indonesia. Hampir semua klon rekomendasi dan semua stadia tanaman karet terserang penyakit yang mengakibatkan penurunan produksi lateks. Informasi patogen mengenai karakter morfologi dan molekuler diperlukan untuk mengetahui siklus hidup dan biologi patogen tersebut. Penelitian ini bertujuan mendeteksi spesies Pestalotiopsis yang menyerang tanaman karet di wilayah Sumatra Selatan secara morfologi dan molekuler. Sampel daun yang terinfeksi penyakit gugur daun diambil dari Kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet, Desa Lalang Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Pusat Penelitian Karet dan Laboratorium Mikologi dan Biomolekuler Karantina Tumbuhan, Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP), Jakarta pada bulan April hingga Desember 2019. Metode pada penelitian ini diawali pengambilan sampel dari beberapa tanaman inang yang bergejala, kemudian dilakukan isolasi pada media PDA, dimurnikan, kemudian dilakukan identifikasi morfologi pada masing-masing isolat, selanjutnya dilakukan analisa PCR dan hasil PCR yang terpilih dilanjutkan dengan sequencing. Hasi penelitian ini menunjukkan morfologi Pestalotiopsis dibedakan berdasarkan bentuk konidia, ukuran konidia, jumlah septat, warna pigmen, serta bentuk sel basal dan sel tengah. Spesies Pestalotiopsis yang diperoleh berdasarkan pengamatan morfologi yaitu P. microspore, P. linearis, P. quepinii, P. kunmingensis, P clavate, dan P. cocos. Hasil amplifikasi cendawan daun karet ini diperoleh 7 jenis isolat yang memiliki ukuran pita DNA yang berbeda, dan diperoleh 2 jenis cendawan gugur daun dari hasil sequensing yaitu Pseudopestalotiopsis coccos strain CBS 272,29 dan Neopestalotiopsis cubana strain CBS 600,96.
KONDISI FISIOLOGIS DAN PRODUKSI TANAMAN KARET YANG TERSERANG PESTALOTIOPSIS DENGAN PEMBERIAN PUPUK DAN APLIKASI FUNGISIDA Tri Rapani Febbiyanti; Radite Tistama
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 39, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v39i2.799

Abstract

Penyakit gugur daun (PGD) Pestalotiopsis menyebabkan pengguguran daun yang terus-menerus terutama jika patogen menyerang pada periode pembentukan daun muda (flush) setelah gugur daun alami. Pembentukan daun baru yang berulang menyebabkan gangguan fisiologis pada tanaman karet, terutama pada tanaman muda. Pada tanaman belum menghasilkan, pembentukan dan pengguran daun muda yang berulang yang disebabkan oleh penyakit gugur daun seringkali menyebabkan stres fisiologi dan perkembangan lilit batang terhambat sehingga memperlambat matang sadap. Pada tanaman menghasilkan, pembentukan dan pengguguran daun muda yang berulang akibat PGD Pestalotiopsis ini mengakibatkan kerapatan kanopi dan penurunan produksi yang signifikan sehingga perlu diketahui kondisi fisiologis tanaman akibat PGD Pestalotiopsis melalui aplikasi pupuk dan fungisida. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian pupuk dan aplikasi fugisida terhadap kondisi fisiologi dan produksi tanaman yang terserang PGD Pestalotiopsis. Penelitian menggunakan klon GT 1 yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet Sembawa, Sumatra Selatan. Hasil pengamatan di lapangan terlihat, defoliasi terjadi mulai bulan Januari hingga Mei 2019, pengguguran tajuk lebih dari 60%, sehingga tajuk yang tertinggal di pohon hanya sekitar 30%. Pada bulan Mei 2020 pengguguran mencapai 70% pada perlakuan kontrol. Tingginya intensitas penyakit ini karena kepekatan spora patogen di udara masih tinggi dan sumber infeksi dari inang lain juga masih banyak. Keparahan serangan sangat dipengaruhi kondisi iklim, tahun dengan iklim basah lebih tinggi tingkat serangannya. Hasil lateks diagnosis (LD) pada bulan Juni 2020 menunjukkan kondisi aktivitas metabolisme lateks relatif sama antar perlakuan yaitu optimal dengan maksimal. Hasil produksi memperlihatkan peningkatan setelah Januari 2020 pada semua perlakuan, sedangkan pada hasil perlakuan kontrol sedikit mengalami peningkatan yang memiliki korelasi dengan persentase kanopi. Penurunan kanopi pada Februari 2020 tidak banyak berpengaruh terhadap produksi, bahkan penurunan kanopi mayor di April 2020 belum menurunkan hasil karet. Pengurangan hasil karet terjadi Juni 2020 pada saat gugur daun alami terjadi dan mencapai produksi terendah Agustus sampai September 2020 di saat daun muda mulai muncul. Produksi karet sudah mulai meningkat setelah satu bulan pembentukan daun, dimana pada umur daun ini fotosintesis sudah mulai pulih dan sukrosa sudah didistribusikan dalam jumlah yang cukup ke pembuluh lateks (latisifer). Aplikasi fungisida dengan cara fogging memberikan pengaruh luas kanopi dan produksi yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.