Titik Yuniarti
Dokter Umum Rumah Sakit Umum Sabang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI KONDISI SOSIAL EKONOMI PENGRAJIN BESI DI DESA MONTONG GAMANG KECAMATAN KOPANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH: SOCIOECONOMIC CONDITIONS OF IRON CRAFTSMEN IN MONTONG GAMANG VILLAGE, KOPANG SUB-DISTRICT, CENTRAL LOMBOK DISTRICT Ali, Jefry; Yuniarti, Titik; Agustiani , Eka
Jurnal Konstanta Vol. 2 No. 2 (2023): Jurnal Konstanta : Ekonomi Pembangunan
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/konstanta.v2i2.697

Abstract

Kondisi sosial ekonomi merupakan kondisi yang berhubungan dengan masyarakat, kebutuhan masyarakat dan cara pemenuhan kebutuhannya. Kondisi sosial ekonomi pengrajin besi di Desa Montong Gamang, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah dipengaruhi oleh beberapa aspek yang diantaranya pendapatan, tingkat kesehatan, kondisi tempat tinggal, Pendidikan, dan Transportasi. kondisi sosial ekonomi sejalan dengan indikator tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk meneliti kondisi sosial ekonomi pengrajin besi dan tingkat kesejahteraan pengrajin besi di Desa Montong Gamang Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah dilihat dari kondisi sosial ekonominya. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Deskriptif. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Montong Gamang, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah, dengan kriteria berusia di atas 20 – 60 tahun, sehingga total sampelnya 42 responden. Alat analisis data yang digunakan adalah Deskriptif persentase. Hasil penelitian ini yaitu berdasarkan tingkat pendapatan, pengrajin besi dikatakan kurang sejahtera, selain itu berdasarkan tingkat Pendidikan, kondisi tempat tinggal dikatakan cukup sejahtera sedangkan berdasarkan tinggal dan kemudahan akses transportasi dikatakan sejahtera. Dalam hal ini alasan mengapa tidak ada peningkatan dalam pendapatan adalah disebabkan oleh tidak adanya inovasi baru dalam produksi hasil kerajinan. Pengrajin hanya terfokus pada permintaan konsumen dengan menghasilkan produk homogen. Sehingga diperlukannya inovasi baru dalam pembuatan dan penjualan produk kerajinan. Penelitian ini terbatas pada tingkat pendapatan, kesehatan, kondisi tempat tinggal, Pendidikan, dan tranportasi sehingga perlu dikembangakan variabel lain agar lebih mendalam, seperti seperti; aspek kebudayaan, pengalaman kerja, pengetahuan dasar dan lain-lain.
Malaria Pasca Tsunami di Pulau Weh Siahaan, Lambok; Yuniarti, Titik
Kesmas Vol. 2, No. 5
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bencana tsunami melanda Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004, selain meningkatkan kejadian luar biasa (KLB) malaria juga memunculkan daerah-daerah endemis malaria. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan prevalensi penderita malaria di Pulau Weh, pasca Tsunami pada akhir 2004. Penelitian dilakukan secara ‘cross sectional’. Diagnostik malaria ditegakkan berdasarkan pemeriksaan apusan darah (mikroskopik). Ditemukan penurunan kasus malaria di Pulau Weh. Prevalensi penderita malaria yang diperoleh adalah 15,3%. Dari semua penderita malaria, 41,4% tanpa gejala klinis demam. Penderita yang tidak mengalami gejala klinis demam tersebut, umumnya mempunyai gejala klinis badan pegal, pusing, gangguan pencernaan dan lemas. Penurunan prevalensi malaria dalam penelitian ini dapat saja terjadi oleh karena perbedaan cara dalam menetapkan diagnosa dan waktu pengambilan data yang tidak dilakukan pada “musim malaria”. Tsunami disaster that occured in Nanggroe Aceh Darussalam on 26 December 2004, has increased malaria outbreak and emerged new malaria endemic areas. The study was conducted to obtain malaria prevalence after tsunami in Weh island. The design used in this study is cross-sectional. Malaria was diagnosed through blood examination (microscopic). The study found reducing malaria cases in Weh Island. The prevalence of malaria in this study was 15.3%. Among all malaria patients, there were 41.4% who did not get fever. Those without fever, usually suffered from myalgia, headache. Abdominal discomfort and weakness. The decrease malaria prevalence in this study could be caused by either differences in diagnostic method or timing of data collection.