Sri Harti
Institut Seni Indonesia Surakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PELATIHAN GARAP CATUR : GELIAT SANGGAR DHEMES DI MASA PANDEMI Sri Harti
Abdi Seni Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/abdiseni.v12i1.3880

Abstract

Sanggar Dhemes adalah salah satu sanggar di Sukoharjo yang aktif dalam kegiatan pembinaan kesenian. Sanggar ini terus berkembang dan diminati masyarakat luas. Siswa sanggar tidak hanya berasal dari Kabupaten Sukoharjo, tetapi ada juga siswa yang berasal dari luar kota, bahkan sudah mulai berekspansi ke luar provinsi. Sanggar ini sudah memiliki seperangkat gamelan pelog, gamelan slendro, satu kotak wayang, dan tempat latihan yang cukup memadai. Masalah yang dihadapi Sanggar Dhemes adalah kurangnya tenaga pengajar karena di bidang Pedalangan hanya Ki Wiji Santosa yang menjadi pelatihnya. Ia merasa kewalahan dan tidak bisa menangani semuanya. Ki Wiji Santosa juga merasa tidak dapat mencakup semua elemen Pedalangan. Sanggar juga memiliki masalah pada jumlah koleksi wayang. Berdasarkan permasalahan sanggar, maka diadakan pelatihan oleh dosen dan mahasiswa. Metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah, apresiasi, dan demonstrasi. Berdasarkan metode tersebut, pelatihan yang telah dilaksanakan selama 4 bulan ini berhasil membimbing siswa Sanggar Dhemes untuk dapat menguasai materi dengan baik.Sanggar Dhemes adalah salah satu sanggar di Sukoharjo yang aktif dalam kegiatan pembinaan kesenian. Sanggar ini terus berkembang dan diminati masyarakat luas. Siswa sanggar tidak hanya berasal dari Kabupaten Sukoharjo, tetapi ada juga siswa yang berasal dari luar kota, bahkan sudah mulai berekspansi ke luar provinsi. Sanggar ini sudah memiliki seperangkat gamelan pelog, gamelan slendro, satukotakwayang,dan tempat latihan yang cukup memadai.Masalah yang dihadapi Sanggar Dhemes adalah kurangnya tenaga pengajarkarena di bidang Pedalangan hanya Ki Wiji Santosa yang menjadi pelatihnya. Ia merasa kewalahan dan tidak bisa menangani semuanya. Ki Wiji Santosa juga merasa tidak dapat mencakup semua elemen Pedalangan. Sanggar juga memiliki masalah pada jumlah koleksi wayang. Berdasarkan permasalahan sanggar, maka diadakan pelatihan oleh dosen dan mahasiswa. Metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah, apresiasi, dan demonstrasi. Berdasarkan metode tersebut, pelatihan yang telah dilaksanakan selama 4 bulan ini berhasil membimbing siswa Sanggar Dhemes untuk dapat menguasai materi dengan baik.
Penciptaan Lakon Pancakusuma Labuh dalam Upaya Penyampaian Nilai-nilai Keteladanan Seorang Negarawan Muhammad Setyo Mukti Wicaksono Mukti Wicaksono; Sri Harti
Lakon Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang Vol. 20 No. 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/lakon.v20i2.5857

Abstract

Pancakusuma Labuh is a creation that raises the issue of nationalism with the figure of Pancakusuma. The creation of this work aims to offer ideas as a mirror of life that upholds exemplary values in the life of the nation and state. Moreover, this creation intends to increase the vocabulary of garap lakon Pakeliran. In the process of creating, the creators use the concept of pakeliran padat and the aesthetic concept of nuksma and mungguh as a frame for the performance. To create the artwork of Pancakusuma Labuh, Alma Hawkins’ method of work creation was used, that is exploration, improvisation, and creation of artworks. The result of this artistic work is a wayang kulit performance lakon Pancakusuma Labuh which actualizes exemplary values in the form of nationalism values, bawalaksana values, and dedication values.