Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Muatan Nilai-nilai Multikultural dan Antimultikultural dari Mimbar Masjid di Kota Solo Zakiyuddin Baidhawy
Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol 21, No 2 (2014): Analisa Journal of Social Science and Religion
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18784/analisa.v21i02.13

Abstract

Abstract This research aims to identify the scope of religious sermons and materials in different mosques in Solo, and identify multicultural and anti-multicultral aspects presented in sermons. Using qualitative method and content analysis, the research found the following conclusions: First, the diversity of communities—ethnic, cultural, or religious— has received little attention from the preacher at various mosques and majelis taklim. Second, in addition to multicultural values, sermons and religious lectures contains some values of anti-multicultural, such as prejudice and stereotypes against other groups, particularly in relation to the non-Muslim and western countries. Third, the sermons material and religious lectures implied the intensity of purification. Along with the movement, religious preaching implied resistance to local culture (Java), which is considered as the main source of religious impurity. Finally, the development trend of Islam in Solo implies religious radicalization as reflected in hostility towards the local culture, foreigners and non-Muslims.Keywords: multiculturalism, antimulticulturalism, radicalism, mosque, religious speech AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lingkup materi khotbah agama dan khotbah di masjid-masjid dan majelis taklim di Solo, dan mengidentifikasi aspek-aspek multikultural dan anti-multikultural yang disampaikan dalam khotbah dan ceramah. Riset ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan analisis isi. Studi ini menemukan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, keragaman masyarakat—etnis, budaya, atau agama—mendapat sedikit perhatian dari pengkhotbah di berbagai masjid dan majelis taklim. Kedua, di samping nilai-nilai multikultural, khotbah dan ceramah keagamaan berisi beberapa nilai-nilai anti-multikultural, seperti prasangka dan stereotip terhadap kelompok lain, khususnya dalam hubungan dengan non-Muslim dan negara-negara barat. Ketiga, materi khotbah dan ceramah keagamaan tersirat intensitas gerakan pemurnian. Seiring dengan gerakan, berkhotbah keagamaan tersirat perlawanan terhadap budaya lokal (Jawa), yang dianggap sebagai sumber utama ketidakmurnian agama. Akhirnya, perkembangan Islam di Solo menyiratkan kecenderungan radikalisasi agama sebagaimana tercermin dalam sikap permusuhan terhadap budaya lokal, orang asing, dan non-Muslim.Kata kunci: multikulturalisme, anti-multikulturalisme, radikalisasi, masjid, ceramah keagamaan
DINAMIKA RADIKALISME DAN KONFLIK BERSENTIMEN KEAGAMAAN DI SURAKARTA Zakiyuddin Baidhawy
Studia Philosophica et Theologica Vol 10 No 2 (2010)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/spet.v10i2.91

Abstract

This paper tries to search for religious portrait that supports the process of radicalization which is potential in rising social fragmentation; and to study process and dynamics of conflicts, and ethnic, social-economic, political, and intra and inter-religious based radicalism. This study finds out that: Firstly, Surakarta has been known as burning city in political and SARA issues in Central Java and national level. Facts has shown that since 1910 this city witnessed mass riots and amok which are nuanced by ethnic, religious, and political issues. Indeed, some riots outspread their excess and influences to other cities around, such as May 1998 and October 1999 tragedies. Secondly, ideologically Surakarta is one of the well known cities as the breeding ground of radical Islamic groups, and Javanese traditional belief (Kejawen), and they who still firmly grasp their ancestor values influenced by both Kasunanan and Mangkunegeran kingdoms. Lastly, some religious based conflicts and violence and terrorism seem to be contemporary trend of radicalism in Solo.
DINAMIKA RADIKALISME DAN KONFLIK BERSENTIMEN KEAGAMAAN DI SURAKARTA Zakiyuddin Baidhawy
Ri'ayah: Jurnal Sosial dan Keagamaan Vol 3 No 02 (2018): Agama dan Kepemimpinan
Publisher : Pascasarjana IAIN Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.063 KB)

Abstract

This paper tries to search for religious portrait that supports the process of radicalization which is potential in rising social fragmentation; and to study process and dynamics of conflicts, and ethnic, social-economic, political, and intra and inter-religious based radicalism. This study finds out that: Firstly, Surakarta has been known as burning city in political and SARA issues in Central Java and national level. Facts has shown that since 1910 this city witnessed mass riots and amok which are nuanced by ethnic, religious, and political issues. Indeed, some riots outspread their excess and influences to other cities around, such as May 1998 and October 1999 tragedies. Secondly, ideologically Surakarta is one of the well known cities as the breeding ground of radical Islamic groups, and Javanese traditional belief (Kejawen), which still firmly grasp their ancestor values influenced by both Kasunanan and Mangkunegeran kingdoms. Lastly, some religious based conflicts and violence and terrorism seem to be contemporary trend of radicalism in Solo.
Muatan Nilai-nilai Multikultural dan Antimultikultural dari Mimbar Masjid di Kota Solo Zakiyuddin Baidhawy
Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol 21, No 2 (2014): Analisa Journal of Social Science and Religion
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.987 KB) | DOI: 10.18784/analisa.v21i02.13

Abstract

Abstract This research aims to identify the scope of religious sermons and materials in different mosques in Solo, and identify multicultural and anti-multicultral aspects presented in sermons. Using qualitative method and content analysis, the research found the following conclusions: First, the diversity of communities—ethnic, cultural, or religious— has received little attention from the preacher at various mosques and majelis taklim. Second, in addition to multicultural values, sermons and religious lectures contains some values of anti-multicultural, such as prejudice and stereotypes against other groups, particularly in relation to the non-Muslim and western countries. Third, the sermons material and religious lectures implied the intensity of purification. Along with the movement, religious preaching implied resistance to local culture (Java), which is considered as the main source of religious impurity. Finally, the development trend of Islam in Solo implies religious radicalization as reflected in hostility towards the local culture, foreigners and non-Muslims.Keywords: multiculturalism, antimulticulturalism, radicalism, mosque, religious speech AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lingkup materi khotbah agama dan khotbah di masjid-masjid dan majelis taklim di Solo, dan mengidentifikasi aspek-aspek multikultural dan anti-multikultural yang disampaikan dalam khotbah dan ceramah. Riset ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan analisis isi. Studi ini menemukan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, keragaman masyarakat—etnis, budaya, atau agama—mendapat sedikit perhatian dari pengkhotbah di berbagai masjid dan majelis taklim. Kedua, di samping nilai-nilai multikultural, khotbah dan ceramah keagamaan berisi beberapa nilai-nilai anti-multikultural, seperti prasangka dan stereotip terhadap kelompok lain, khususnya dalam hubungan dengan non-Muslim dan negara-negara barat. Ketiga, materi khotbah dan ceramah keagamaan tersirat intensitas gerakan pemurnian. Seiring dengan gerakan, berkhotbah keagamaan tersirat perlawanan terhadap budaya lokal (Jawa), yang dianggap sebagai sumber utama ketidakmurnian agama. Akhirnya, perkembangan Islam di Solo menyiratkan kecenderungan radikalisasi agama sebagaimana tercermin dalam sikap permusuhan terhadap budaya lokal, orang asing, dan non-Muslim.Kata kunci: multikulturalisme, anti-multikulturalisme, radikalisasi, masjid, ceramah keagamaan