Alfred Jonathan Susilo
Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH VOID PADA PENAMPANG TIANG FONDASI TERHADAP P-Y CURVE Dave Laurent; Alfred Jonathan Susilo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 1, Nomor 2, November 2018
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v1i2.2676

Abstract

Analisa daya dukung lateral merupakan aspek penting dalam perancangan fondasi untuk mengantisipasi kegagalan fondasi tiang. Salah satu metodenya adalah p-y curve yang merupakan pengembangan dari metode Balok pada Fondasi Winkler. Metode p-y curve memodelkan tanah sebagai pegas non-linier. Metode ini diperkenalkan oleh McClelland dan Focht pada tahun 1956 dalam bentuk kurva hubungan reaksi tanah dengan defleksi akibat beban lateral. Metode p-y curve lebih umum digunakan karena tahap pengerjaannya yang tidak rumit jika dibandingkan dengan metode lainnya dan hasilnya dapat diandalkan. Akan tetapi, metode p-y curve tidak memperhitungkan pengaruh bentuk penampang karena tiang disederhanakan menjadi model tiang satu dimensi dengan pendekatan empiris. Penelitian ini membandingkan pengaruh lubang pada penampang spun pile dan tiang baja tubular terhadap p-y curve menggunakan metode yang diusulkan oleh Georgiadis (2010) dengan p-y curve yang dibentuk dengan program LPILE. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa p-y curve untuk tiang dengan penampang solid lebih kaku daripada tiang dengan penampang void.
ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG AKSIAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN POTENSI LIKUIFAKSI Randy Dewangga Lokananta; Alfred Jonathan Susilo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 1, Nomor 1, Agustus 2018
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v1i1.2268

Abstract

Likuifaksi yang terjadi menyebabkan kerugian materiil dan non-materiil yang sangat besar. Kerusakan dapat berdampak pada infrastruktur yang berada di permukaan, seperti bangunan, jalan, bendungan, jembatan, dan sebagainya. Analisis potensi likuifaksi menggunakan metode Tsuchida (1970), “Chinese Criteria”, Seed et al (2003), dan Bray & Sancio (2004). Selain itu digunakan rasio tegangan siklik (CSR) dan rasio hambatan siklik (CRR) untuk analisis potensi likuifaksi. Perencanaan bangunan pondasi sebaiknya memperhitungkan faktor likuifaksi karena dapat mempengaruhi daya dukung tiang. Dengan factor keamanan 2.5, dilakukan analisis dengan mengabaikan friksi pada selimut tiang dan menambahkan beban akibat gesekan selimut negatif. Maka daya dukung yang didapatkan sebesar 395.327 ton per satu tiang. Daya dukung dari hasil analisis lebih besar dari daya dukung yang didapat dari perencana, yaitu sebesar 350 ton.
PERBANDINGAN PENURUNAN KONSOLIDASI PADA TANAH YANG BELUM DIPERBAIKI SERTA YANG DIPERBAIKI DENGAN PRELOADING DAN PEMANCANGAN KELILING Wilson Wilson; Alfred Jonathan Susilo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 1, Nomor 2, November 2018
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v1i2.2675

Abstract

Tanah merupakan salah satu hal yang harus diperhatian di dalam perencanaan pembangunan. Pada umumnya tanah memerlukan perbaikan dalam suatu proses konstruksi. Tetapi masih ditemui beberapa proyek pembangunan yang tidak menggunakan metode perbaikan tanah. Pada beberapa kasus perbaikan atau modifikasi tanah dapat meningkatkan daya dukung dan stabilitas tanah. Jika daya dukung meningkat maka jumlah tiang pancang yang digunakan dapat menjadi lebih efisien. Penurunan tanah akibat beban bangunan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindari dalam konstruksi gedung bertingkat tinggi. Maka dibutuhkan metode perbaikan tanah yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada bangunan akibat penurunan tersebut. Pada penelitian ini dibatasi oleh metode prapembebanan dan pemancangan keliling. Salah satu contohnya adalah metode yang memanfaatkan timbunan untuk mempercepat proses pemampatan tanah. Metode perbaikan lain yang dimodifikasi adalah metode pemancangan keliling. Metode ini memanfaatkan tiang yang dipancang ke dalam tanah untuk mengurangi volume udara. Besar penurunan konsolidasi awal untuk tanah yang diperbaiki dengan timbunan serta pemancangan keliling masing-masing adalah 3,74 meter dengan timbunan setinggi 3 meter dan 5,2 meter untuk kedalaman tiang 50 meter. Perubahan angka pori berpengaruh terhadap besar penurunan konsolidasi. Nilai angka pori tanah yang dipadatkan akan menjadi lebih kecil sehingga besar penurunan konsolidasi yang dialami oleh tanah akan ikut berkurang. Dengan pembangunan lantai di bawah permukaan tanah sebagai lahan parkir maka tanah akan menerima beban parkiran sebesar 60 ton dari hasil perencanaan. Maka dari itu, nilai besar konsolidasi tanah setelah dikenai beban terhadap tanah yang tidak diperbaiki serta tanah yang diperbaiki dengan drainase vertikal berupa timbunan dan metode pemancangan keliling masing-masing adalah 0,26 meter, 0,213 meter dan 0,205 meter.
PENGECEKAN PENAMPANG FONDASI TIANG TERHADAP FENOMENA LIKUIFAKSI AKIBAT GEMPA Kefas Januar; Alfred Jonathan Susilo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 5, Nomor 4, November 2022
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v5i4.20269

Abstract

Liquefaction is a phenomenon that can cause failure of the foundation. One type of foundation used is a pile foundation and it is necessary to check the effect of liquefaction. Checking the cross section of the pile foundation against the influence of liquefaction is done by varying the size and geometry of the cross section. First, check the liquefaction potential of the soil layer. Then, the axial bearing capacity is calculated without and with the influence of liquefaction. After that, the finite difference analysis on the foundation is carried out with the help of the program to obtain the lateral displacements and internal forces of the pile followed by control of the permissible lateral displacement and the capacity of the pile foundation. The results show that the foundation has failed axial bearing capacity and does not meet the requirements for moment capacity. After increasing the number of piles, the lateral displacements and shears for drilled shafts with a diameter of 1000 mm in all column positions meet the requirements for the permissible shear and lateral displacement capacities. In addition, driven piles with dimensions of 350 x 350 mm and 500 x 500 mm only meet the requirements for shear capacity. Abstrak Likuifaksi merupakan fenomena yang dapat menyebabkan kegagalan pada fondasi. Salah satu jenis fondasi yang digunakan adalah fondasi tiang dan perlu dilakukan pengecekan terhadap pengaruh likuifaksi. Pengecekan penampang fondasi tiang terhadap pengaruh likuifaksi dilakukan dengan melakukan variasi terhadap ukuran dan geometri penampang. Pertama, dilakukan pengecekan potensi likuifaksi dari lapisan tanah. Kemudian, dilakukan perhitungan daya dukung aksial tanpa dan dengan pengaruh likuifaksi. Setelah itu, analisis beda hingga pada fondasi dilakukan dengan bantuan program untuk mendapatkan perpindahan lateral dan gaya-gaya dalam tiang yang dilanjutkan dengan kontrol terhadap perpindahan lateral yang diizinkan dan kapasitas dari fondasi tiang. Hasil menunjukkan bahwa fondasi mengalami kegagalan daya dukung aksial dan tidak memenuhi syarat untuk kapasitas momen. Setelah dilakukan penambahan jumlah tiang, perpindahan lateral dan geser untuk tiang bor dengan diameter 1000 mm di semua posisi kolom memenuhi persyaratan kapasitas geser dan perpindahan lateral yang diizinkan. Selain itu, tiang pancang dengan dimensi 350 x 350 mm dan 500 x 500 mm hanya memenuhi persyaratan untuk kapasitas geser. 
ANALISIS PERBANDINGAN DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PADA TANAH BERBUTIR HALUS DAN TANAH BERBUTIR KASAR PADA N-SPT 30 Indah Wati; Alfred Jonathan Susilo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 5, Nomor 4, November 2022
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v5i4.20273

Abstract

Foundation is the lowest part of the structure that bear all the loads of the building above it. To create a solid building, the foundation must be designed and worked thorough and carefully. Standard penetration test is one of the methods used to determine the parameters of the soil where the building will be built. In designing the foundation, it is often found that the foundation is designed to reach hard soil with N-SPT = 50 even though the soil at N-SPT = 30 is also hard soil. This study aims to analyze the axial bearing capacity and the settlement of spun pile and boring pile that occur on fine-grained soils and coarse-grained soils at N-SPT = 30. This analysis is reviewed in areas in Cikarang. The methods used in calculating the bearing capacity of the spun pile are Meyerhof and Vesic. The methods used in calculating the bearing capacity of bored piles are Reese & Wright and O-Neil. The results of this study will show that the bearing capacity of coarse-grained soils are bigger than fine grained soil and the settlement of coarse-grained soils are bigger than fine coarse-grained soils Abstrak Fondasi merupakan bagian paling bawah dari struktur yang berfungsi memikul seluruh beban bangunan yang ada di atasnya. Untuk menciptakan bangunan yang kokoh, fondasi harus dirancang dan dikerjakan dengan teliti dan hati-hati. Standard penetration test merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui parameter-parameter tanah dimana akan dibangun bangunan. Dalam mendesain fondasi, sering kali dijumpai fondasi yang dirancang hingga mencapai tanah keras dengan N-SPT = 50 walaupun tanah pada N-SPT = 30 juga merupakan tanah keras. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya dukung askial dan penurunan fondasi tiang pancang dan tiang bor yang terjadi pada tanah berbutir halus dan tanah berbutir kasar pada N-SPT = 30. Analisis ini ditinjau pada daerah di Cikarang. Metode yang digunakan dalam perhitungan daya dukung spun pile adalah Meyerhof dan Vesic. Pada daya dukung bored pile digunakan metode Reese & Wright dan O-Neil & Reese. Hasil penelitian ini akan menunjukkan daya dukung pada tanah berbutir kasar memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan tanah berbutir halus dan penurunan pada tanah berbutir kasar memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan tanah berbutir halus.
PERENCANAAN SISTEM PENUNJANG UNTUK MENGATASI PENAMBAHAN DEFORMASI DINDING DIAFRAGMA PADA PROYEK GALIAN BASEMEN Monica Michelle Susanto; Alfred Jonathan Susilo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 5, Nomor 4, November 2022
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v5i4.20292

Abstract

Although has been widely used, cases of diaphragm wall collapse in basemen excavation project still occur sometimes. The collapse of diaphragm wall usually preceded by excessive lateral deformation of the diaphragm wall. This study discussed a case of excessive lateral deformation of the diaphragm wall in a 12 meter deep excavation project. Excessive deformation occurs when the excavation is at -11 meter depth. The amount of deformation occurred is 86.17 mm, while the allowable deformation limit is 84 mm. To prevent the wall from collapsing, excavation support system will be installed with ground anchor and strut as the options. Based on the analysis result, ground anchor can reduce the lateral deformation to 63.32 mm, while struts can reduce the lateral deformation to 67.72 mm. Thus, ground anchor will be recommended as the main option because it generates smaller deformation. However, the length of ground anchor required is very large and shall be installed outside project area so there is a possibility that ground anchor can not be applied. Although struts generates greater deformation than ground anchor, struts is recommended as a backup option that can be used because the struts components are only installed inside the excavation hole. Abstrak Meskipun telah sering digunakan, kasus kegagalan dinding diafragma pada galian basemen masih kerap terjadi. Keruntuhan dinding diafragma biasanya diawali dengan penambahan deformasi lateral yang berlebihan hingga dinding akhirnya runtuh. Penelitian ini membahas salah satu kasus deformasi berlebihan dinding diafragma pada suatu poyek galian sedalam 12 meter. Deformasi berlebihan terjadi ketika galian mencapai elevasi -11 meter. Deformasi yang terjadi adalah 86.17 mm sementara batas defleksi yang diizinkan adalah 84 mm. Untuk mencegah keruntuhan dinding, perbaikan akan dilakukan dengan menambahkan sistem penunjang (support system). Opsi sistem penunjang yang akan dipasang berupa ground anchor dan struts. Berdasarkan hasil analisis, ground anchor dapat mengurangi deformasi dinding menjadi 63.32 mm, sedangkan struts dapat mengurangi deformasi dinding menjadi 67.72 mm. Dengan demikian, ground anchor menjadi opsi utama yang direkomendasikan karena menghasilkan deformasi yang paling kecil. Akan tetapi, panjang komponen ground anchor yang diperlukan cukup besar hingga harus dipasang di luar lahan milik proyek. Akibatnya, terdapat kemungkinan ground anchor tidak dapat dipasang dan harus diambil opsi lain untuk mengantisipasi hal tersebut. Meskipun deformasi yang dihasilkan struts lebih besar dibandingkan ground anchor, komponen struts hanya dipasang di dalam lahan proyek. Dengan demikian, struts direkomendasikan sebagai opsi cadangan untuk digunakan apabila ground anchor tidak dapat diterapkan pada proyek.
ANALISIS PERBANDINGAN DESAIN INCLINED RETAINING WALL PADA KONDISI TANAH JENUH DAN TANAH TIDAK JENUH Federick Luanga; Alfred Jonathan Susilo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 5, Nomor 4, November 2022
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v5i4.20298

Abstract

The decreasing of available land cause skyscraper building must construct a basement for the parking area and others facilities. Embedded retaining walls such as contiguous piles, secant piles, and diaphragm wall is usually used for basement construction to prevent soil failure at the adjacent excavation. However, embedded retaining structures need large properties and lateral supporting systems to prevent deflection of the wall from the massive lateral earth pressure. As a result, it requires significant construction costs, making practitioners and academics in Indonesia to provide the solution for constructing a basement with affordable construction costs. One of the methods proposed in this study is to tilt the retaining wall towards the active earth pressure so the earth pressure can be decreased. As a result, the material properties and the deflection of the wall can be reduced. Furthermore, the inclined retaining wall could also minimize the usage of lateral supporting systems such as strut and ground anchor. This method will optimize the expenditure for the material and wall reinforcement. The results show inclined retaining wall is more effective in reducing deformation. Abstrak Ketersediaan lahan yang semakin berkurang membuat gedung-gedung tinggi memanfaatkan galian bawah tanah berupa basement untuk dijadikan sebagai tempat parkir atau fasilitas lainnya. Konstruksi basement sendiri memerlukan dinding penahan tertanam (embedded walls) berupa contiguous piles, secant piles dan dinding diafragma untuk mencegah keruntuhan tanah di sekitar galian. Akan tetapi, konstruksi dinding basement memerlukan penampang dimensi yang besar serta perkuatan tambahan pada dinding untuk menahan tekanan lateral tanah yang besar. Akibatnya, biaya konstruksi yang dibutuhkan semakin besar dan membuat praktisi dan akademisi di Indonesia memikirkan solusi agar dapat tetap membangun basement dengan biaya konstruksi yang terjangkau. Pada penelitian ini, salah satu cara yang akan diusulkan adalah dengan memiringkan dinding penahan tanah ke arah tekanan tanah aktif sehingga membuat tekanan tanah yang bekerja pada dinding tereduksi. Dengan berkurangnya tekanan lateral tanah pada dinding, ukuran penampang dan deformasi dari dinding dapat tereduksi. Selain itu, perkuatan dinding yang biasanya berupa strut atau ground anchor dapat berkurang jika mengunakan inclined retaining wall. Hal tersebut akan membuat biaya konstruksi yang dikeluarkan untuk material dan perkuatan dinding tidak terlalu besar.