Andryan Suhendra
Universitas Tarumanagara

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR DAN METODE PENGENDALIANNYA (STUDI KASUS PROYEK JALAN DI JAMBI) Edric Suryajaya; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 4, November 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i4.6189

Abstract

Provinsi Jambi merupakan salah satu wilayah di Indonesia merupakan yang rawan bencana tanah longsor. Tanah longsor dapat dipicu oleh berbagai faktor, yaitu gempa, vegetasi dan iklim. Kenaikan muka air tanah menyebabkan tanah menjadi jenuh, sehingga kuat geser tanah berkurang. Analisis kestabilan lereng dibutuhkan untuk mengetahui faktor keamanan dari bidang longsor yang potensial. Analisis kestabilan menggunakan metode elemen hingga, sehingga pemodelan dapat dilakukan lebih kompleks mulai dari tahapan konstruksi hingga kenaikan muka air tanah. Pada saat melakukan analisis kestabilan lereng, kondisi lereng sebelum dan sesudah diberi perkuatan akan dikombinasikan dengan muka air tanah yang bervariasi, muka air tanah dinaikan sebesar 1 m dan 2 m dari kondisi awal. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fluktuasi muka air tanah terhadap kestabilan. Dari hasil analisis yang dilakukan pada lereng alami di proyek jalan kerinci sangaran agung, Provinsi Jambi, didapatkan nilai faktor keamanan 0,8779, hal ini menunjukkan lereng tersebut tidak stabil sehingga membutuhkan perkuatan. Kemudian dilakukan perkuatan lereng menggunakan terasering, bronjong, dan soil nailing. Dari hasil analisis faktor keamanan pada lereng yang sudah diberi perkuatan, bronjong dipilih sebagai metode pengendalian tanah longsor yang sesuai. Bronjong dipilih karena lebih stabil terhadap fluktuasi muka air tanah, hal ini dapat dilihat dari nilai faktor keamanan tetap diatas 1,5. Kemudian pada permukaan yang tidak diberi perkuatan, ditanami rumput vetiver untuk membantu pencegahan erosi pada tanah.
ANALISIS PENGARUH METODE PERBAIKAN TANAH VACUUM PRELOADING TERHADAP STRUKTUR ABUTMENT DI SEKITARNYA Steven Djunawan; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil VOLUME 4, NOMOR 3, AGUSTUS 2021
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v0i0.12568

Abstract

Soft soil in Indonesia is problematic in infrastructure development because of its low bearing capacity and takes a long time to consolidate. In general, the method used to overcome soft soil is vacuum preloading combined with prefabricated vertical drain, PVD. The purpose of the initial loading is to consolidate the soft soil layer with a load equal to or greater than the soil load during and after construction. Meanwhile, vertical can support the consolidation process. However, this method can also cause lateral movement which also affects the area outside the repair. Thus, it is necessary to model the influence distance analysis from the circumference of the repair area outside the repair. Analysis and modeling using 2D finite program elements that will be compared with results in field. The results of the comparison of the settlement for 260 days shows a different chart pattern but a corresponding final settlement. The modeling shows that the largest influence distance due to the lateral movement is cell 2, which is 11,23mTanah lunak di Indonesia menjadi problematika pada pembangunan infrastruktur dikarenakan daya dukung yang rendah serta memakan waktu penurunan konsolidasi yang lama. Pada umumnya, perbaikan tanah yang digunakan untuk mengatasi tanah lunak adalah vacuum preloading yang dikombinasikan dengan prefabricated vertical drain, PVD. Tujuan pembebanan awal adalah untuk mengkonsolidasikan lapisan tanah lunak dengan beban sama atau lebih besar dari beban tanah selama dan setelah konstruksi. Sementara drainase vertikal dapat mempercepat proses konsolidasi. Namun, metode ini juga dapat penyebabkan pergerakan lateral yang juga mempengaruhi area diluar perbaikan. Sehingga, dibutuhkan pemodelan analisis jarak pengaruh dari keliling daerah perbaikan ke daerah luar perbaikan. Analisis dan pemodelan menggunakan program elemen hingga 2D yang akan dibandingkan dengan hasil lapangan. Hasil perbandingan penurunan selama 260 hari menunjukan pola grafik yang berbeda namun penurunan akhir yang sesuai. Pemodelan menunjukan jarak pengaruh terbesar akibat pergerakan lateral berada pada cell 2 yaitu 11,23m.
ANALISIS STABILITAS BACK-TO-BACK MECHANICALLY STABILIZED EARTH WALLS (STUDI KASUS JALAN LAYANG DI SULAWESI SELATAN) Yordan Salim; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil VOLUME 4, NOMOR 3, AGUSTUS 2021
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v0i0.12582

Abstract

In urban areas, the requirement for roads is always increasing. This has resulted in various problems such as limited land so that it needs to construct a proper retaining wall. The type of retaining wall that will be discussed is back-to-back mechanically stabilized earth walls. The author analyzes the minimum reinforcement length required for the stability of the retaining wall structure. The author also analyzes the use of backfill material from back-to-back mechanically stabilized earth walls. In this study, two types of backfill materials were used, sand and laterite. The author analyzes the stability of the structure using manual calculations and with software based on finite element methods with several differences in the reinforcement length of the geogrid. In manual analysis obtained the tensile force that occurs in the geogrid and the safety factor for the external stability. In the analysis using the software obtained the safety factor and deformation that occurs in the structure. The results of this study are the minimum ratio of reinforcement length to height, that is L = 0.66H for sand and L = 0.6H for laterite. The requirement of geogrid tensile capacity for laterite is smaller than for sand.Keywords: reinforcement length, mechanically stabilized earth walls, geogrid, safety factorPada daerah perkotaan, kebutuhan akan jalan selalu meningkat. Hal ini mengakibatkan berbagai masalah seperti keterbatasan lahan sehingga perlu konstruksi dinding penahan tanah yang tepat. Jenis dinding penahan tanah yang akan dibahas adalah back-to-back mechanically stabilized earth walls. Penulis menganalisis panjang penjangkaran minimum yang diperlukan untuk statbilitas struktur dinding penahan tanah. Penulis juga menganalisis penggunaan material timbunan dari back-to-back mechanically stabilized earth walls. Pada penelitian ini digunakan dua jenis material timbunan yaitu pasir dan tanah merah. Penulis menganalis kestabilan dari struktur menggunakan perhitungan manual dan dengan software berbasis metode elemen hingga dengan beberapa variasi panjang penjangkaran dari geogrid. Pada analisis manual, diperoleh gaya tarik yang terjadi pada geogrid dan faktor keamanan dari stabilitas eksternal struktur. Pada analisis menggunakan program diperoleh faktor keamanan dan deformasi yang terjadi pada struktur. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu rasio panjang penjangkaran terhadap tinggi minimum yaitu L = 0,66H pada pasir dan L = 0,6H untuk tanah merah. Kebutuhan kapasitas tarik geogrid untuk tanah merah lebih kecil daripada pasir.Kata kunci: panjang penjangkaran, mechanically stabilized earh walls, geogrid, faktor keamanan
ANALISIS DAYA DUKUNG FONDASI ENLARGED BASE BERDASARKAN DATA N-SPT DENGAN PROGRAM MICROSOFT EXCEL Renaldi Caecario; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 2, Mei 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i2.4302

Abstract

Secara umum fungsi fondasi adalah untuk meneruskan gaya yang diterimanya ke tanah dasar fondasi. Fondasi dalam  digunakan apabila lapisan tanah keras terletak sangat dalam, untuk itu tipe fondasi yang cocok adalah tiang tahanan ujung sebagai penerus beban melalui ujungnya ke lapisan keras yang memiliki kuat dukung tinggi. Pada penulisan ini yang akan dibahas adalah tiang bor yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium. Berbeda dengan tiang bor lurus, tiang bor yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium akan memiliki daya dukung ujung lebih besar, karena pada prinsipnya bagian ujung fondasi dalam yang memiliki bentuk trapesium sama seperti fondasi dangkal. Jadi fondasi tiang bor yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium adalah fondasi dangkal yang diteruskan ke dalam tanah sampai mencapai tanah keras. Pada penulisan ini akan dilakukan analisis daya dukung vertikal dan penurunan seketika mengenai fondasi yang ujungnya diperbesar atau fondasi enlarged base. Karena perhitungan fondasi enlarged base lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan menghitung fondasi tiang bor lurus, untuk mempermudah perhitungan akan dibuat dalam bentuk spreadsheet dengan program Microsoft Excel, yang akan menghasilkan perhitungan daya dukung selimut, daya dukung ujung, daya dukung ultimit, daya dukung ijin, dan penurunan seketika fondasi enlarged base. Dan untuk mengetahui apakah hasil perhitungan spreadsheet tersebut dapat di andalkan, akan dilakukan perbandingan dengan software komputer lain.
PENGARUH KENAIKAN KUAT GESER TANAH TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN DI ATAS TANAH LEMPUNG LUNAK JENUH AIR Candra Ismail Alhakim; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 4, November 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i4.6168

Abstract

Proses konsolidasi tanah merupakan peristiwa yang berupa pemampatan tanah yang disebabkan oleh beban diatasnya maupun beban tanah sendiri. Peristiwa ini juga menyebabkan naiknya kuat geser tanah. Oleh karena itu di dalam skripsi ini dicoba untuk mensimulasikan beban berupa timbunan dan menganalisis akibat dari beban timbunan tersebut pada tanah lunak dibawahnya dan menganalisis hasil dari peningkatan kuat geser terhadap kestabilan timbunan. Penelitian dimulai dengan pengolahan data tanah untuk mendapatkan parameter void ratio, kemudian dilanjutkan dengan mencari peningkatan kuat geser berdasarkan peningkatan derajat konsolidasi, dan kemudian dilannjutkan dengan menghitung stabilitas timbunan pada setiap ketinggian kemudian didapatkan hasil angka keamanan pada tinggi timbunan 3 m sebesar 3,985 pada tinggi timbunan 5 m sebesar 2,961 dan pada tinggi 7 m sebesar 2,378.
EFEKTIVITAS DINDING PENAHAN TANAH PADA PROYEK DI BOGOR Juan Sebastian; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 4, November 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i4.6192

Abstract

Dinding penahan tanah yang paling umum digunakan adalah dinding gravitasi. Walaupun dinding gravitasi paling umum digunakan, tetapi masih banyak jenis dinding penahan tanah yang dapat digunakan, seperti dinding kantilever, bronjong, dan geogrid. Dilakukan perhitungan stabilitas global, guling, geser, dan daya dukung tanah. Setelah itu akan dilakukan perhitungan biaya untuk dibandingkan dinding penahan tanah jenis apa yang paling efisien. Penelitian ini dilakukan dengan perhitungan menggunakan program berbasis metode elemen hingga, pada penelitian ini membahas mengenai stabilitas dinding penahan tanah pada kondisi setelah pemasangan dinding penahan tanah. Pada salah satu proyek di Bogor dengan Angka faktor keamanan stabilitas global untuk keempat dinding penahan tanah berkisar dianta 1,5 – 1,6. Angka faktor keamanan geser, guling, dan daya dukung tanah gravity wall 6,84; 11,4; dan 8,15. Angka keamanan cantilever wall 7,6; 17,7; dan 9,07. Angka keamanan bronjong 7,6; 5,2; dan 14,1. Angka keamanan geogrid 8,1; 14,5; dan 23,5. Dari hasil analisis keempat jenis dinding penahan tanah yang didesain, keempatnya telah memenuhi ketahanan stabilitas global, guling dan geser. Sementara dari sudut pandang biaya, dari hasil analisis keempat jenis dinding penahan tanah yang didapat bahwa dinding penahan tanah jenis geogrid memiliki harga yang paling ekonomis. Hasil desain dan analisis tergantung pada jenis dan kondisi tanah di lokasi proyek.
Studi Penggunaan Material Geosintetik Sebagai Konstruksi Alternatif Pada Proyek Dinding Penahan Tanah Cimanggis Matthew Ephraim; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 5, Nomor 1, Februari 2022
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v5i1.16537

Abstract

Retaining wall is a building structure that is used to hold the soil or provide stability to the soil to prevent the collapse of sloping soil or slopes whose ability cannot be guaranteed by the soil itself. To improve safety, reinforcement materials are used, namely geosynthetic materials in the form of geogrids which have capabilities equivalent to conventional methods such as reinforced concrete. It is also more resistant towards microbial attack because it is made of polymer material. This study was conducted to determine how much influence the anchorage length with 3 variations, namely normal, stepped wall, trapezoidal wall. The work begins with calculating slope stability using MIDAS GTS NX to calculate the overall safety factor and the deformation, then using manual calculation to calculate the safety factor against overturning and sliding. The results of the analysis shows that the safety factor based on calculations using MIDAS GTS NX ranges from 3 to 4 and based on manual calculations are 3.5 to 4.1 for sliding and 4 to 5.1 for rolling. From the results of the deformation analysis, it is found that the total deformation is in the range of 0.3 m to 0.4 m and for the horizontal in the range of 0.01 m to 0.025 m.Dinding penahan tanah adalah struktur bangunan yang digunakan untuk menahan tanah atau memberikan kestabilan pada tanah untuk mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemampuan tidak dapat dijamin oleh tanah itu sendiri. Untuk meningkatkan keamanan maka digunakan material perkuatan yaitu material geosintetik berupa geogrid yang memiliki kemampuan yang setara dengan metode konvensional seperti beton bertulang. Serta lebih kuat dari serangan mikroba karena terbuat dari bahan polimer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruhkan panjang penjangkaran dengan 3 variasi yaitu normal, stepped wall, trapezoidal wall. Pekerjaan dimulai dengan menghitung stabilitas tanah dengan penggunaan program metode elemen hingga berupa MIDAS GTS NX untuk mendapatkan faktor keamanaan secara keseluruhan serta menghitung deformasi yang terjadi, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan manual untuk mendapatkan faktor keamanan terhadap geser dan guling. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa faktor keamanan berdasarkan perhitungan melalui MIDAS GTS NX berkisar antara 3 hingga 4dan berdasarkan perhitungan manual yaitu 3,5 hingga 4,1 untuk geser dan 4 hingga 5,1 untuk guling. Dari hasil analisa deformasi didapatkan hasil untuk deformasi total pada kisaran 0,3 m hingga 0,4 m dan untuk horisontal pada kisaran 0,01 m hingga 0,025 m.
ANALISIS STABILITAS TIMBUNAN DI ATAS KONSTRUKSI TIANG DAN GEOSINTETIK MENGGUNAKAN PROGRAM ELEMEN HINGGA Yosia Firmansyah; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 3, Nomor 3, Agustus 2020
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v3i3.8525

Abstract

soft soil is a challenge for geotechnical engineer due to  the characteristics of the soil that cause over settlement. Geosynthetic reinforcement is used on piles to correct undesirable soft soil characteristics. This thesis will use the BS 8006 methods and 3D software that use the finite element method to compare the geosynthetic tensile strength and how geosynthetic influences the embankment. The author will use the 3D software in the hope that it will produce a more accurate analysis compared to the 2D software. This thesis will compare the calculation of the geosynthetic tensile strength with the finite element method and the BS 8006 method. This is done because the calculation method BS 8006 does not take into account the subgrade in analyzing the geosynthetic tensile strength. This geosynthetic material has been proven to reduce slippage and channel load to the pile. This reinforcement of poles and geocyntetics can increase embankment safety factor by at least 0.35. 
PENGARUH KEMIRINGAN FONDASI TIANG PANCANG BATTERED PILE PADA TANAH LEMPUNG DAN TANAH PASIR Swendrinata Suwardi; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 3, Nomor 2, Mei 2020
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v3i2.7057

Abstract

The Battered Pile  is one of the foundation designs that aims to increase the lateral bearing capacity of the foundation. Battered Pile are designed with a certain slope that aims to increase the lateral capacity of the soil. The type of soil used will affect the lateral capacity of the pole. Calculation of bearing capacity of the pile is carried out on the condition of clay and sand soils at slope 00 to +200. The calculation results will then be analyzed to understand the effects that occur. The calculation results will be presented in the p-y curve method. The use of this method is expected to make it easier to understand the characteristics of Battered Pile for soil conditions. Based on the analysis it was found that an increase in the  capacity of the pile up to 23% in the slope of 100 to 150. Sand soil in conditions below the surface of the ground water will have a linear carrying capacity and have a lower deflection value when compared to clay soil at a depth of 2 meters. But at a depth of 16 meters, clay has a point where it has a lower deflection value compared to sandy soil.AbstrakTiang pancang Battered Pile merupakan salah satu rekasaya fondasi yang bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lateral fondasi. Tiang Battered Pile dipancang dengan kemiringan tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lateral tanah. Jenis tanah yang digunakan akan mempengaruhi daya dukung lateral tiang. Perhitungan daya dukung tiang dilakukan pada kondisi tanah lempung dan tanah pasir pada kemiringan 00 hingga +200. Hasil perhitungan kemudian akan dianalisis untuk memahami pengaruh yang terjadi. Hasil perhitungan akan disajikan dalam metode p-y curve. Penggunaan metode ini diharapkan dapat memudahkan dalam memahami karakteristik tiang Battered Pile terhadap kondisi tanah. Berdasarkan analisis didapatkan bahwa terjadi peningkatan daya dukung tiang hingga 23% pada kemiringan 100 hingga 150. Tanah pasir pada kondisi di bawah permukaan air tanah akan mengalami kenaikan daya dukung secara linier  dan memiliki  nilai lendutan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tanah lempung pada kedalaman 2 meter. Tetapi pada kedalaman 16 meter, tanah lempung memiliki titik dimana memiliki nilai lendutan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tanah pasir.
ANALISIS DAYA DUKUNG FONDASI DANGKAL PADA TANAH BERLAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BERBASIS ELEMEN HINGGA Hansel Ronaldo; Andryan Suhendra
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 3, Nomor 3, Agustus 2020
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v3i3.8372

Abstract

Generally, foundation can be classified into shallow foundation and deep foundation. There are some methods to analyze the bearing capacity of foundation such as Meyerhof method and finite element method. The purpose of this study was to compare the bearing capacity value generated by these methods. There are some factors that affect the bearing capacity of foundation, therefore the author wants to analyze some factors such as upper layer soil thickness, soil consistency and foundation footing. The analysis results show that the bearing capacity of shallow foundation generated by finite element method experiences the biggest difference up to 28% compared to Meyerhof method. Bearing capacity of soft-stiff soil has the largest increase of up to 50% compared to soft-medium soil. Meanwhile at the medium-stiff soil has the largest increase up to 161% compared to soft-medium soil. The value of  bearing capacity differs according to the upper layer soil thickness too. At 2.5 meters thick, the value of bearing capacity decrease up to 19% compared to 2 meters thick and decrease up to 160% compared to 1,5 meters thick. The bearing capacity value also varies depends on the footing type. Square footing was increased 0 – 17% compared to rectangular footing. Fondasi secara umum terbagi atas fondasi dangkal dan dalam. Ada beberapa metode untuk menganalisa daya dukung fondasi seperti metode Meyerhof dan metode elemen hingga. Dalam penulisan ini penulis ingin membandingkan nilai daya dukung pada metode tersebut. Ada beberbagai faktor yang mempengaruhi nilai daya dukung fondasi, oleh karena itu penulis ingin menganalisa beberapa faktor yang mempengaruhi daya dukung fondasi seperti tebal lapisan atas, konsistensi tanah dan bentuk fondasi terhadap daya dukungnya. Dari hasil perbandingan, kapasitas daya dukung dengan menggunakan metode elemen hingga memperoleh hasil lebih besar hingga 28% jika dibandingkan dengan metode Meyerhof. Kapasitas daya dukung pada metode elemen hingga memiliki hasil perbedaan terbesar. Kapasitas daya dukung pada tanah lunak-kaku mengalami kenaikan terbesar hingga 50% dibandingkan pada tanah lunak-sedang. Sementara itu kapasitas daya dukung pada tanah sedang-kaku mengalami kenaikan terbesar hingga 161%. Kapasitas daya dukung juga berbeda tiap tebal lapisan atas yang ditinjau. Pada tebal lapisan atas sebesar 2,5 meter, kapasitas daya dukungnya mengalami penurunan terbesar hingga 19% dibandingkan pada tebal lapisan atas sebesar 2 meter dan penurunan hingga 160% dibandingkan pada tebal lapisan atas sebesar 1,5 meter. Bentuk fondasi juga mempengaruhi kapasitas daya dukung. Kapasitas daya dukung pada fondasi berbentuk bujur sangkar mengalami kenaikan 0 – 17% dibandingkan dengan fondasi berbentuk persegi panjang.