Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Konsep Belis dalam Tradisi Perkawinan Masyarakat di Manggarai Timur; Perspektif Perbandingan Mazhab Hanafi dan al-Syafi’i Darmiyanto Darmiyanto; Azman Arsyad
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.19180

Abstract

Artikel ini membahas tentang konsep belis dalam tradisi perkawianan masyarakat desa Manga Mbaling Kabupaten Manggarai Timur. Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan syar’i. Adapun sumber data penelitian ini adalah sunber data primer yaitu tokoh adat, tokoh agama, tokoh pendidik dan sumber data sekunder yaitu Al-Qur’an, hadis, fiqh, buku, jurnal, dan literatur yang berkaitan dengan  pembahasan skripsi ini. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lalu, teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Tata cara pemberian belis dalam perkawinan msayarakat Desa Nanga Mbaling. Dalam hal ini, pihak laki-laki mendatangi rumah orang tua perempuan untuk meminta persetujuan agar hubungan dengan anak perempuannya dapat direstui oleh kedua orang tua perempuan. Setelah itu, kedua orang tua laki-laki mendatangi rumah orang tua perempuan untuk membicarakan belis. Ketika sudah ditentukan waktu pemberian belis, maka pihak keluarga laki-laki menyiapkan belis yang sudah disepakati dan membawanya sesuai waktu yang telah di sepakati. Setelah tata cara pemberian belis tersebut dilakukan maka kedua pihak menentukan hari perkawinan. 2) Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Pendidik tidak ada perbedaan pendapat mengenai belis. Dalam hal ini, belis tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena dalam tradisi belis di Desa Nanga Mbaling melakukan kesepakatan antara kedua belah pihak keluarga laki-laki dan keluarga perempuan dalam menentukan belis. Dengan kata lain, agama tetap berlaku dan belis tetap berlaku. Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Kepada masyarakat Desa Nanga Mbaling sebaiknya tidak mempersulitkan belis karena pada dasarnya perkawinan merupakan ibadah yang di permudah oleh ajaran agama. 2) Apabila pihak keluarga laki-laki tidak sanggup dengan penetapan belis oleh keluarga perempuan, maka pihak keluarga perempuan melihat kesanggupan pihak keluarga laki-laki dengan tata acara adat yang  mempermudah.Kata Kunci : Belis, Tradisi, Perkawinan
TEKNIK INTERPRETASI LINGUISTIK DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN Azman Arsyad
Jurnal Tafsere Vol 4 No 2 (2016)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (778.046 KB)

Abstract

Linguistik sangat berhubungan dengan teks, makna kata dan prase, sintaksis pada prase. Secara umum linguistic dan dan tata bahasa sangat berhubungan dengan teks. Dalam dunia Tafsir al-Qur’an, linguistik juga mencakup ilmu Qira’ah, suatu ilmu yang mempelajari jenis dan cara membaca al-Qur’an. Dalam beberapa aspek al-Qur’an memerlukan media metodologis di dalam memahami konsep dan gagasan yang terkandung di dalammnya, maka linguistic pada level ini dipandang sebagai teknik interpretasi yang dapat memudahkan seseorang di dalam menangkap konsep dan gagasan al-Qur’an. Salah satu teknik lingusitik dalam memahami gagasan al-Qur’’an adalah matsal (perumpamaan). Melalui matsal, al-Qur’an mengungkapkan idenya berdasarkan apa yang sudah sangat akrab dengan tradisi awal kedatangan risalah Islam. Bagaikan kehidupan imaji, matsal mampu menjelaskan sesuatu secara jelas di mana jika dengan teknik lain terkadang sangat sulit dipahami dan dimengerti.