Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS JARAK ANTAR PERLINTASAN SEBIDANG JALUR KERETA API CIKARANG - CIKAMPEK Abadi Sastrodiyoto; Edi Waluyo; Santausa Purnama; Juliaman Pangaribuan; Uriansyah Uriansyah
Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Transportasi Darat Vol 6 No 1 (2015): June 2015
Publisher : Politeknik Transportasi Darat Indonesia - STTD Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.465 KB)

Abstract

Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus, terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut, baik untuk orang maupun barang, menghemat energi, menghemat penggunaan ruang, mempunyai faktor keselamatan yang tinggi. Mengingat karakteristik dan keunggulan tersebut, maka perkeretaapian terus dikembangkan dan dilakukan peningkatan sarana dan prasarana perkeretaapian, yang ditandai dengan telah dioperasikannya rel ganda Jalur Utara Jakarta-Surabaya pada tahun 2014 yang lalu dan pembangunan rel ganda Jalur Selatan Jakarta-Surabaya yang saat ini sedang dikerjakan dan ditargetkan selesai pada tahun 2017. Di samping itu pada saat ini juga secara bertahap telah dioperasikan lokomotif yang dibeli oleh PT Kereta Api Indonesia sebanyak 100 unit, dan 1.000 unit gerbong datar untuk peti kemas, serta 1.200 unit kereta rel listrik (KRL). Pembelian lokomotif tersebut untuk meningkatkan angkutan kereta api khususnya angkutan batu bara di Sumatera Selatan yang ditargetkan 25 juta ton per tahun pada 2020, sedangkan pembelian gerbong datar tersebut untuk meningkatkan angkutan peti kemas hingga 1 juta peti kemas per tahun. Kemudian pembelian KRL untuk memenuhi target angkutan penumpang kereta api di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi sebanyak 1,2 juta orang per hari pada 2019. Dengan penambahan jumlah prasarana dan sarana perkeretaapian untuk angkutan orang dan barang tersebut, tentunya akan berakibat pada peningkatan frekuensi perjalanan kereta api dari Jakarta menuju Bandung, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Purwokerto,Yogyakarta, Solo, Bojonegara, Madiun dan Surabaya dan begitu sebaliknya, terutama yang melalui Jalur Kereta Api Cikarang-Cikampek. Jalur Kereta Api Cikampek-Cikarang atau sebaliknya tersebut merupakan pertemuan jalur kereta api dari arah Cirebon dan dari arah Bandung, sehingga frekuensinya lebih padat daripada jalur yang lainnya. Pada Jalur Kereta Api Cikarang-Cikampek terdapat 10 perlintasan sebidang resmi.
ANALISIS KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN PEDESAAN KABUPATEN BEKASI Subarto Subarto; M. Guntur; Firga Ariani; Santausa Purnama; Wisnu Wardana
Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Transportasi Darat Vol 7 No 1 (2016): June 2016
Publisher : Politeknik Transportasi Darat Indonesia - STTD Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.953 KB)

Abstract

Kabupaten Bekasi dengan Karakter wilayah yang luas dan sebaran penduduk yang relatif merata menyebabkan kebutuhan terhadap angkutan umum memiliki karakteristik unik, sehingga diperlukan analisa tentang sebaran pelayanan jaringan trayek terhadap sebaran penduduk belum lagi kebutuhan jumlah armada pada jam sibuk dan jam tidak sibuk yang sangat berbeda sesuai dengan permintaan. Asumsi yang digunakan saat ini dalam hal penyediaan armada angkutan umum adalah tetap untuk setiap waktu, sehingga pada waktu jam tidak sibuk banyak angkutan umum mempunyai faktor isian (load factor) rendah, sedangkan pada jam sibuk faktor isian yang terjadi tinggi. Di samping itu, rute angkutan umum yang baik harus dapat menjangkau seluruh wilayah dan memenuhi kepentingan beberapa pihak terkait seperti penumpang (user), pengelola (operator) dan pemerintah (regulator) yang pada umumnya kepentingan tersebut saling bertolak belakang. Misalnya, penumpang menginginkan jumlah armada yang sebesar mungkin sehingga waktu menunggu menjadi minimal dan faktor isian angkutan umum serendah mungkin. Angkutan yang beroperasi lebih dari yang diijinkan oleh pemerintah, sedangkan tingkat operasi berada dibawah 100 % artinya tidak semua kendaraan yang diizinkan digunakan sebagai kendaraan operasi. Hal ini disebabkan permintaan angkutan penumpang yang relatif sedikit, sehingga kendaraan yang beroperasi lebih sedikit. Hampir seluruh zona di wilayah Kabupaten Bekasi memiliki nilai rendah (dibawah standar) apabila dilihat dari analisis jangkauan pelayanan. Pengembangan dan penataan trayek untuk meningkatkan aksebilitas dan jangkauan pelayanan terutama pada zona taruma jaya, zona babelan, zona sukawangi yang saat ini sangat minim pelayanan angkutan umum.
PENGARUH DIMENSI, MUATAN TERHADAP JUMLAH BERAT YANG DIIJINKAN MOBIL BAK MUATAN TERBUKA Juliaman Pangaribuan; Abadi Sastrodiyoto; Santausa Purnama; Nur Aini Boer; Sudirman Anggada
Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Transportasi Darat Vol 7 No 2 (2016): December 2016
Publisher : Politeknik Transportasi Darat Indonesia - STTD Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.054 KB)

Abstract

Berbagai tipe dan ukuran kendaraan mobil barang setiap hari beroperasi di jalan, mulai dari truk dengan gandar tunggal sampai dengan gandar tandem, triple serta dalam bentuk kereta tempelan dan gandengan telah diberikan izin beroperasi membawa berbagai macam komoditi dan hasil industri, namun sangat disayangkan perkembangan teknologi otomotif ini tidak diimbangi oleh pengetahuan dan informasi tentang peraturan dan dasar hukum tentang perancangan suatu desain kendaraan tertentu, yang pada akhirnya mengarah pada pelanggaran dimensi dan muatan dari kendaraan tersebut. Penelitian dilakukan melakukan pengumpulan data lapangan terkait dengan spesifikasi sumbu kendaraan barang dan jumlah berat yang diijinkan serta kesesuaian data yang berasal dari Jembatan Timbang untuk melihat fakta-fakta pelanggaran yang terjadi terkait dengan dimensi dan muatan kendaraan barang. Kendaraan barang yang menjadi objek pengukuran yaitu sampel kendaraan barang dengan beragam konfigurasi sumbu yang melakukan pengukuran di Jembatan Timbang Balong Gandu, Jawa Barat. Tahapan analisis terhadap hasil pengumpulan data lapanganyaitu analisa konfigurasi sumbu, analisa dimensi kendaraan, analisa dimensi bak muatan terbuka, analisa persentase beban sumbu, analisa daya rusak (damage factor) serta analisa perencanaan ukuran bak muatan terbuka menurut massa jenis komoditas. Berdasarkan hasil analisis didapatkan beberapa hipotesa atau temuan terhadap pelanggaran dimensi kendaraan khususnya kendaraan jenis III yaitu sebesar 4.438 dimensi Rear Over Hangatau sebesar 73% dari wheelbase. Untuk mengatasi permasalahan tersebut direkomendasikan untuk membuat batas ketinggian muatan pada kendaraan barang sesuai dengan jenis muatan yang diangkut yaitu 0,85 meter untuk barang curah, 1,5 meter untuk hasil bumi, dan 2 meter berdasarkan jenis komoditas lain.