Wahid Noor Jayn
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT : PELAJARAN DARI PROGRAM SEKOLAH IBU HEBAT TAHUN 2019-2020 Wahid Noor Jayn
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 4 No 2 (2021): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36859/jap.v4i2.434

Abstract

Penguatan peran perempuan tertuang dalam komitmen global yakni melalui Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Agenda ini merupakan upaya mengurangi ketimpangan dan ketertinggalan pembangunan dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Di Indonesia, TPB diadopsi menjadi Peraturan Presiden No 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Keterlibatan pemerintah menjadi hal yang krusial untuk mengatur dan memberikan arahan serta memfasilitasi kepentingan masyarakat. Namun demikian, keterlibatan swasta dan lembaga non-pemerintah juga tidak dapat diabaikan. Pada tahun 2019, BMH (Baitul Maal Hidayatullah) bekerja sama dengan Forum UMKM Kabupaten Bandung Barat menginisiasi program pemberdayaan perempuan yang diberi nama Sekolah Ibu Hebat. Program ini merupakan salah satu kepedulian BMH terhadap kaum perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya melalui pembekalan pelatihan dan keterampilan hingga memberikan bantuan modal usaha. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, penulis menemukan bahwa program pemberdayaan sosial-ekonomi yang dimotori oleh lembaga non-pemerintah ini memiliki tujuan yang sejalan dengan agenda TPB khususnya pemberdayaan perempuan dan ekonomi mikro dan bermuara pada semangat kolaborasi dan kemitraan (partnership). Menariknya, para pihak yang terlibat dalam kegiatan ini justru tidak menyadari bahwa mereka telah menerapkan--sekurang-kurangnya--agenda TPB
Dampak Sosio-Ekonomi Piala Dunia terhadap lingkungan domestik Brasil Wahid Noor Jayn
Dinamika Global : Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Vol 1 No 01 (2016): Dinamika Global : Jurnal Ilmu Hubungan Internasional
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.605 KB) | DOI: 10.36859/jdg.v1i01.13

Abstract

Sepakbola dan politik memang tidak berkaitan langsung. Namun, sepakbola bisa memberikan dampak politik berskala nasional bahkan internasional. Politisasi olahraga adalah upaya yang ‘lazim’ digunakan oleh para pemangku kepentingan. Dalam kasus tertentu, upaya politisasi olahraga khususnya sepakbola bisa dilakukan secara sistemik. Fenomena Dilma Rousseff di Brazil yang, selama tidak kurang dari 3 tahun terakhir sejak 2013, didesak mundur karena ‘kecerobohan’ dalam perumusan arah kebijakan nasional terakumulasi pada periode April – Mei yang lalu. Kekecewaan masyarakat terhadap Dilma disebabkan oleh lambannya perekonomian dalam negeri. Disamping itu, masalah sosial dan kesehatan seperti pengangguran, kriminalitas, kemiskinan, dan munculnya wabah penyakit serta kasus korupsi masif yang melibatkan para pejabat bahkan mantan Presiden Lula da Silva turut memperparah kondisi domestik. Ironisnya, janji-janji pembukaan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat yang akan meningkat seiring dengan akan digelarnya Piala Dunia 2014 tidak lebih dari sekedar harapan palsu. Penulis berpendapat bahwa demonstrasi dan tuntutan terhadap pemerintah memiliki kaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan Piala Dunia. Analisa pada tulisan ini didasarkan pada fenomena yang sedang terjadi untuk kemudian diperbandingkan dengan apa yang seharusnya dilakukan.
FAIR TRADE : MENUJU SEBUAH SISTEM PERDAGANGAN (BARU) BAGI NEGARA-NEGARA DI DUNIA Wahid Noor Jayn
Dinamika Global : Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Vol 4 No 01 (2019): Dinamika Global : Jurnal Ilmu Hubungan Internasional
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.013 KB) | DOI: 10.36859/jdg.v4i01.106

Abstract

As one of the ancient practices that are still ongoing to date, trade becomes a thing that goes hand in hand with human civilization. The meeting of interests between the seller and the buyer, the producer and the consumer is absolute by the principle of mutual benefit. Current inter-state trade practices are often considered to be detrimental to the Southern states. Supposedly, modernity and the advancement of science and technology make trade principles run in harmony and balance among stakeholders. Developed countries, geographically located in the Northern region, have reliable human resources. It is also supported by a strong financial and governance system. Nevertheless, Northern countries have limited natural resources. On the other hand, the Southern states are endowed with abundant natural wealth but have limitations in human resources. Essentially these two extremes can harmonize. Developed countries are criticized for playing a dual role in implementing their trade policies. In addressing these issues, Fair Trade as a social movement provides hope for the realization of trade justice and provides assurance for producers who come from developing countries in order to get a decent and sustainable life