ABSTRAK Makalah ini adalah sebuah refleksi kritis atas kompleksitas permasalahan perpustakaan sekolah secara umum di Indonesia dalam berhadapan dengan tantangan globalisasi dunia. Tantangan terbesar pada era globalisasi ialah perkembangan masyarakat harus selaras dengan kemajuan teknologi yang diikuti secara menyeluruh. Namun masih banyak kalangan yang kurang peduli akan perkembangan informasi. Oleh karena itu perlu ada pergerakan literasi informasi yang meningkatkan kemampuan literasi informasi pada kalangan ini sekaligus mempertahankan kualitas informasi literal kaum intelektual. Literasi informasi sebagai gerakan memposisikan pustakawan sebagai “agen” literasi dalam menyiapkan generasi yang melek informasi. Pustakawan, dalam hal ini pustakawan sekolah, menuntun pemustaka (siswa) untuk memilih dan menentukan informasi yang paling dibutuhkan dengan skala prioritas. Posisi tersebut tentu saja sangat sulit dan menuntut keahlian sehingga pustakawan selain harus memiliki pemahaman tentang pentingnya literasi informasi juga harus terus menerus meningkatkan kualitas sumber dayanya. Tenaga perpustakaan harus memiliki kemampuan mengajar, senantiasa memperbaharui pengetahuan (willingness to learn) dan memiliki kemampuan praktis serta selalu berupaya mengikuti perkembangan literasi informasi. Kualitas tidak hanya terbatas dalam kemampuan dalam menguasai pengetahuan saja tetapi juga mampu memahami peran serta perubahan yang terjadi secara cepat. Dengan kemajuan teknologi informasi peran pustakawan akan mengalami perubahan. Pustakawan dapat menjalankan peran barunya tetapi tidak harus meninggalkan peran kepustakawanannya. Keterampilan ini dapat diperoleh melalui pengajaran keterampilan literasi informasi. Semua keterampilan merupakan bagian dari tanggung jawab pustakawan di sekolah. Kata Kunci: pustakawan, perpustakaan sekolah, literasi informasi, globalisasi, pasar bebas