Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN ARAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN POTENSIAL TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI SEKITAR STASIUN TRANSIT LRT KOTA PALEMBANG Hendry Natanael Gumano
Jurnal Kacapuri : Jurnal keilmuan Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2020): JURNAL KACAPURI : JURNAL KEILMUAN TEKNIK SIPIL (Edisi Juni 2020)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jk.v3i1.3608

Abstract

Proses pembangunan di Kota Palembang dalam 10 tahun terkahir mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dibidang infrastruktutr transportasi, inftrastruktur transportasi yang paling menarik yakni Light Rail Transit (LRT). Angkutan massal transit berbasis rel ini menarik perhatian karena tidak semua kota-kota di Indonesia memilikinya dan diyakini mampu untuk menekan permasalahan macet arus lalu lintas perkotaan dan juga lebih berkelanjutan. Terkait dengan pembangunan berkelanjutan, perlu untuk mempertimbangkan sustainable urban mobility. Berbagai pendekatan dapat dilakukan dan salah satunya dengan pengembangan kawasan berorientasi transit (Transit Oriented Development) dengan memanfaatkan layanan infrastruktur transportasi berbasi rel. TOD dinilai mampu mewujudkan keberlanjutan mobilitas warga kota menjadi lebih cepat, aman, nyaman dan terjangkau serta sekaligus berperan dalam hal membentuk ruang kota yang semakin ramah lingkungan dan teratur (Cervero, 2014). Tujuan penelitian ini untuk menentukan arahan pengembangan kawasan TOD serta strategi perwujudan kawasan TOD pada 12 stasiun transit LRT Kota Palembang. Langkah awal melalui penilaian karakteristik kawasan melalui 4 prinsi TOD yakni diversity & destination, density, disntance & design dan demand management.  Hasil  dari  penialaian  yakni  tipologi  kawasan  potensial  TOD Kota (1 kawasan), TOD Sub-Kota ( 6 kawasan) dan TOD Lingkungan (5 kawasan). Adapun strategi pengembangan dalam mewujudkan kawasan TOD tersebut yakni : 1). Infill Development Site untuk kawasan TOD ST. Asrama Haji dan ST. Telkom, 2). Redevelopment Site & Infill Development Site untuk kawasan TOD ST. RSUD Prov, ST. Simp. Polda, ST. Deman, ST. Palembang Icon, ST. Diskhubkominfo, ST. Pasar Cinde, ST. Jembatan Ampera, ST. Polrestabes. 3). New Growth Area untuk kawasan TOD ST. Jakabaaring, ST. OPI Mall. Kata Kunci : Kawasan Berorientasi Transit (TOD), LRT, Pengembangan TOD, Integrasi Guna Lahaan & Transportasi
Analisis Kemampuan Pengembangan Lahan Kawasan Perkotaan Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara sebagai Masukan dalam Penyusunan Rencana Penataan Ruang Hendry Natanael Gumano; Tika Christy Novianti
Jurnal Tekno Global Vol. 12 No. 01
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v12i01.3128

Abstract

ABSTRACT This research is based on the rapid development of the Rupit Urban Area. The growth of functional areas such as residential, commercial, and service activities shows an increasing trend. If this condition is not anticipated, it will lead to sprawl urban growth, environmental degradation, and local disasters. Therefore, an evaluation of land development capacity is needed as a tool to control land use and provide guidance in spatial planning, considering the physical environmental aspects. To assess the land development capacity, several factors need to be evaluated, including Satuan Kemampuan  Lahan (SKL). The assessment of SKL considers various physical environmental factors such as slope level, land morphology, existing land use, rainfall, soil type, and geology. Each factor is assigned a score based on its respective parameters as stated in Minister of Public Works Regulation No. 20/PRT/M/2007. The analysis technique used is a quantitative descriptive approach integrated with spatial analysis using Geographic Information Systems (GIS). The research results indicate that the Rupit Urban Area in 2022 has a good land development capacity class. This is evidenced by the proportion of high and moderately high land development capacity classes covering 59 percent of the total area. The moderate land development capacity class accounts for 38 percent of the total area. It can be concluded that the current trend of urban development in the built-up area is still highly suitable, especially for agricultural development. Therefore, it needs to be allocated properly in the upcoming spatial planning to achieve a well-structured and sustainable spatial arrangement that is Safe, Comfortable, Productive, and Sustainable.  Keywords : Satuan Kemampuan Lahan, Land Development Capacity, Spatial Planning   ABSTRAK Penelitian ini didasarkan pada perkembangan wilayah Kawasan Perkotaan Rupit yang pesat. Pertumbuhan kawasan fungsi budidaya seperti kegiatan permukiman serta perdagangan dan jasa menunjukkan tren yang meningkat. Kondisi ini bila tidak diantisipasi, maka akan memunculkan pertumbuhan kota yang sprawl, memicu degradasi lingkungan serta  bencana lokal. Maka, diperlukan suatu evaluasi terhadap kemampuan pengembangan lahan yang dapat menjadi alat pengontrol penggunaan lahan dan arahan dalam penyusunan rencana tata ruang dilihat dari aspek fisik lingkungan. Supaya dapat mengetahui kemampuan pengembangan lahan perlu dilakukan penilaian pada beberap faktor antara lain Satuan Kemampuan Lahan (SKL). Penilaian terhadap SKL mempertimbangkan berbagai faktor fisik lingkungan antara lain tingkat kelerengan, bentuk morfologi lahan, penggunaan lahan eksisting, curah hujan, jenis tanah dan geologi. Semua faktor tersebut memiliki skor berdasarkan parameter masing-masing sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007. Teknik analisis dengan pendekatan deskriptif kuantitatif yang terintegrasi dengan spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kawasan Perkotaan Rupit pada tahun 2022 mempunyai kelas kemampuan pengembangan lahan yang baik. Hal ini ditandai dengan kelas kemampuan pengembangan lahan tingkat tinggi dan agak tinggi mencapai proporsi 59 persen dari luas wilayah. Kelas kemampuan lahan dengan tingkat sedang memiliki proporsi mencapai 38 persen dari luas wilayah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tren perkembangan kawasan terbangun saat ini dengan kemampuan pengembangan lahan masih sangat sesuai khusunya untuk pengembangan kawasan budidaya. Selanjutnya perlu untuk dapat di alokasikan dalam rencana tata ruang yang akan disusun sehingga dapat terstruktur dengan baik dan mampu mewujudkan penataan ruang yang Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan.  Kata Kunci : Satuan Kemampuan Lahan, Kemampuan Pengembangan Lahan, Penataan Ruang
Pemanfaatan Google Earth Engine dan Citra Terra Modis Untuk Analisis Suhu Permukaan Tanah di Provinsi Sumatera Selatan Tika Christy Novianti; Hendry Natanael Gumano
Jurnal Tekno Global Vol. 12 No. 01
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v12i01.3139

Abstract

ABSTRACT The increase in surface temperature can be caused by several factors, such as population growth followed by infrastructure development. Continuous development is often accompanied by land use changes that can affect the surrounding environment, leading to a reduction in green spaces, which in turn can trigger the phenomenon known as the Urban Heat Island (UHI) effect. Information on surface temperature can be obtained using remote sensing technology, specifically by utilizing the MODIS Terra Land Surface Temperature and Emissivity Daily Global 1km imagery. Remote sensing technology has rapidly advanced with the introduction of cloud-based image processing, such as the Google Earth Engine (GEE). GEE enables users to process images for free and can be done simply by utilizing an internet connection. Previously, image processing required specialized software and took a long time, as it involved downloading image data and required high-performance computers for smooth processing. This research aims to analyze surface temperature using GEE with the temperature algorithm available in the MODIS imagery. The results of this study provide the average surface temperature over an 8-year period in South Sumatra Province, with the highest temperatures predominantly found in Palembang City. The findings demonstrate that GEE can be utilized for analyzing surface temperature. Keywords : Land Surface Temperature ; Cloud Computation ; Google Earth Engine.   ABSTRAK Kenaikan suhu permukaan tanah dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan pembangunan infrastruktur. Pembangunan yang terjadi secara terus-menerus tidak akan lepas dari alih fungsi lahan yang dapat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya yang menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau sehingga dapat memicu munculnya fenomena yang dikenal dengan Urban Heat Island (UHI). Informasi suhu permukaan tanah dapat diperoleh dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh yaitu dengan menggunakan citra MODIS Terra Land Surface Temperature and Emissivity Daily Global 1km. Teknologi di bidang penginderaan jauh telah berkembang pesat dengan hadirnya pengolahan citra berbasis komputasi awan yang dikenal dengan Google Earth Engine (GEE). GEE memungkinkan pengguna melakukan pengolahan citra secara gratis dan dapat dilakukan hanya dengan memanfaatkan jaringan internet. Pengolahan citra yang sebelumnya dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak membutuhkan waktu yang lama karena harus dilakukan proses unduh data citra, selain itu dibutuhkan komputer yang memiliki performa tinggi agar pengolahan dapat berjalan lancar. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis suhu permukaan tanah menggunakan GEE dengan algoritma suhu yang terdapat pada citra MODIS. Hasil dari penelitian ini diperoleh rerata suhu permukaan tanah di Provinsi Sumatera Selatan selama 8 tahun dengan dominasi daerah yang memiliki suhu tinggi berada di Kota Palembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa GEE dapat digunakan untuk melakukan analisis suhu permukaan tanah. Kata Kunci : Suhu Permukaan Tanah ; Komputasi Awan; Google Earth Engine.