Resky Purnamasari Nasaruddin
Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perspektif Antropologi Kesehatan: Pengobatan Tradisional Cacar Air Pada Anak Di Minanga Kabupaten Tana Toraja Resky Purnamasari Nasaruddin
Masokan: Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.392 KB) | DOI: 10.34307/misp.v1i1.2

Abstract

Toraja people, especially in Minanga, still strongly believe in traditional medicine which he believes is an alternative to cure diseases that cannot be treated with medical treatment alone. One of the diseases that often attacks children in Minanga, Bungtu Tangti sub-district, is chickenpox or puru. Chickenpox is a disease caused by a virus that attacks antibodies, especially for children. This disease is highly contagious, pandemic and seasonal. The mode of transmission is in the form of direct contact with patients through nasal droplets, or fluid in vesicles so that it can easily attack children whose immune power is still not strong. So that parents have the knowledge that he reconstructs into an action to prevent their children from getting chickenpox as early as possible and even if they have been affected, they can quickly treat it by utilizing the natural products around them. Through this research, the author intends to examine the knowledge of traditional medicine in the perspective of Health Anthropology. This study uses qualitative methods, observation and in-depth interviews through holistic understanding. The results of this study show that from the perspective of Health anthropology, it is found how people in Minanga have an understanding of traditional local medicine related to human behavior that has cultural knowledge related to disease, and how to treat disease and how to treat it to protect family health against chickenpox infection.   Masyarakat Toraja khususnya di Minanga masih sangat percaya dengan pengobatan tradisional yang diyakininya sebagai alternatif penyembuhan penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan medis saja. Salah satu penyakit yang sering menyerang anak-anak di Minanga, Kecamatan Bungtu Tanti, adalah cacar air atau puru. Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang antibodi, terutama untuk anak-anak. Penyakit ini sangat menular, pandemik dan musiman. Cara penularannya berupa kontak langsung dengan penderita melalui droplet hidung, atau cairan dalam vesikel sehingga mudah menyerang anak-anak yang daya tahan tubuhnya masih belum kuat. Agar para orang tua memiliki pengetahuan yang ia rekontruksi menjadi sebuah tindakan untuk mencegah anaknya terkena cacar air sedini mungkin dan bahkan jika sudah terkena dapat segera mengobatinya dengan memanfaatkan bahan alam yang ada disekitarnya. Melalui penelitian ini, penulis bermaksud untuk mengkaji pengetahuan pengobatan tradisional dalam perspektif Antropologi Kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, observasi dan wawancara mendalam melalui pemahaman holistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari perspektif Antropologi Kesehatan, ditemukan bagaimana masyarakat Minanga memiliki pemahaman tentang pengobatan tradisional lokal terkait dengan perilaku manusia yang memiliki pengetahuan budaya terkait penyakit, serta cara pengobatan penyakit dan cara pengobatannya. untuk melindungi kesehatan keluarga dari infeksi cacar air.
Studi Etnografi Tentang Bakat Di Kalangan Remaja Di Era Digital Abdul Hafez Assad; Resky Purnamasari Nasaruddin
Masokan: Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (956.246 KB) | DOI: 10.34307/misp.v1i2.12

Abstract

This article focuses on understanding talent and action in an effort to develop talent among teenagers in the digital era, which is important as now we are in digitalization era. This article is based on data collected through the application of observational techniques and in-depth interview techniques, both of which are typical in the application of ethnographic research methods, with the object of study 20 teenagers who live in Makassar City who were selected randomly. Applying the perspective of cognitive anthropology, the results of this study show; teenagers' understanding of talent as an important thing to be developed, especially in the fields of art, technology, and skills, which is carried out through self-taught learning by relying on information, both in the form of knowledge (including experience) and news, which is available on the internet and through various media applications. social. Talent is then understood as something that is formed and/or shaped through a learning process, and not as something that is given or has been present since birth, which if developed intensively can provide benefits for the owner, or has commercial value, because talent shows are part of what is supported in the community of digital era. Artikel ini berfokus pada pemahaman tentang bakat dan tindakan untuk upaya menumbuhkembangkan bakat di kalangan remaja di era digital, yang mana hal tersebut menjadi penting sebab kini kita berada di era digitalisasi. Artikel ini berdasarkan data yang dikumpulkan melalui penerapan teknik pengamatan dan teknik wawancara mendalam, yang mana kedua teknik tersebut merupakan khas dalam penerapan metode penelitian etnografi, dengan obyek studi 20 remaja yang berdomisili di Kota Makassar yang dipilih secara acak. Menerapkan perspektif antropologi kognitif, hasil studi ini menunjukkan; pemahaman remaja tentang bakat sebagai suatu hal yang penting untuk ditumbuhkembangkan khususnya terkait bidang kesenian, teknologi, dan keterampilan, yang dilakukan melalui pembelajaran autodidak dengan mengandalkan informasi, baik berupa pengetahuan (termasuk pengalaman) maupun pemberitaan, yang tersedia di internet dan melalui ragam aplikasi media sosial. Bakat kemudian dipahami sebagai hal yang terbentuk dan/atau dibentuk melalui proses pembelajaran, dan bukan sebagai hal yang terberi atau telah terdapat sejak lahir, yang jika ditumbuhkembangkan secara intensif dapat memberikan keuntungan bagi pemiliknya, atau memiliki nilai komersial, sebab pertunjukan bakat menjadi bagian dari hal yang didukung di era digital.