Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Proteksi Diri Dalam Berinteraksi (Prodiksi) Pada Siswa Smpn 11 Semarang Tiatira Evangelista; Pradipta Christy Pratiwi; Anggita Fathidia Ivana
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 3 (2020): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha Dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menyongsong
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v3i0.756

Abstract

Remaja merupakan fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini, individu mengalami berbagai perubahan, baik perubahan fisik, kognitif, dan psikososial. Salah satu tugas perkembangan psikososial pada masa remaja adalah melewati masa identity vs role confusion. Identitas diri penting untuk dimiliki seseorang agar dapat mempresentasikan peran dan kebiasaannya yang unik, serta mengetahui bahwa setiap individu memiliki prinsip dan nilai yang berbeda. Pemahaman tentang peran, kebiasaan, prinsip, dan nilai ini akan berpengaruh pada dinamika kepribadian remaja hingga sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, perlu adanya psikoedukasi agar siswa mengetahui pentingnya identitas diri, mengetahui cara menemukan identitas diri, mengetahui konsep role confusion dalam psikososial, dan menghormati nilai serta prinsip yang berbeda. Berangkat dari permasalahan “mudah terbawa arus pergaulan”, kegiatan dilakukan di SMP Negeri 11 Semarang, partisipan dalam kegiatan ini berjumlah 32 siswa. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah psikoedukasi. Psikoedukasi telah dilaksanakan pada 21 November 2019. Kegiatan yang dilakukan meliputi pre-test dalam bentuk permainan, pemberian materi mengenai identitas diri, dan post-test untuk mengetahui pemahaman siswa. Hasil kegiatan psikoedukasi ini siswa mengetahui definisi identitas diri, siswa menyadari pentingnya identitas diri, memahami konsep role confusion. Saran kegiatan ini agar dilakukan secara berkelompok, yaitu membentuk support group, penanganan personal melalui konseling, dan melaksanakan follow up.