Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMANFAATAN SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BRIKET SEKAM SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH Efratenta Katherina Depari; Saprinurdin -; Deselina -
DHARMA RAFLESIA Vol 13, No 1 (2015): JUNI
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v13i1.4133

Abstract

The purpose of the community service activity is to obtain alternative fuel, reduce waste rice husk, rice husk value-added so that it becomes more useful and reduce the illegal logging. This community service activity is done from August - September 2014 in the village of Srikaton, District of Pondok Kelapa, Central Bengkulu. The target of this activity is PKK members, members of the youth institution and farmer group members. The methods used in this activities are counseling, training and demonstration. Rice husk briquette as an alternative kerosene in the village Srikaton is one right step in the processing of agricultural waste. Rice husk briquette is also one way that can be used by housewives, especially to save money in the purchase of fuel for cooking needs. Keywords: rice husk, rice husk briquette, kerosene, Srikaton 
EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN DYSOXYLUM MOLLISSIMUM BLUME PADA TINGKAT PANCANG DI LAHAN KONDISI TERBUKA DAN TERNAUNGI Efratenta Katherina Depari; P.B.A. Nugroho; Saprinurdin -
Jurnal Hutan Tropis Vol 9, No 1 (2021): Jurnal Hutan Tropis Volume 9 No 1 Edisi Maret 2021
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.528 KB) | DOI: 10.20527/jht.v9i1.10484

Abstract

Kayu Bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) has long been used for carpentry and furniture. However, the cultivation of this plant has not been done well. The purpose of this research was to determine the effectiveness of Kayu bawang growth to sapling stage in open and shaded conditions. Planting Kayu bawang as object of the research has been executed since March 24, 2016 on open and shaded condition. The observed variables included diameter, height and leaf chlorophyll of the plant. The measurements were made up to 2-year-old plants.  The effectiveness of Kayu bawang growth in open and shaded conditions was tested using the t-test. The results showed that the diameter of Kayu bawang in open condition was 8.91±1.87 cm and in shaded conditions was 5.42±1.67 cm. The height of Kayu bawang in open conditions was 433±70 cm and in shaded condition was 283±100 cm. The chlorophyll of Kayu bawang in open condition was 57.6±5.3 and in shaded condition was 53.8±4.0. Statistical analysis for the three variables showed that the growth of Kayu bawang at the sapling stage in open conditions was more effective than in shaded conditions.
PERTUMBUHAN AWAL KAYU BAWANG (Dysoxylum mollissimum Blume) DENGAN SISTEM POLIKULTUR KELAPA DAN POLIKULTUR KELAPA SAWIT Early Growth of Kayu Bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) in Polyculture System with Coconut and Oil Palm Efratenta Katherina Depari; P.B.A. Nugroho; Yansen Yansen; Saprinurdin Saprinurdin
Jurnal Hutan Tropis Vol 5, No 3 (2017): JURNAL HUTAN TROPIS VOLUME 5 NOMER 3 EDISI NOVEMBER 2017
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v5i3.4786

Abstract

Kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) adalah tanaman penghasil kayu yang paling dominan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kayu pertukangan dan furnitur di Bengkulu. Umumnya di Bengkulu, kayu bawang telah ditanam dengan sistem polikultur dengan tanaman pertanian. Namun, evaluasi pertumbuhan awal dari kayu bawang dengan sistem polikultur kelapa dan polikultur kelapa sawit belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah  mendapatkan persentase hidup dari tanaman kayu bawang dan perbandingan pertumbuhan awal antara bibit kayu bawang umur 4 dan 6 bulan dengan sistem polikultur kelapa dan polikultur kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Riak Siabun I, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Persentase hidup dan persentase tanaman normal dari tanaman kayu bawang disajikan secara deskriptif. Data pertumbuhan awal diameter dan tinggi tanaman kayu bawang pada ke dua sistem polikultur menggunakan analisis uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kayu bawang yang ditanam dari bibit umur 4 dan 6 bulan dengan sistem polikultur kelapa memiliki presentase hidup dan persentase tanaman normal yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem polikultur kelapa sawit. Persentase hidup dan jumlah tanaman normal dari bibit kayu bawang umur 6 bulan lebih tinggi dibandingkan dengan bibit dari umur 4 bulan pada kedua sistem polikultur. Terdapat perbedaan pertumbuhan awal diameter dan tinggi kayu bawang pada satu tahun setelah tanam antara sistem polikultur kelapa dan polikultur kelapa sawit. Pertumbuhan awal diameter dan tinggi kayu bawang dengan sistem polikultur kelapa lebih baik daripada polikultur kelapa sawit.Kata kunci: pertumbuhan; kayu bawang; sistem polikultur; kelapa; kelapa sawitKayu bawang (Dysoxylum mollssimum Blume) is the most commonly used for construction wood and furniture in Bengkulu. In Bengkulu Kayu bawang is frequently planted in a polyculture system with other agricultural crops. The evaluation of kayu bawang early growth planted in polyculture system with coconut and oil palm has never been done so far. The objectives of this study were to investigate the survival rate and growth of 4 and 6 month old seedlings of kayu bawang in polyculture system with coconut and with oil palm. The study was conducted at Riak Siabun I village in Seluma Regency, Bengkulu Province. The survival rate of kayu bawang from both polyculture systems was presented and analysed. Diameter and height of seedlings were analysed and compared using t-test. The result showed that 4 and 6 month old seedlings of kayu bawang in polyculture with coconut had higher survival rate and were healthier than those in polyculture with oil palm. Six month-old seedlings of kayu bawang had higher survival rate and were healthier than the 4 month old seedlings. In conclusion, after one year of planting, kayu bawang planted in polyculture system with coconut had better growth than that in polyculture system with oil palm.
KAJIAN PELAKSANAAN REKLAMASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI (IUP OP) PT. CAKRAWALA DINAMIKA ENERGI (CDE) DI KABUPATEN BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU Nani Nuriyanti; Saprinurdin Saprinurdin; Casia Nursyifa Nursyifa
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 11 No. 2 (2022)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.11.2.24229

Abstract

Rayap adalah serangga yang bertanggung jawab terhadap degradasi kayu dan bahan bersellulosa lain di lingkungan tanah (Coulson & Lund, 1973). Kayu dan produk kayu seperti kertas, dan semua produk dengan struktur kayu akan dikonsumsi rayap (Peralta et al. 2004).  Rayap merupakan salah satu hama yang menimbulkan kerusakan hebat dan kerugian besar pada produk-produk kayu (Eaton dan Hale, 1993 & Haygreean dan Bowyer, 1993).  Salah satu cara untuk menguji ketahanan suatu jenis kayu terhadap serangan rayap adalah dengan uji kubur (grave yard test), sementara sistim penilaiannya dapat dikelompokan berdasarkan skoring (Febrianto et al, 2000). Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menetapkan tehnik pengelompokan yang tepat dan akurat berdasar skoring  untuk  kayu-kayu yang telah diserang rayap. Dalam hal ini tehnik yang digunakan adalah dimulai dengan menghitung jumlah serangan pada 2 permukaan sampel uji secara rinci dan teliti.  Tahap selanjutnya dalam pengolahan data adalah dengan menganalisa secara perhitungan statistik sederhana.  Sampel uji kayu-kayu yang telah diserang rayap diambil dari data sekunder penelitian mahasiswa dalam bentuk skripsi.  Diharapkan dengan adanya tehnik pengelompokan ini, hasil skoring akan tepat dan akurat.
Biodeversity of Noctural Insect at Natural Recreation Park Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu Province Apriyanto, Enggar; Nurjana, Nurjana; Saprinurdin, Saprinurdin
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 15 No. 1 (2022): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1292.012 KB) | DOI: 10.52046/agrikan.v15i1.1018

Abstract

Nocturnal insects are insects that are active in night time and responsive to light. These insects have a role in ecological processes in an ecosystem, including swamp ecosystem. The research was conducted at The Natural Recreation Park Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu Province. The purpose of this study was to determine the abundance, diversity, and dominance of nocturnal insect species in The Natural Recreation Park Danau Dendam Tak Sudah. The method that be used was a black light trap of 20 watts, 220 volts, which emits low ultra violet light with a wavelength of 300 – 400 nm. The results showed that there were 16 species of insects (11 species in open swamps and 13 species in vegetated swamps), with the highest abundance of Hydrobius fuscipes (50.15% or 823 individuals), (12.49% or 205 individuals), and Aulacoscelis Sp. . (10.36% or 170 individuals). The swamp forest in the Natural Recreation Park Danau Dendam Tak Sudah has moderate diversity of nocturnal insects, with the value of H' value was about 1.69 in open swamps, 1.66 in vegetated swamps, and 1.75 in swamp forests. Nocturnal insects have low dominance, with the index value of dominance (D) was 0.27 - 0.29.