p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Kajian Seni
Vissia Ita Yulianto
Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Musik Indisch dalam Perspektif Poskolonial: Studi Kasus Karya Ki Hadjar Dewantara dan Constant van de Wall Margi Ariyanti; Vissia Ita Yulianto; Royke B. Koapaha
Jurnal Kajian Seni Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Kajian Seni Vol 7 No 1 November 2020
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2633.542 KB) | DOI: 10.22146/jksks.57161

Abstract

Indisch music is a music that uses a combination of “Eastern” music idioms and “Western” music idioms in composition and popular in Dutch-East Indies era. This article analyses the composition of Indisch music composed by Ki Hadjar Dewantara, a well-known educational figure and composer in Indonesia and Constant van de Wall, a Javanese-Dutch composer in a postcolonial perspective. Using a qualitative method and with a music theory framework and a postcolonial theory framework, this article answers two research questions: the first is how Ki Hadjar Dewantara and Constant van de Wall in making their Indisch music works viewed in terms of their composition and the second is how the contestation of the struggle the power that is built into their piano composition in a postcolonial perspective. The composition of the two composers shows that Dutch colonialism in the Dutch East Indies has produced a mixed culture called Indisch culture which has become an arena of contestation and power struggle for the colonizers and colonized. Starting from this point, the authors hope that this article contributes to the world of piano education in Indonesia. Music teacher and student of music need to understand of postcolonial theory in addition to music theory and music history.Musik Indisch adalah jenis musik yang menggunakan perpaduan idiom musik “Timur” dan idiom musik “Barat” di dalam komposisinya dan populer di zaman Hindia-Belanda. Artikel ini menganalisis komposisi musik Indisch yang digubah oleh Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh pendidikan dan komponis terkenal di Indonesia dan Constant van de Wall, seorang komponis Jawa-Belanda. Dengan menggunakan metode kualitatif dan dengan kerangka teori musik dan kerangka teori poskolonial, artikel ini menjawab dua pertanyaan riset: yang pertama adalah bagaimana Ki Hadjar Dewantara dan Constant van de Wall dalam membuat karya musik Indischnya ditinjau dari bentuk komposisi mereka dan yang kedua adalah bagaimana kontestasi perebutan kuasa yang terbangun dalam komposisi piano mereka dalam perspektif poskolonial. Komposisi kedua komponis tersebut menunjukkan bahwa kolonialisme Belanda di Hindia-Belanda telah menghasilkan kebudayaan campuran yang bernama kebudayaan Indisch yang telah menjadi arena kontestasi dan pertarungan kuasa bagi si penjajah dan yang terjajah. Berangkat dari titik tersebut, penulis berharap artikel ini dapat berkontribusi dalam dunia pendidikan piano di Indonesia. Pemahaman teori poskolonial di samping teori musik dan sejarah musik penting dimiliki oleh guru dan siswa piano Indonesia.
Media Alternatif Seni dan Konstruksi Identitas Studi Kasus Tentang Zine Blcak Metal Istiqomah Kurnia Budiarti Kusuma; Vissia Ita Yulianto; Martinus Dwi Marianto
Jurnal Kajian Seni Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Kajian Seni Vol 8 No 2 April 2022
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jksks.65009

Abstract

Zine Black Metal Istiqomah adalah bentuk media alternatif yang mengusung tema identitas hibrid black metal dan Islam.Menggunakan konsep perpaduan identitas musik underground black metal dan identitas Islam, zine Black Metal Istiqomah menarasikan pesan keagamaan bahasa yang santai tanpa intensi menggurui. Menggunakan metode penelitian kulitatif, penelitian ini fokus, untuk menginvestigasi bagaimana strategi pengkarya, zine, dalam menegosiasikan san mengonstruksi dua identitas yang saling bersebrangan tersebut. Penelitian dianalisis secara tekstual mengunakan teori semiotika Roland Barthes untuk memahami desain karya dan bentuk visual zine Black Metal Istiqomah. Bentuk visual karya kemudian dianalisis secara kontekstual menggunkan teori hibriditas Jan Pieterse untuk mengungkap proses negosiasi identitas black metal dan identitas Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan zine Black Metal Istiqomah mengalami proses negosiasi pada bentuk visual karya, berupa peyederhanaan beberapa simbol identitas secara visual. Identitas black metal pada zine berperan sebagai tanda visual karya, sedangkan identitas Islam berperan pada bagian konten cerita. Pda akhirnya zine Black Metal Istiqomah merupakan bentuk penggabungan identitas yang berhasil menciptakan identitas kekaryaan dan secara tidak langsung menciptakan bentuk identitas hibrid atau nbaru yaitu Black Metal Istiqomah di kalangan Penggemarnya