Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PERBANDINGAN KERUSAKAN AKTUAL DAN PERKIRAAN PADA BANGUNAN TEMBOKAN TANPA PERKUATAN AKIBAT GEMPA Jafar Jafar
TEKNISIA Vol. XXVI, No. 1, Mei 2021
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/teknisia.vol26.iss1.art5

Abstract

On April 18, 2018, an earthquake hit Banjarnegara Regency, Central Java. The earthquake was measured M4.4 at a depth of 4 km and caused damages to buildings in several villages within Kalibening District. Predicting the future earthquake events is difficult. However, it is possible to estimate the potential damage caused by an earthquake event. FEMA has developed a methodology called HAZUS to estimate the potential loss and damage caused by earthquakes. This study compared the level of actual damage to buildings subjected to the 2018 Banjarnegara earthquake with the estimated damage to buildings obtained using HAZUS. The real damage is obtained from the field survey while the estimated damage is obtained from the HAZUS modeling. The object of this research is the unreinforced masonry low-rise buildings (URML) in Kasinoman Village, one of the villages that suffered the most subjected to the 2018 Banjarnegara Earthquake. The result of this study indicates the actual damage has a higher mean damage ratio (20,40 %) compared to the estimated damage (11.66%). HAZUS is developed according to the performance and experimental data of the buildings in the US therefore it might not be compatible with the building in Indonesia, especially surveyed buildings in Banjarnegara. The reason is the buildings in the US fulfilled the earthquake-resistant building provision meanwhile the surveyed buildings did not.
PERBANDINGAN KINERJA LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN SAMBUNGAN LEWATAN DAN SAMBUNGAN MEKANIS (CLAMP) M Firzaki Musyaffa; Jafar Jafar
TAPAK [Teknologi Aplikasi Konstruksi] : Jurnal Program Studi Teknik Sipil Vol 12, No 1 (2022): November 2022
Publisher : Prodi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/tp.v12i1.2327

Abstract

Pengerjaan tulangan pada balok beton bertulang seringkali membutuhkan panjang hingga 20 m, sedangkan panjang tulangan yang tersedia di pasaran sekitar 12 m. Penyambungan tulangan yang tepat diperlukan untuk membuat dua tulangan yang disambung menjadi satu kesatuan. Ada tiga metode penyambungan tulangan: sambungan lewatan, sambungan las, dan sambungan mekanis. Dari ketiganya, sambungan lewatan adalah metode penyambungan yang paling umum digunakan dalam proyek konstruksi. Studi ini membahas peluang sambungan mekanis untuk menggantikan metode sambungan lewatan. Penulis mencoba untuk membandingkan kinerja sambungan lewatan dan sambungan mekanis tipe klem (clamp) pada balok beton bertulang. Penelitian ini mengkaji kinerja lentur balok yaitu momen lentur nominal (Mn) dari percobaan laboratorium. Dimensi balok beton bertulang  adalah 200×300×2000 mm dengan f’c 25 MPa. Tiga balok beton bertulang yang disiapkan adalah balok normal (tanpa penyambungan), balok dengan sambungan lewatan, dan balok dengan sambungan mekanis. Balok yang dibuat merupakan balok yang tertumpu sedernana (simple beam). Sambungan terletak pada daerah tarik (daerah momen lentur positif) pada bentang tengah balok beton bertulang. Hasil penelitian menunjukkan momen lentur nominal (Mn) balok normal, balok dengan sambungan lewatan, dan balok dengan sambungan mekanis berturut-turut adalah 40,47 kNm, 42,06 kNm, dan 41,16 kNm. Mn tertinggi dapat ditemukan pada balok RC dengan sambungan lewatan. Ini menunjukkan, dalam aspek momen lentur, sambungan lewatan masih merupakan metode penyambungan yang lebih baik untuk penyambungan tulangan
The Comparison of Flexural Performance of Reinforced Concrete Beam With Lap Splice and Threaded Coupler-Type Mechanical Splices Zaneta Ambarwati; Jafar Jafar
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia Vol 7, No 2 (2022): EDISI SEPTEMBER 2022
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/rekabuana.v7i2.4192

Abstract

In the construction world, there are several ways to connect reinforcement: lap splice, welding, and mechanical. This study compares the flexural performance of reinforced concrete beams where the reinforcement is connected by lap splice and mechanical threaded coupler type. The size of the reinforced concrete beam used as the test object is 200×300×2000 mm, with an f'c value of 25 MPa. Three test specimen beams were prepared in this study: beams without reinforcement joints beams with lap joints, and beams with mechanical joints. From the laboratory tests, the nominal moment values (Mn) for reinforced concrete beams with lap joints and mechanical coupler-type connections were 42.231 MPa and 29.436 MPa, respectively. The maximum load is on the beam with lap joints of 138.85 kN. From the nominal moment value and maximum load obtained, it can be seen that the beam with lap joints can bear the most significant load. Regarding ductility, beams with coupler connections tend to be more brittle (non-ductile) when compared to beams with lap joints. Therefore, although the coupler-type mechanical connection has benefits, it has yet to be able to replace the lap joints in reinforced concrete beams in terms of strength and ductility. Mechanical connection failure occurred in the reinforcement section, which was turned to connect with the coupler.ABSTRAKDalam dunia konstruksi terdapat beberapa cara untuk menyambung tulangan yakni dengan cara penyaluran lewatan (Lap Splice), pengelasan (welded), dan mekanis. Penelitian ini membandingkan kinerja lentur balok beton bertulang dimana tulangannya disambung dengan cara penyaluran lewatan (Lap Splice) dan mekanis tipe threaded coupler. Ukuran balok beton bertulang yang digunakan sebagai benda uji adalah 200×300×2000 mm dengan nilai f’c 25 MPa. Tiga balok benda uji disiapkan dalam penelitian ini yakni, balok tanpa sambungan tulangan, balok dengan sambungan lewatan, dan balok dengan sambungan mekanis. Dari pengujian laboratorium yang dilakukan didapatkan nilai momen nominal (Mn) untuk balok beton bertulang dengan sambungan lewatan dan sambungan mekanis tipe coupler berturut-turut sebesar 42,231 MPa, dan 29,436 MPa. Beban maksimum terdapat pada balok dengan sambungan lewatan yakni sebesar 138,85 kN. Dari nilai momen nominal dan beban maksimum yang diperoleh dapat dilihat bahwa balok dengan sambungan lewatan dapat menanggung beban terbesar. Dari segi daktilitas, balok dengan sambungan coupler cenderung lebih getas (tidak daktail) jika dibandingkan dengan balok dengan sambungan lewatan. Oleh karena itu, meskipun sambungan mekanis tipe coupler memiliki benefit, namun belum mampu menggantikan sambungan lewatan pada balok beton bertulang dari segi kekuatan dan daktilitas. Kegagalan sambungan mekanis terjadi pada bagian tulangan yang dibubut untuk keperluan penyambungan dengan coupler. 
PENGARUH PENGGUNAAN CANGKANG KELAPA SAWIT & SILICA FUME SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI PADA CAMPURAN BATA RINGAN CELLULAR LIGHT-WEIGHT CONCRETE (CLC) Fariza Aulia Rahmanto; Jafar
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 28 No. 2 (2023): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36728/jtsa.v28i2.2597

Abstract

Bata ringan merupakan inovasi pengembangan beton ringan atau lighweight concrete. Berat jenis bata ringan berkisar antara 500-1600 kg/m3 sehingga memberikan keuntungan dalam mengurangi beban struktur bangunan. Penggunaan bata ringan dianggap lebih efisien serta memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan dibandingkan bata merah. Sebagai solusi penggunaan material dari alam secara berlebih yang dapat menyebabkan terbatasnya material dari alam, maka pemanfaatan limbah untuk kebutuhan bahan konstruksi menjadi solusi alternatif untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah cangkang kelapa sawit (CKS) serta Silica Fume sebagai material subtitusi pada bata ringan. Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji bata ringan menggunakan metode Cellular Light-weight Concrete berukuran 60 x 20 x10 cm dengan presentase subtitusi campuran CKS 4%, 6%, 8%, 10% dari berat pasir dan silica fume 10% dari berat semen. Pengujian bata ringan meliputi kuat tekan, berat jenis, penyerapan air yang berpedoman pada SNI 8640-2018. Hasil yang didapat menunjukan kuat tekan bata ringan akan semakin menurun seiring dengan kenaikan presentase CKS dengan kuat tekan tertinggi 0,663 MPa dan silica fume memberikan pengaruh kenaikan kuat tekan sebesar 9,7% terhadap bata ringan. CKS memiliki karateristik berat jenis lebih ringan serta penyerapan air lebih tinggi dari pasir. Sehingga peningkatan presentase subtitusi CKS pada bata ringan akan menyebabkan berat jenis pada bata ringan semakin rendah serta penyerapan air pada bata ringan akan meningkat. Berat jenis serta penyerapan air tersebut masih memenuhi spesifikasi pada SNI 8640-2018.
PENGARUH PENGGUNAAN CANGKANG KELAPA SAWIT & SILICA FUME SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI PADA CAMPURAN BATA RINGAN CELLULAR LIGHT-WEIGHT CONCRETE (CLC) Fariza Aulia Rahmanto; Jafar
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 28 No. 2 (2023): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36728/jtsa.v28i2.2597

Abstract

Bata ringan merupakan inovasi pengembangan beton ringan atau lighweight concrete. Berat jenis bata ringan berkisar antara 500-1600 kg/m3 sehingga memberikan keuntungan dalam mengurangi beban struktur bangunan. Penggunaan bata ringan dianggap lebih efisien serta memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan dibandingkan bata merah. Sebagai solusi penggunaan material dari alam secara berlebih yang dapat menyebabkan terbatasnya material dari alam, maka pemanfaatan limbah untuk kebutuhan bahan konstruksi menjadi solusi alternatif untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah cangkang kelapa sawit (CKS) serta Silica Fume sebagai material subtitusi pada bata ringan. Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji bata ringan menggunakan metode Cellular Light-weight Concrete berukuran 60 x 20 x10 cm dengan presentase subtitusi campuran CKS 4%, 6%, 8%, 10% dari berat pasir dan silica fume 10% dari berat semen. Pengujian bata ringan meliputi kuat tekan, berat jenis, penyerapan air yang berpedoman pada SNI 8640-2018. Hasil yang didapat menunjukan kuat tekan bata ringan akan semakin menurun seiring dengan kenaikan presentase CKS dengan kuat tekan tertinggi 0,663 MPa dan silica fume memberikan pengaruh kenaikan kuat tekan sebesar 9,7% terhadap bata ringan. CKS memiliki karateristik berat jenis lebih ringan serta penyerapan air lebih tinggi dari pasir. Sehingga peningkatan presentase subtitusi CKS pada bata ringan akan menyebabkan berat jenis pada bata ringan semakin rendah serta penyerapan air pada bata ringan akan meningkat. Berat jenis serta penyerapan air tersebut masih memenuhi spesifikasi pada SNI 8640-2018.
Earthquake Vulnerability Assessment in Sanma Island, Republic of Vanuatu Jafar, Jafar
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education Vol. 7 No. 2 (2023): Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education (SJDGGE) - (Dece
Publisher : Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/sjdgge.v7i2.534

Abstract

The purpose of this assessment is to identify which councils on Sanma Island are vulnerable to earthquake hazards. To measure vulnerability, it is necessary to identify certain contributing components, including exposure, sensitivity, and adaptive capacity. Exposure and sensitivity contribute to increasing the vulnerability, while adaptive capacity contributes to decreasing the vulnerability. Using this scheme, we identify specific variables for each component. These variables are called vulnerability variables. Next, we employ the Analytic Hierarchy Process (AHP) to obtain scores for each variable. Following the vulnerability assessment, five councils are categorized as areas with high vulnerability scores, including Canal-Fanafo, East Malo, East Santo, West Malo, and West Santo. This is because these areas are relatively close to the source of the threat (earthquake hazard). Moreover, these councils have a limited number of public facilities.
Perbandingan Efektivitas Antara Sambungan Lewatan Dan Sambungan Mekanis Tipe Coupler Pada Balok Beton Bertulang: Comparison of Effectivity Between Lap Splice and Mechanical Splice (Threaded Coupler Type) in RC Beams Wahyu Nugraha , Rizky; Jafar
JURNAL SAINTIS Vol. 24 No. 01 (2024)
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/saintis.2024.vol24(01).14615

Abstract

[ID] Di dalam SNI 2052:2017, dijelaskan bahwa panjang dari tulangan beton ditetapkan dengan panjang maksimal 12 m. Ukuran standar panjang maksimal baja tulangan ini ditetapkan dengan tujuan kemudahan transportasi dan penyimpanannya. Dengan adanya ketetapan batas panjang baja tulangan, membuat kebutuhan akan panjang baja tulangan yang tepat di proyek-proyek konstruksi terkadang tidak tercukupi. Dalam mengatasi masalah ini, diperlukan sambungan tulangan dengan jenis penyambungan yang efektif serta dengan panjang penyambungan yang bisa menyalurkan beban atau tegangan yang dialami oleh satu tulangan ke tulangan yang lain. Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk meneliti perbandingan di antara dua jenis sambungan yang tersedia saat ini, yaitu jenis sambungan lewatan dan jenis sambungan mekanis. Dalam penelitian ini, perhitungan nilai panjang total penyaluran sambungan tulangan lewatan menggunakan SNI 2847:2019 sebagai acuannya. Sementara itu, desain sambungan mekanis yang dipakai merupakan jenis threaded coupler. Penelitian ini membandingkan performa kedua sambungan tersebut dalam aspek momen nominal pengujian kuat lentur dan lendutan maksimumnya. Penelitian ini menghasilkan nilai momen nominal kuat lentur sambungan lewatan dan sambungan mekanis coupler berturut-turut sebesar 33,546 kNm dan 24,246 kNm, nilai lendutan maksimum sambungan lewatan dan sambungan mekanis coupler berturut-turut sebesar 69,37 mm dan 8,689 mm. Berdasarkan hasil penelitian, ditarik kesimpulan bahwa performa sambungan lewatan lebih baik dibandingkan dengan sambungan coupler, baik dalam aspek nominal pengujian kuat lenturnya dan lendutan maksimumnya. [EN] In SNI 2052:2017, it is explained that the length of concrete reinforcement is set at a maximum length of 12 m. The standard size of the maximum length of reinforcing bar is determined with the aim of ease of transportation and storage. With the determination of the length limit of reinforcing bar, the need for the proper length of reinforcing bar in construction projects is sometimes not fulfilled. In overcoming this problem, it is necessary to splice the rebars with an effective mechanism to successfully transmit the load or stress from one rebar to another. Based on the existing problems, the author is interested in examining the comparison between the two types of splice currently available, namely the lap splice and mechanical splice coupler type. In this study, the estimation of the the total lapped length followed SNI 2847:2019 as a reference. This study compares the performance of the two splicing method in terms of the nominal moment aspects of their flexural strength testing, their maximum deflection, and the costs that need to be incurred in their use. This research showed the nominal bending moment values of lap splice and mechanical splice were 33,546 kNm and 24,246 kNm, respectively; the maximum deflection measured were 69,37 mm and 8,689 mm respectively. Based on the results of the study, it can be concluded that the performance of the lap splice is better than the mechanical splice coupler type, both in the nominal aspect of the flexural strength test and the maximum deflection. The reason is the section area of rebar was deducted subjected to the splicing process.
Evaluasi Persepsi, Kesadaran, Dan Kesiapsiagaan Mahasiswa Universitas Islam Indonesia Terhadap Ancaman Gempa Bumi Jafar, Jafar
Jurnal Rekayasa Sipil Vol 20, No 2 (2024)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrs.20.2.97-107.2024

Abstract

Gempa bumi merupakan ancaman serius di wilayah Yogyakarta. Diperlukan penanganan yang efektif untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Penelitian ini berfokus pada evaluasi persepsi, kesadaran, dan kesiapsiagaan mahasiswa Universitas Islam Indonesia terhadap risiko gempa di Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kesiapsiagaan mahasiswa, dengan fokus pada dimensi Capacity pada formula risiko bencana. Pemahaman ini dianggap penting untuk membentuk dasar kebijakan yang lebih efektif dalam mengurangi risiko bencana di wilayah yang memiliki kerentanan terhadap ancaman gempa bumi. Metode penelitian ini melibatkan survei terhadap sampel mahasiswa dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur tingkat persepsi, kesadaran, dan kesiapsiagaan mahasiswa terhadap gempa bumi. Analisis statistik digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kesiapsiagaan. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa penyangkalan (Denial Belief) memiliki pengaruh negatif terhadap kesiapsiagaan mahasiswa dalam menghadapi gempa bumi. Artinya, mereka yang cenderung menyangkal atau mengabaikan ancaman gempa bumi memiliki tingkat kesiapsiagaan yang rendah. Di sisi lain, kesadaran terhadap ancaman dan kesadaran terhadap dampak potensial gempa bumi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan. Mahasiswa yang memiliki kesadaran yang baik tentang ancaman dan dampak gempa bumi cenderung lebih siap menghadapinya. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan mahasiswa terhadap ancaman gempa bumi sebagai langkah kunci dalam mengurangi potensi risiko dan kerugian. Institusi pendidikan, seperti universitas, memiliki peran penting dalam membentuk persepsi, kesadaran, dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan mahasiswa harus menjadi perhatian serius. Penelitian ini memberikan wawasan tentang situasi di Universitas Islam Indonesia dan memberikan dasar bagi penelitian dan upaya lebih lanjut dalam pengurangan risiko bencana, terutama terkait dengan ancaman gempa bumi.
Pengaruh Limbah Las Karbit dan Limbah Kaca Sebagai Substitusi Bahan Penyusun Paving Block Terhadap Sifat Mekanik Jointina, Dovita; Jafar, Jafar
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 10 No. 2 (2024): Siklus : Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v10i2.17170

Abstract

Inovasi material maju dilakukan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan karena memanfaatkan limbah sebagai bahan penyusun paving block. Limbah karbit memiliki unsur yang menyerupai semen berupa SiO2 dan CaO sehingga penggantian sebagian semen dengan limbah karbit diharapkan mampu menghasilkan peran perekat dalam campuran. Dari sisi ukuran butiran, limbah karbit lolos ayakan no.100 sehingga bisa dikategorikan sebagai serbuk. Limbah kaca, dari sisi kehalusan butirannya, dijadikan sebagai pengganti pasir karena butirannya lolos ayakan no.4, sesuai dengan ketentuan agregat halus pada SK SNI S-04-1989-F. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah las karbit dan kaca sebagai material substitusi terhadap mutu paving block (PB). Limbah kaca digunakan sebagai pengganti pasir secara konstan pada persentase 20%, sedangkan limbah karbit sebagai pengganti semen pada persentase 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Penelitian diawali dengan melakukan pemeriksaan propertis material, penentuan proporsi campuran, pembuatan dan perawatan benda uji. Selanjutnya dilakukan pengujian mekanik untuk mendapatkan nilai kuat tekan, keausan, dan penyerapan air. Hasil pengujian menunjukkan mutu optimal didapatkan pada paving block kontrol (G0C0) dengan nilai kuat tekan, ketahanan aus, dan penyerapan air sebesar 37,03 MPa, 0,27 mm/menit, 7,63%. Kemudian, diikuti oleh variasi dengan penggantian 2,5% limbah karbit terhadap semen (G0C2,5) dengan nilai 22,18 MPa; 0,58 mm/menit; dan 10,41%. Setelah itu, diikuti oleh variasi dengan penggantian 5% limbah karbit terhadap semen dan penggantian 20% limbah kaca terhadap pasir (G20C5) dengan nilai 14,91 MPa; 0,62 mm/menit; dan 10,84%. Berdasarkan hasil pengujian, didapat kesimpulan adanya penurunan mutu paving block saat ditambahkan kedua limbah.
Assessment of Waianae’s Vulnerability to a Category 4 Hurricane Jafar, Jafar; Jain, Shubhanshu; Erlangga, Wisnu
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education Vol. 8 No. 2 (2024): Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education (SJDGGE)
Publisher : Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/sjdgge.v8i2.617

Abstract

This research assesses the vulnerability of Waianae, a Census County Division on the northwest quadrant of Oahu, to a Category 4 hurricane. Combining socio-economic and risk assessment analyses, the study reveals that Waianae is highly susceptible to hurricane impacts, given its historical exposure and socio-economic disparities. The socio-economic vulnerabilities, including lower income, higher poverty rates, and increased unemployment, are compounded by physical vulnerabilities, such as limited access via Farrington Highway. Utilizing tools like HAZUS-MH and ArcGIS, the study quantifies potential damages, debris generation, social impacts, and economic losses in the event of a hurricane. The findings emphasize the urgent need for resilience-building measures, including local job creation, development of emergency shelters, and exploration of alternative evacuation routes. Addressing these vulnerabilities will enhance Waianae's preparedness and mitigate the potential impact of future hurricanes, fostering a more resilient and secure community.