Ilham Alimuddin
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Program Pascasarjana, Universitas Bosowa

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Implementasi Sistem Pengelolaan Persampahan Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG): Studi Kasus Kecamatan Watang Sawitto Muh Yusran Yunus; Ilham Alimuddin; Arief Nasution
Urban and Regional Studies Journal Vol. 4 No. 2 (2022): Urban and Regional Studies Journal, Juni 2022
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v4i2.1397

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sistem pengelolaan sampah dari segi volume, kebutuhan TPS, kebutuhan armada truk, rute optimum, jumlah sampah yang terangkut oleh truk setiap hari beserta konsumsi bahan bakar serta biaya truk pengangkutan dan untuk menerangkan implementasi sistem pengangkutan truk sampah di Kecamatan Watang Sawitto. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tingkat eksplanasi asosiatif, melalui analisis hubungan antara variabel-variabel yang berkaitan dengan efektifitas angkutan sampah. Data diperoleh dari kuesioner hasil wawancara dan obeservasi serta dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, BAPEDDA, Dinas Kebersihan dan Dinas Tata Ruang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi sistem pengangkutan sampah di Kecamatan Watang Sawitto yaitu dengan menggunakan 4 (empat) rute pengangkutan sampah menuju ke TPA Malimpung, rute pertama yaitu TPS BTN Palm Hijau menuju TPA Malimpung dengan panjang jalan 16,7Km,  rute kedua yaitu rute TPS BTN Pepabri  menuju TPA Malimpung dengan panjang 14,3Km, rute ketiga yaitu rute TPS Kawasan Perkantoran   menuju TPA Malimpung dengan panjang jalan  15,8Km,  dan  rute  keempat  yaitu  rute  TPS  Pasar  Sentral/Terminal menuju TPA Malimpung dengan panjang jalan 13,2Km. Adapun konsumsi bahan bakar yang digunakan untuk mengangkut 4  (empat) unit TPS sebanyak 33,01 liter untuk sampai di TPA Malimpung, dengan biaya pergi dan pulang membutuhkan biaya sebesar Rp.633.600,-. This study aims to analyze the waste management system in terms of volume, TPS needs, truck fleet requirements, optimum route, the amount of garbage transported by trucks every day along with fuel consumption and truck transportation costs and to explain the implementation of the garbage truck transportation system in Watang Sawitto District. This study uses a survey method with an associative level of explanation, through analysis of the relationship between variables related to the effectiveness of waste transportation. Data were obtained from questionnaires from interviews and observations as well as from various related agencies such as the Central Statistics Agency, BAPEDDA, the Sanitation Service and the Spatial Planning Service. The results of this study indicate that the implementation of the waste transportation system in Watang Sawitto District is by using 4 (four) routes for transporting waste to TPA Malimpung. The first route is TPS BTN Palm Hijau to TPA Malimpung with a road length of 16.7 Km, the second route is TPS BTN Pepabri route to TPA Malimpung with a length of 14.3 Km, the third route is the Office Area TPS route to TPA Malimpung with a road length of 15.8 Km, and the fourth route is the TPS Pasar Sentral/Terminal route to TPA Malimpung with a road length of 13.2 Km. The fuel consumption used to transport 4 (four) TPS units is 33.01 liters to arrive at TPA Malimpung, with the total return cost of Rp633,600.
Pemetaan Resiko Bencana Kebakaran Pada Kawasan Permukiman Kota Makassar: Studi Kasus: Permukiman Kumuh Kelurahan Lette Malikuddin Surgani Wahid; Ilham Alimuddin; Rudi Latief
Urban and Regional Studies Journal Vol. 5 No. 1 (2022): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2022
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v5i1.1959

Abstract

Kelurahan Lette yang merupakan suatu wilayah yang berada di pusat Kota Makassar yang juga tidak luput dari permasalahan perkotaan. Secara historis, kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Lette Kota Makassar merupakan lingkungan permukiman yang tumbuh secara alami. Fakta empiris menegaskan bahwa isu permasalahan di Kelurahan Lette adalah kawasan permukiman kumuh yang memiliki rekam jejak rawan akan bencana kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerawanan bencana kebakaran dan merumuskan penanggulangan bencana kebakaran di permukiman kumuh Kelurahan Lette, Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kerawanan bencana kebakaran di permukiman kumuh Kelurahan Lette Kota Makassar memiliki tingkat Resiko Rawan bencana kebakaran rendah dan sedang dengan melihat ancaman, kerentanan, serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap RW di Kelurahan Lette, Untuk merumuskan penanggulangan bencana perlu dilakukannnya mitigasi bencana kebakaran. Mitigasi Bencana Kebakaran adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Lette Village, an area in the center of Makassar City, is also open to urban problems. Historically, the slum area in Lette Village, Makassar City, is a residential environment that grows naturally. Empirical facts confirm that the problem issues in Lette Village are slum areas with a track record of being prone to fire disasters. This study aimed to determine the level of vulnerability to fire disasters and formulate fire disaster management in the slums of Lette Village, Makassar City. This type of research is descriptive research that uses a quantitative approach method. The results of this study are the level of vulnerability to fire disasters in slums, Lette Village, Makassar City, has a low and moderate risk of fire disaster by looking at the threats, openness, and capabilities possessed by each RW in Lette Village, To formulate disaster management it is necessary to carry out disaster mitigation fire. Fire Disaster Mitigation is a series of efforts to reduce disaster risk through physical development, awareness, and capacity building in dealing with disaster threats.
Analisis Pengaruh Sektor Pertambangan Terhadap Kawasan Permukiman Kabupaten Luwu Timur Emelda Hatta; Murshal Manaf; Ilham Alimuddin
Urban and Regional Studies Journal Vol. 5 No. 1 (2022): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2022
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v5i1.1971

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aktivitas pertambangan terhadap pertumbuhan permukiman pesisir danau Matano, mengkaji perkembangan permukiman yang mengakibatkan pemanfaatan ruang tidak terarah, dan merumuskan konsep penataan kawasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan teknik analisis statistik regresi berganda, overlay peta, dan pengembangan konsep. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh aktivitas pertambangan PT. Vale terhadap perkembangan kawasan permukiman di pesisir Danau Matano sangat tinggi, dengan indikator didominasi yaitu keterbatasan lahan bermukim, selanjutnya kesempatan kerja, penyediaan sarana pelayanan umum dan jasa, aksesibilitas, dan pelayanan transportasi. Sejak beroperasinya aktivitas pertambangan mengakibatkan perubahan pemanfaatan lahan cukup massif di pengaruhi keterbatasan ruang disekitarnya. Alternatif penataan permukiman pesisir Danau Matano sebagai waterfront dengan konsep peremajaan/revitalisasi untuk mengoptimalkan nilai kekuatan sebagai wujud optimalisasi fungsi-fungsi pelayanan yang tersedia berupa keterbatasan lahan hunian, pemanfaatan prasarana sarana, dan mendukung kebijakan pemanfaatan pesisir sebagai ekowisata. Model peremajaan tujuan konservasi menekankan penanganan danau Matano sebagai fungsi lindung, sedangkan revitalisasi melalui penataan kembali hunian untuk meningkatkan nilai fungsi ruang yang telah dimanfaatkan dengan tetap menjaga fungsi lindung didalamnya. This study aims to analyze the influence of mining activities on the growth of coastal settlements on Lake Matano, examine the development of territories that result in undirected use of space, and formulate the concept of regional planning. This study uses a descriptive quantitative approach with multiple regression statistical analysis techniques, map overlays, and concept development. The study's results indicate the influence of the mining activities of PT. Vale towards the development of residential areas on Lake Matano is very high, with dominant indicators namely limited land for living, job opportunities, provision of public service facilities and services, accessibility, and transportation services since the operation of mining activities resulted in a pretty massive land use changes influenced by the limitations of the surrounding space. An alternative arrangement of coastal settlements in Lake Matano as a waterfront with the concept of rejuvenation/revitalization to optimize the value of strength as a form of optimizing the available service functions in the form of limited residential land, utilization of infrastructure facilities, and supporting policies on coastal use as ecotourism. The rejuvenation model for conservation purposes emphasizes the handling of Lake Matano as a protection function, while revitalization through residential rearrangement is to increase the value of the part of the space that has been utilized while maintaining its protected position in it.
Zonasi Sekolah Dalam Upaya Pemerataan Akses Pendidikan : Analisis Keruangan Pada Sebaran Sekolah Menengah Atas di Kota Parepare Muh Taufiq; Murshal Manaf; Ilham Alimuddin
Urban and Regional Studies Journal Vol. 6 No. 1 (2023): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2023
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v6i1.3810

Abstract

Dengan menggunakan pendekatan keruangan (spatial approach) lengkap: 1) Spastial Pattern Analisyst dengan metode Complete Spatial Randomness (CSR) dari tolls Analisyst Nearest network (ANN), 2) Voronoi Analisyst, 3) Breaking Point Analisyst, 4) Service  Area Analisyst, dan 5) Location-Allocation Models, untuk menganalisis kontribusi penerapan sistem zonasi sekolah terhadap pemerataan akses pendidikan secara spasial di Kota Parepare, model spasial zonasi sekolah untuk pemerataan akses pendidikan di Kota Parepare, dan kontribusi zonasi sekolah terhadap pembentukan struktur ruang di Kota Parepare. Sistim Zonasi sekolah berkontribusi positif dalam mendistribusikan responden peserta didik pada wilayah administratifnya dan liputan zonanya masing-masing. Pola random dari distribusi sekolah SMA Negeri di Parepare dengan rerata jarak 1.794,89 meter, pola cluster dari distribsi spasial untuk cluster pemukiman dengan jarak rata-rata 345.7139 Meter, dan pola cluster dari distribusi responden peserta didik SMA dengan jarak rata-rata 113.9075 Meter, menunjukkan adanya equalitas dan opportunitas spasial yang baik, diperkuat dengan mayoritas objek berada pada jangkauan dibawah 3000 Meter dari pusat zona. Secara demografis dan Angka Partisipasi Sekolah, Kota Parepare membutuhkan 2 hingga 4 buah sekolah SMA untuk mengakomodir 12,847 jiwa penduduk usia 15-19 tahun dari data penduduk tahun 2021, sementara kenyataannya Kota Parepare memiliki 31 buah SMA/SMK sederajat, sehingga banyak diantaranya kekurangan peserta didik dan akhirnya tutup. Sementara itu deliniasi zona dengan pertimbangan spatial analisyst complit  dengan Voronoi Analisyst, Breaking Point Analisyst, Service Area Analisyst, dan Location-Alocation model menghasilkan distribusi liputan zona  seluas 1.883.177 M2  untuk zona UPT SMAN 1 Parepare, 46.829.400 M2 untuk zona UPT N 2 Parepare, 31.960.090 M2 untuk zona UPT SMAN 3 Parepare, dan 16.196.590 M2 untuk Zona UPT N 4 Parepare. Sistim zonasi juga berperan terhadap pembentukan struktur ruang di Kota Parepare pada fungsi kegiatan kota terutama pada karakteristtik struktur layanan fasilitas pendidikannya dengan cakupan layanan fasilitas yang terdiri dari 4 pusat zona SMA Negeri yang melayani 13 SMP Negeri, dan 95 sekolah dasar dalam hirarki layanannya. Dalam menghubungkan pusat-pusat layanan dan cluster pemukiman menuju ke pusat zona, struktur jaringan transportasinya menghasilkan 10 koridor rute transportasi untuk perencanaan jaringan transportasi penunjang mobilitas harian pelajar dalam mendukung sistim zonasi sekolah SMA Negeri di Kota Parepare. By using a complete spatial approach: 1) Spatial Pattern Analysis with Complete Spatial Randomness (CSR) method from tolls Analyst Nearest network (ANN), 2) Voronoi Analyst, 3) Breaking Point Analyst, 4) Service Area Analyst, and 5) Location-Allocation Models, to analyze the contribution of the application of the school zoning system to spatial distribution of access to education in Parepare City, school zoning spatial model for equal distribution of access to education in Parepare City, and the contribution of school zoning to the formation of spatial structure in Parepare City. The school zoning system contributes positively in distributing student respondents in their respective administrative area and zoning coverage. The random pattern of the distribution of public senior high school in Parepare with an average distance of 1,794.89 meters, the cluster pattern of spatial distribution for residential clusters with an average distance of 345, 7139 meters, and the cluster pattern of the distribution of respondent to high school student with an average distance of 113, 9075 meters. It indicates the existance of good spatial equality and opportunism, It is reinforced with the majority of objects located at ranges below to 3000 meters from the center of the zone. Demographically and school enrollment rates, Parepare needs 2 to 4 high school to accommodate 12.847 people aged 15 to 19 years from the average population in 2021, while in reality the city of Parepare has 31 senior high school and vocational high school, so that many of them lack students and eventually close. Meanwhile, the delineation of zones with consideration of spatial analysis is complete with Voronoi analysis. Breaking Point Analysis, Service Area Analysis, and Location-Allocation model resulted in a zone coverage distribution of 1,883,177 M2 for the UPT SMAN 1 Parepare zone, 46,829,400 M2 for the UPT N zone 2 Parepare, 31,960,090 M2 for the UPT SMAN 3 Parepare zone, and 16,196,590 M2 for the UPT N 4 Parepare zone. Zoning system also plays a role in the formation of spatial structure in the city of Parepare on the function of urban activity especially in the characteristics of its education facility service structure with a facility service coverage consisting of 4 senior high school zone centers serving 13 public junior high school, and 95 primary school  in the service hierarchy. In connecting service centers and residential cluster to the zone center, the transportation network structure produces 10 transportation route corridors for transportation networking planning to support student’s daily mobility in supporting the zoning system of the senior high school in the city of Parepare
Studi Mitigasi Bencana Tanah Longsor Pada Kawasan TWA Malino Mohammad Akhsan; Ilham Alimuddin; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 6 No. 1 (2023): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2023
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v6i1.3950

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis menganalisis tingkat risiko bencana tanah longsor dan merumuskan arahan upaya mitigasi bencana berdasarkan tingkat risiko bencana tanah longsor pada kawasan Taman Wisata Alam Malino, Kabupaten Gowa. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis yang digunakan adalah analisis Overlay dengan metode skoring dan analisis deksriptif kuatatif. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat tiga kelas tingkat risiko bencana yang terdapat di dalam Kawasan TWA Malino, yaitu (i) Kawasan dengan tingkat risiko bencana longsor rendah dengan luas sebesar 2.638,42 Ha dan tersebar di seluruh Kawasan TWA Malino dimana dominasi sebarannya terdapat di Kelurahan Pattapang dengan luas mencapai 1,139.18 Ha, (ii) Kawasan dengan tingkat risiko bencana longsor sedang dengan luas sebesar 2.079,46 Ha dan tersebar di seluruh Kawasan TWA Malino dimana dominasi sebaran terbesarnya terdapat di Kelurahan Pattapang dengan luas mencapai 999,37.18 Ha, (iii) Kawasan dengan tingkat risiko bencana longsor tinggi dengan luas sebesar 782,42 Ha  dan tersebar di empat wilayah Kelurahan/Desa, yaitu Kelurahan Bonto Leung dengan luas 13,88 Ha,  Kelurahan Buluttana dengan luas 2,54 Ha, Kelurahan Malino sebesar 670,40 Ha, dan Desa Pattapang sebesar 95,59 Ha. Adapun bentuk-bentuk upaya mitigasi yang dapat dilakukan mencakup tiga rangkaian upaya kegiatan, yakni pada saat pra-bencana, saat terjadi bencana dan pasca bencana yang dimana ketiga rangkaian upaya tersebut secara spesifik dapat digolongkan dalam dua bentuk upaya mitigasi, yakni mitigasi secara struktural dan mitigasi secara non struktural yang disesuaikan dengan karakteristik tingkat risiko bencanya. This study aims to analyze, analyze the risk level of landslide disasters and formulate directions for disaster mitigation efforts based on the risk level of landslides in the Malino Nature Park area, Gowa Regency. This research uses a quantitative descriptive approach with the analysis techniques used are Overlay analysis with scoring methods and quaternative descriptive analysis. From the research that has been conducted, it was found that there are three classes of disaster risk levels contained in the TWA Malino Area, namely (i) Areas with a low landslide risk level with an area of 2,638.42 Ha and spread throughout the TWA Malino Area where the dominance of distribution is in Pattapang Village with an area of 1,139.18 Ha, (ii) Areas with a medium landslide risk level with an area of 2,079.46 Ha and spread throughout the Region TWA Malino where the largest distribution dominance is in Pattapang Village with an area of 999.37.18 Ha, (iii) Areas with a high landslide risk level with an area of 782.42 Ha and spread across four Kelurahan/Village areas, namely Bonto Leung Village with an area of 13.88 Ha, Buluttana Village with an area of 2.54 Ha, Malino Village with an area of 670.40 Ha, and Pattapang Village of 95.59 Ha. The forms of mitigation efforts that can be carried out include three series of activities, namely during pre-disaster, during disaster and post-disaster where the three series of efforts can specifically be classified into two forms of mitigation efforts, namely structural mitigation and non-structural mitigation in accordance with the characteristics of the risk level