Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) mempengaruhi sekitar 200.000 pasien setiap tahunnya di Amerika Serikat, mengakibatkan hampir 75.000 kematian. Angka mortalitas yang cukup tinggi menunjukkan bahwa ARDS kurang terdiagnosis sehingga mengalami penundaan terapi. Tinjauan pustaka ini disusun untuk memahami diagnosis ARDS berikut perkembangan tatalaksananya. Penegakan diagnosis disesuaikan dengan konsensus definisi ARDS Berlin 2012. Penerapan definisi Berlin pada beberapa negara berkembang yang memiliki keterbatasan fasilitas menyebabkan ARDS kurang terdiagnosis. Alternatif penegakan diagnosis muncul dari studi Kigali yang menggabungkan definisi American-European Consensus Conference (AECC) 1994 dan definisi Berlin 2012. Fokus utama penegakan diagnosis tetap pada empat gejala klinis yaitu onset gagal nafas yang berhubungan dengan perburukan klinis pasien, edema paru selain karena sebab hidrostatik, temuan foto toraks, dan tingkat hipoksemia. Terapi utama dari ARDS adalah mengatasi hipoksemia diikuti dengan identifikasi dan terapi penyebab ARDS. Terapi hipoksemia menggunakan prinsip lung protective strategy untuk mencegah VILI (Ventilator Induced Lung Injury). Terapi selanjutnya bersifat suportif dan farmakologis yang bertujuan untuk meningkatkan pengiriman oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen. Terapi cairan konservatif juga penting dilaksanakan untuk mencegah keseimbangan cairan positif. Kecepatan dalam menegakkan diagnosis dan ketepatan memberikan terapi sangat mempengaruhi outcome dan prognosis. Penelitian lebih lanjut tentang ARDS masih diperlukan.