La hamimu
Jurusan Teknik Geofisika, FITK, UHO

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IDENTIFIKASI ZONA SESAR BERDASARKAN ANALISIS DATA ANOMALI MEDAN MAGNET DI DAERAH LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Asma Asma; La hamimu; Al Rubaiyn; Suryawan Asvar
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 3, No 02 (2021): Edisi Agustus JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilakukan didaerah Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang bertujuan untuk membuat peta pola anomali reduksi ke kutub yang mencirikan keberadaan struktur sesar berdasarkan data geomagnetik. Jumlah data sebanyak  97 titik dengan  jarak 400-100 meter menggunakan PPM tipe GSM-19. Koreksi yang dilakukan berupa koreksi harian, koreksi IGRF, koreksi kelelahan alat selanjutnya dilakukan reduksi ke kutub, kontinuasi ke atas dan filter derivative. Filter derivative yang digunakan yaitu vertical derivative orde satu, vertical derivative orde dua, total horizontal derivative, dan tilt derivative. Pola anomali tinggi-rendah pada peta hasil reduksi ke kutub memilki rentang nilai intensitas magnet -207,7 nT hingga 129,4 nT dengan perbedaan warna yang mencolok  menandakan keterdapatan sesar didaerah penelitian. Dari kombinasi keempat filter derivative yang digunakan, menunjukkan adanya satu sesar yang terkonfirmasi sesuai dengan keempat hasil filter yang berarah baratdaya-timurlaut dan dua sesar yang terkonfirmasi oleh tiga filter yaitu vertical derivative orde satu dan vertical derivative orde dua serta tilt derivative yang berarah baratlaut-tenggara dan utara-selatan.Kata Kunci: Geomagnetik, Anomali Tinggi Rendah, Filter Derivative, Struktur SesarABSTRACTThis research was conducted in Lainea, South Konawe Regency, Southeast Sulawesi with the aim of making a map of the reduction anomaly pattern to the poles which characterizes the presence of fault structures based on geomagnetic data. The amount of data is 97 points with a distance of 400-100 meters using GSM-19 type PPM. Corrections made in the form of diurnal correction, IGRF correction, drift correction, then  reduction to the poles, upward continuation and derivative filter. The derivative filters used are first-order vertical derivatives, second-order vertical derivatives, total horizontal derivatives, and tilt derivatives. The high-low anomaly pattern on the map resulting from the reduction to the poles has a magnetic intensity value range of -207.7 nT to 129.4 nT with a striking color difference indicating the presence of a fault in the study area. From the combination of the four derivative filters used, it shows that there is one confirmed fault according to the four filter results with a southwest-northeast direction and two faults confirmed by three filters, namely the first order vertical derivative and second order vertical derivative and the tilt derivative trending northwest-southeast. and north-south.Keywords: Geomagnetic, High Low Anomaly, Derivative Filter, Fault Structure
IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN GRAVITASI GGMPLUS DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Ainun Ayu Utami subhan; La Hamimu; Al Rubaiyn
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 01 (2022): Edisi April JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Data gravitasi citra satelit GGMplus merupakan data yang menyediakan peta medan gravitasi terkomputerisasi dengan resolusi antar titik  yaitu 220 m sehingga baik dalam penentuan struktur bawah permukaan. Telah dilakukan penelitian pengukuran medan gravitasi untuk mengetahui pola persebaran anomaly Bouguer dan mengidentifikasi struktur geologi di daerah Kabupaten Konawe Selatan khususnya pada daerah Pamandati. Pengukuran data medan gravitasi menggunakan data gravitasi citra satelit GGMPlus (Global Gravity Model Plus). Pengolahan data dilakukan menggunakan Software Oasis Mountaj. Koreksi yang dilakukan berupa koreksi Bouguer, koreksi terrain, proyeksi pada bidang datar, analisis spektrum, pemisahan anomali regional dan residual menggunakan metode Moving Average dan pemodelan struktur bawah permukaan. Hasil anomali Bouguer lengkap dan anomali lokal menunjukkan pola persebaran anomali dari Barat Laut-Tenggara, yang relatif sama dengan dengan arah struktur di daerah penelitian. Berdasarkan hasil pemodelan peta anomali residual mengindikasikan adanya intrusi batuan beku di bagian Tenggara daerah penelitian. Intrusi pertama terletak pada kedalaman ±800 meter, dan intrusi kedua terletak pada kedalaman ±1200.
INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO MENGGUNAKAN DATA GRAVITASI CITRA SATELIT GGMPLUS Salmon Rapang; La Hamimu; Al Rubaiyn
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 3, No 03 (2021): Edisi Desember JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakCitra satelit yang mampu memetakan anomali gravitasi dengan cakupan yang luas, cepat, dan gratis. Data gravitasi citra satelit GGMPlus spasi titik pengukuran 220 meter. Penggunaan data citra gravitasi telah dimanfaatkan dalam penelitian ini untuk memodelkan struktur bawah permukaan daerah panas bumi lombongo kabupaten Bone Bolango. Data yang diperoleh dari citra satelit berupa data anomali udara bebas dan data topografi. Selanjutnya dilakukan koreksi Bouguer dan koreksi medan dengan memasukkan nilai densitas rata – rata 2,67 gr/cm3 menggunakan metode Nettleton Analitik. Anomali Bouguer Lengkap pada topografi diproyeksikan pada bidang datar dengan ketinggian rata – rata 416 meter. Pemisahan anomali dengan menggunakan moving average. Berdasarkan pemodelan yang dibuat, penampang A-A’ terdapat 6 lapisan yaitu endapan danau, Batuan gunungapi pinogu, Diorit bone, Batuan gunungapi bilungala, Formasi tinombo fasies sedimen, Formasi tinombo fasies gunungapi. Sedangkan penampang B-B’  terdapat 7 lapisan yaitu Endapan danau dengan nilai densitas 1,9 gr/cm3, Batuan gunungapi pinogu dengan densitas 2,4 gr/cm3, Diorit bone densitas 2,6 gr/cm3, Anggota batugamping formasi tapadaka dengan densitas 2,68 gr/cm3, Batuan gunungapi bilungala densitas 2,71 gr/cm3, Formasi tinombo fasies sedimen 2,8 gr/cm3, Formasi tinombo fasies gunungapi 2,99 gr/cm3. Munculnya mata air panas di duga di kontrol oleh sesar mendatar yang berada di daerah panas bumi lombongo.Kata kunci: Citra Satelit, GGMPlus, Panas Bumi, Anomali Bouguer, Pemodelan 2D Abstract. Satellite imagery capable of mapping gravitational anomalies with wide, fast, and free coverage. Gravity data from GGMPlus satellite imagery with a measurement point of 220 meters. The use of gravity image data has been utilized in this study to model the subsurface structure of the Lombongo geothermal area, Bone Bolango district. Data obtained from satellite images in the form of free air anomaly data and topographic data. Furthermore, Bouguer correction and field correction were performed by entering an average density value of 2.67 gr/cm3 using the Analytical Nettleton method. The complete Bouguer anomaly on the topography is projected on a flat plane with an average height of 416 meters. Separation of anomalies using moving averages. Based on the modeling, there are 6 layers in the A-A' cross section, namely lake sediment, Pinogu volcanic rock, Diorite bone, Bilungala volcanic rock, sedimentary facies tinombo formation, and volcanic facies tinombo formation. While the cross section B-B' contains 7 layers, namely lake sediment with a density value of 1.9 gr/cm3, Pinogu volcanic rock with a density of 2.4 gr/cm3, Diorite bone density of 2.6 gr/cm3, limestone members of the tapadaka formation with a. density 2.68 gr/cm3, Bilungala volcanic rock density 2.71 gr/cm3, sedimentary facies Tinombo formation 2.8 gr/cm3, Tinombo formation volcanic facies 2.99 gr/cm3. The emergence of hot springs is thought to be controlled by a horizontal fault in the Lombongo geothermal area.keywords : Satelitte Imagery, GGMPlus, Geothermal, Anomaly Bouguer, Modeling 2D.
PENDUGAAN INTRUSI BATUAN BEKU BERDASARKAN PEMODELAN 2D DATA GEOMAGNETIK DAERAH LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Nurfadhilah Fahda; La Hamimu; Al Rubaiyn; Suryawan Asvar
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 01 (2022): Edisi April JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daerah lainea berada di lingkungan metamorf derajat rendah dan tidak ditemukan adanya batuan intrusi di lapangan, namun adanya manifestasi bertemperatur cukup tinggi, mineral illite dan terbentuknya mineralisasi sekitar manifestasi menunjukan kemungkinan sumber panas berasal dari aktivitas batuan plutonik yang tidak muncul ke permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intrusi Batuan Beku dari hasil anomali regional pemodelan 2D. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan koreksi harian, koreksi IGRF, koreksi drift, reduksi ke kutub (RTP), analisis spectrum, kontinuasi ke atas dan pemodelan 2D. Hasil pemodelan 2D terdapat Batuan Beku dengan nilai suseptibilitas 0.09 SI terdapat pada kedalaman ±877 m, dimana Batuan Beku mengintrusi Satuan Metamorf (Trm)
PEMODELAN 3D RESERVOAR PANASBUMI NON-VULKANIK MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNETIK DI DAERAH LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA Thalya Febyanti Febyanti; La Hamimu; Al Rubaiyn; Suryawan Asvar
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 02 (2022): Edisi Agustus JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurusan Teknik Geofisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56099/jrgi.v4i02.22945

Abstract

Daerah Lainea merupakan salah satu daerah di Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi panasbumi non-vulkanik berupa sumber air panas dan batuan teralterasi. Metode geomagnetik dapat digunakan dalam survei panasbumi dikarenakan terjadinya proses demagnetisasi pada batuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dan kedalaman batuan reservoar panasbumi. Instrumen yang digunakan yaitu PPM bermerk GMS-19 jumlah titik pengukuran 97 dengan jarak 400 – 1000 meter. Koreksi data berupa koreksi harian, koreksi IGRF, koreksi kelelahan alat, setelah diperoleh anomali medan magnet akan reduksi ke kutub, analisis spektrum, kontinuasi ke atas dan pemodelan inversi. Berdasarkan anomali magnetik hasil RTP nilai anomali medan magnetik total diperoleh nilai -207.7 – 186.1 nT. Hasil Reduksi ke kutub anomali rendah diinterpretasikan zona reservoar. Hasil RTP, anomali regional dan anomali residual memperlihatkan korelasi pada sebaran anomali medan magnet rendah berada ditengah yang berarah utara – selatan diinterpretasikan daerah yang dekat dengan sumber panas atau batuan reservoar. Hasil interpretasi diperkuat dengan pemodelan inversi 3D zona reservoar berada ditengah menerus ke timur laut dengan suseptibilitas rendah berkisar 0 – 0.00001 SI pada kedalaman 420 mdpl – 1320 mdpl yang diinterpretasi berupa batu filit yang terdeformasi kuat, batupasir dan batugamping. Model 3D dengan kontras suseptibilitas rendah dan tinggi diinterpretasikan sebagai zona lemah (sesar) yang mongontrol panasbumi ke permukaan.