Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Effect of Rock Phosphate Enriched With Sp36 to Soybean Yield on Ultisol Lampung Wijanarko, Andy; Taufiq, Abdullah
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 33, No 1 (2011)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya and Indonesian Agronomic Assossiation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Research to study the effect of application of rock phosphate (RP) enriched with SP36 to soybean on Ultisol was conducted at ILETRIs green house from July to October 2008. Treatment consisted of combination of rock phosphate from Lamongan and Bojonegoro at rates of 162 kg P2O5/ha with three rates of SP36 (0, 9, 18 and 27 kg P2O5/ha). The treatments were arranged in randomized complete block design and replicated three times. The result showed that application of RP from Lamongan and Bojonegoro to Ultisol Lampung at rates of 162 kg P2O5/ha increased soil pH by 0.3 and 0.5, available P (Bray 1) by 400% and 823% respectively compared to check.Highest soybean yield was attained by application of RP from Lamongan combined with SP36 at rates of 18 kg P2O5/ha or RP from Bojonegoro combined with SP36 at rates of 9 kg P2O5/ha which yielded 4.98 and 5.21 g/pot respectively. This result indicated that RP from Lamongan and Bojonegoro can be applied directly as P fertilizer for soybean in acid soil, and combining them with SP36 will increase their effectiveness.Keywords: rock phosphate, SP36, soybean, ultisol
Evaluasi Toleransi Genotipe Kacang Hijau terhadap Cekaman Salinitas Trustinah ,; Abdullah Taufiq; dan Rudi Iswanto
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 46 No. 3 (2018): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.92 KB) | DOI: 10.24831/jai.v46i3.16220

Abstract

Salinity has become a serious problem in the production of food crops in Indonesia, especially in coastal areas. Mungbeans is one of commodities which can be grown in coastal areas during the dry season. Research to evaluate tolerance of mungbean genotypes to salinity stress was conducted on saline soil (EC 11.4 dS m-1) at Lohgung Village, Brondong Sub District, Lamongan District during dry season May-July in 2016. A 100 of mungbean genotypes were evaluated using a randomized block design, replicated twice. The majority of the genotypes (82%) were categorized between sensitive to very sensitive to salinity stress. All of the genotypes grew normally to generative phase and produced 2-9 pods per plant with seed yield ranged 0.04-0.60 ton ha-1. The tolerant genotypes had higher plant height, stover weight, and yield than the sensitive genotypes. Six genotypes indicated as very tolerant to salinity stress (EC: 9.24 to 15.06 dS m-1) i.e., MLG 1065/Vima1-279, MMC 464c-gt-4-0-3, MMC 678-8c-gt-5, Vima 1/MLG 1065-286, MLG 1065/Vima1-276 and Vima1/Sampeong//Vima1-249. Seven genotypes indicated as tolerant to salinity stress i.e., Vima1/MLG1065-290, MLG1065/Vima1-272,  MLG1065/Vima1-274, Vima1/MLG 1065-287, Vima1/MLG 1065-276, MMC 267c-mn-1-1-11, and VIMA 1/MLG 1065-288. These selected genotypes were potential to be developed into new mungbean variety tolerant to salinity.Keywords: electrical conductivity, growth, yield, selection, Vigna radiata
Komponen Teknologi Budidaya Kedelai di Lahan Kering Henny Kuntyastuti; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n16.2008.p1-17

Abstract

Sebagian besar kedelai di Indonesia diusahakan di lahan sawah. Hingga saat ini produksi kedelai belum bisa mencukupi kebutuhan domestik sehingga diperlukan peningkatan produksi. Perluasan areal ke lahan kering merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produksi kedelai. Tingkat kesuburan dan karakteristik lahan kering sangat beragam, dan oleh karenanya pengembangan kedelai ke lahan kering dihadapkan pada beragam masalah. Penelitian komponen teknologi budidaya kedelai di lahan kering masih belum seintensif di lahan sawah. Dalam makalah ini dibahas beberapa alternatif peningkatan produktivitas kedelai pada lahan kering dari aspek varietas, pengaturan jarak tanam, dan pengelolaan pemupukan. Informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan penelitian lebih lanjut dan pengelolaan kedelai di lahan kering.
Penentuan Kebutuhan Pupuk P Untuk Tanaman Kedelai, Kacang Tanah Dan Kacang Hijau Berdasarkan Uji Tanah Di Lahan Kering Masam Ultisol Andy Wijanarko; abdullah Taufiq
Buletin Palawija No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n15.2008.p1-8

Abstract

Ketersediaan P pada tanah masam umumnya rendah sehingga diperlukan pemupukan P. Pemupukan P yang didasarkan pada status kandungan P dalam tanah dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan. Kebutuhan pupuk dapat diketahui melalui kalibrasi uji tanah. Kalibrasi uji tanah merupakan percobaan tentang tanggap tanaman terhadap pemupukan pada status hara tanah tertentu. Tingkat ketersediaan hara dalam tanah dinyatakan dalam tingkat rendah, sedang, dan tinggi, atau dalam suatu kisaran kandungan hara tertentu. Uji kalibrasi juga dapat dilakukan pada lokasi dengan status hara tanah bervariasi dari rendah sampai tinggi. Kandungan hara P dalam tanah dengan Bray I di lahan kering masam Ultisol termasuk pada kategori rendah untuk tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau masing-masing adalah <5 ppm P2O5, <9 ppm P2O5, dan <7 ppm P2O5. Metode Bray I dan Bray II adalah metode yang baik untuk menduga tingkat ketersediaan P untuk kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau pada tanah Ultisol.
Identification of Peanut Germplasm Tolerance to Salinity Stress Herdina Pratiwi; Novita Nugrahaeni; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v19n1.2021.p1-9

Abstract

Varietas toleran salinitas adalah kunci utama pengembangan kacang tanah di tanah salin, namun sampai saat ini belum ada perakitan varietas kacang tanah di Indonesia dengan spesifikasi toleran terhadap salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi toleransi 25 aksesi kacang tanah koleksi plasma nutfah Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi terhadap cekaman salinitas untuk menyediakan sumber gen persilangan tahan salinitas. Aksesi kacang tanah ditanam pada tiga level salinitas yaitu  non salin, sedang (5-6 dS/m), dan tinggi (8-10 dS/m). Parameter yang diamati meliputi skor keracunan, kadar K dan Na pada akar dan tajuk, hasil polong dan biji, dan indeks toleransi cekaman (ITC).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aksesi teridentifikasi peka pada salinitas tinggi. Salinitas sedang merupakan level salinitas tertinggi yang masih dapat ditoleransi oleh 23 aksesi kacang tanah. Pada tingkat salinitas sedang, empat aksesi kacang tanah (MLGA 0211, MLGA 0222, MLGA 0546, MLGA 0570) teridentifikasi toleran, dua aksesi (MLGA 0473 danMLGA 0605) peka, dan 19 aksesi lainnya tergolong sedang. Toleransi terhadap salinitas berhubungan dengan kemampuan aksesi untuk membatasi serapan Na dan translokasinya ke tajuk sehingga rasio K/Na di tajuk tetap tinggi dan dapat meningkatkan proses fotosintesis tanaman. Rasio Na-akar/Na-tajuk sama efektifnya dengan indikator rasio K/Na tajuk, oleh karena itu dapat dijadikan kriteria baru dalam seleksi toleransi kacang tanah terhadap cekaman salinitas. Aksesi yang toleran berdasarkan kemampuan untuk membentuk polong dan biji serta kemampuan menahan efek salinitas dapat dimanfaatkan dan diintegrasikan dalam pemuliaan kacang tanah untuk toleransi salinitas.
RESPONS TANAMAN KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU TERHADAP CEKAMAN SALINITAS Afandi Kristiono; Runik Dyah Purwaningrahayu; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v0n26.2013.p45-60

Abstract

Salinitas yang tinggi merupakan salah satu cekaman lingkungan yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman osmotik, ketidak seimbangan hara, toksisitas ion tertentu, dan cekaman oksidatif. Cekaman tersebut mempengaruhi hampir semua proses fisiologis dan biokimia serta tahap pertumbuhan tanaman. Fase perkecambahan dan pertumbuhan semaian adalah fase kritis terhadap cekaman salinitas bagi sebagian besar tanaman, termasuk kedelai (Glycine max L. Merr.), kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek), sehingga ketahanan tanaman terhadap cekaman salinitas dapat dievaluasi pada fase-fase tersebut. Toleransi tanaman legum terhadap cekaman salinitas beragam antar spesies maupun varietas. Batas kritis tingkat salinitas berdasarkan penurunan hasil pada tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau berturutturut adalah 5 dS/m, 3,2 dS/m,dan 1–2,65 dS/m. Pemahaman pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman sangat berguna untuk menentukan strategi pengelolaannya. Informasi mengenai mekanisme toleransi tanaman terhadap salinitas dari aspek morfologis, fisiologis, maupun biokimia tanaman sangat diperlukan dalam mengembangkan kultivar yang toleran. Penggunaan kultivar toleran merupakan salah satu upaya mengatasi masalah salinitas yang praktis dan ekonomis.
EFFECT OF PLANT POPULATION ON CHARACTER EXPRESSION OF FIVE MUNGBEAN GENOTYPES UNDER DIFFERENT SOIL FERTILITY Abdullah Taufiq; Afandi Kristiono
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 38, No 3 (2016): OCTOBER
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v38i3.652

Abstract

Plant density and soil fertility are two components of micro environment affecting genetic expression. The research was conducted at Muneng Experiment Farm in Probolinggo from March to May 2013. Two factors consisted of five mung-bean genotypes (MMC679-2C-GT-2, MMC647d-GT-2, MMC554d-GT-2, MMC601f-GT-1 and Vima-1) and three levels of plant population (200,000, 333,333 and 500,000 plants ha-1) were evaluated at two soil fertility managements (with and without fertilization). The treatments were arranged in split plot design and replicated three times. All growth parameters observed were higher in more fertile soil. The increasing plant population triggered plants to grow taller, but reduced chlorophyll content index (CCI), number of trifoliate leaf per plant (LN), leaf area per plant (LA), total dry matter per plant (TDM), number of pods and seed weight, and nutrient uptake of individual plant. Grain yield production per unit area was not significantly different because of plant population compensation. All genotypes tested were suitable to be planted on population of 200,000 and 333,333 plants ha-1. With proper fertilization and population management, the genetic potential can be expressed by 3.5 t ha-1 for MMC554d-GT-2, 2.4 t ha-1 for MMC601f-GT-1 and Vima-1, 2.2 t ha-1 for MMC679-2C-GT-2, and 2.3 t ha-1 MMC647d-GT-2.
Identification of Peanut Germplasm Tolerance to Salinity Stress Herdina Pratiwi; Novita Nugrahaeni; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v19n1.2021.p1-9

Abstract

Varietas toleran salinitas adalah kunci utama pengembangan kacang tanah di tanah salin, namun sampai saat ini belum ada perakitan varietas kacang tanah di Indonesia dengan spesifikasi toleran terhadap salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi toleransi 25 aksesi kacang tanah koleksi plasma nutfah Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi terhadap cekaman salinitas untuk menyediakan sumber gen persilangan tahan salinitas. Aksesi kacang tanah ditanam pada tiga level salinitas yaitu  non salin, sedang (5-6 dS/m), dan tinggi (8-10 dS/m). Parameter yang diamati meliputi skor keracunan, kadar K dan Na pada akar dan tajuk, hasil polong dan biji, dan indeks toleransi cekaman (ITC).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aksesi teridentifikasi peka pada salinitas tinggi. Salinitas sedang merupakan level salinitas tertinggi yang masih dapat ditoleransi oleh 23 aksesi kacang tanah. Pada tingkat salinitas sedang, empat aksesi kacang tanah (MLGA 0211, MLGA 0222, MLGA 0546, MLGA 0570) teridentifikasi toleran, dua aksesi (MLGA 0473 danMLGA 0605) peka, dan 19 aksesi lainnya tergolong sedang. Toleransi terhadap salinitas berhubungan dengan kemampuan aksesi untuk membatasi serapan Na dan translokasinya ke tajuk sehingga rasio K/Na di tajuk tetap tinggi dan dapat meningkatkan proses fotosintesis tanaman. Rasio Na-akar/Na-tajuk sama efektifnya dengan indikator rasio K/Na tajuk, oleh karena itu dapat dijadikan kriteria baru dalam seleksi toleransi kacang tanah terhadap cekaman salinitas. Aksesi yang toleran berdasarkan kemampuan untuk membentuk polong dan biji serta kemampuan menahan efek salinitas dapat dimanfaatkan dan diintegrasikan dalam pemuliaan kacang tanah untuk toleransi salinitas.
RESPONS TANAMAN KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU TERHADAP CEKAMAN SALINITAS Afandi Kristiono; Runik Dyah Purwaningrahayu; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.882 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n26.2013.p45-60

Abstract

Salinitas yang tinggi merupakan salah satu cekaman lingkungan yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman osmotik, ketidak seimbangan hara, toksisitas ion tertentu, dan cekaman oksidatif. Cekaman tersebut mempengaruhi hampir semua proses fisiologis dan biokimia serta tahap pertumbuhan tanaman. Fase perkecambahan dan pertumbuhan semaian adalah fase kritis terhadap cekaman salinitas bagi sebagian besar tanaman, termasuk kedelai (Glycine max L. Merr.), kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek), sehingga ketahanan tanaman terhadap cekaman salinitas dapat dievaluasi pada fase-fase tersebut. Toleransi tanaman legum terhadap cekaman salinitas beragam antar spesies maupun varietas. Batas kritis tingkat salinitas berdasarkan penurunan hasil pada tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau berturutturut adalah 5 dS/m, 3,2 dS/m,dan 1–2,65 dS/m. Pemahaman pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman sangat berguna untuk menentukan strategi pengelolaannya. Informasi mengenai mekanisme toleransi tanaman terhadap salinitas dari aspek morfologis, fisiologis, maupun biokimia tanaman sangat diperlukan dalam mengembangkan kultivar yang toleran. Penggunaan kultivar toleran merupakan salah satu upaya mengatasi masalah salinitas yang praktis dan ekonomis.
Komponen Teknologi Budidaya Kedelai di Lahan Kering Henny Kuntyastuti; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.492 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n16.2008.p1-17

Abstract

Sebagian besar kedelai di Indonesia diusahakan di lahan sawah. Hingga saat ini produksi kedelai belum bisa mencukupi kebutuhan domestik sehingga diperlukan peningkatan produksi. Perluasan areal ke lahan kering merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produksi kedelai. Tingkat kesuburan dan karakteristik lahan kering sangat beragam, dan oleh karenanya pengembangan kedelai ke lahan kering dihadapkan pada beragam masalah. Penelitian komponen teknologi budidaya kedelai di lahan kering masih belum seintensif di lahan sawah. Dalam makalah ini dibahas beberapa alternatif peningkatan produktivitas kedelai pada lahan kering dari aspek varietas, pengaturan jarak tanam, dan pengelolaan pemupukan. Informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan penelitian lebih lanjut dan pengelolaan kedelai di lahan kering.