Yuliantoro Baliadi
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pathogenicity, Development and Reproduction of The Entomopathogenic Nematode Steinernema sp., in Mealworm Tenebrio molitor Baliadi, Yuliantoro; Sastrahidayat, Ika Rochdjatun; Djauhari, Syamsuddin; Rahardjo, Bambang Tri
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 33, No 3 (2011)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya and Indonesian Agronomic Assossiation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The pathogenicity, development and reproduction of Steinernema sp., isolate Skpr-20/Str, were studied using Tenebrio molitor. Results revealed that pathogenicity, development and reproduction were significantly influenced by nematode doses. Although the number of invading IJs increased with increasing dose, percentage penetration declined. The IJs reached adulthood within 3 days. Females laid eggs from day 4-7. All eggs remaining inside uterus develop inside the maternal body. The first female bearing endotokia matricida was observed on day 5. In a sand-based assay, nematode was more pathogenic at lower dose instead of higher ones, where optimum dose was 80 nematodes per larva and average number of progeny per female was 5438. Under crowded conditions, development proceeds to IJ stage instead of the J3. The average length and width decreased with increasing of nematode doses. The IJ produced in cadavers infested with 640 nematodes per larva was significantly smaller (492 ± 6.4 µm) than offspring from other doses. The number of days which nematodes first emerged from the cadavers decreased with increasing dose. IJ first emerged at the average of 10-13 days at high IJ densities. It is concluded that the wide experimental characteristic of EPNs is also true for Steinernema sp., isolate Skpr-20/Str.Keywords: development, emergence period, endotokia matricida, entomopathogenic nematode, isolation, pathogennicity, Steinernema sp., isolate Skpr- 20/Str
Efektivitas Tiga Paket Teknologi Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Barito Kuala, Kalimantan Selatan Sutrisno Sutrisno; Sri Wahyuningsih; Yuliantoro Baliadi
Buletin Palawija Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v18n1.2020.p11-19

Abstract

Lahan pasang surut merupakan salah satu lahan potensial untuk perluasan areal tanam kedelai, namun teknik budi dayanya perlu diperbaiki untuk memperoleh hasil maksimal. Penelitian untuk menguji tiga paket teknologi budi daya kedelai di lahan pasang surut dilaksanakan di Desa Simpang Jaya, Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan pada bulan Mei hingga Agustus 2014. Perlakuan terdiri dari dua varietas kedelai yaitu Panderman dan Anjasmoro, dan tiga paket teknologi yaitu paket teknologi petani (eksisting), konvensional, dan perbaikan. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi, tiga ulangan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah bintil akar, jumlah akar lateral, jumlah daun, komponen hasil dan hasil. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap serangan hama ulat grayak (Spodoptera litura), lalat kacang (Ophiomyia phaseoli), penggerek polong (Etiella zinckenella), penggulung daun (Lamprosema indicata), dan ulat jengkal (Plusia chalsites), serta penyakit karat daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi teknologi perbaikan dan teknologi konvensional budi daya kedelai di lahan pasang surut dapat meningkatkan produktivitas kedelai 50% dan 60% dibandingkan teknologi eksisting. Penggunaan varietas Anjasmoro pada agroekologi tersebut lebih sesuai dibandingkan varietas Panderman, karena produktivitasnya lebih tinggi. Meskipun teknologi perbaikan tidak lebih unggul dibandingkan teknologi konvensional dari aspek hasil maupun efektivitas pengendalian hama dan penyakit, namun teknologi tersebut lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida kimia. Untuk itu, perlu dievaluasi lebih lanjut tingkat kelayakan teknis dan ekonomi penggunaan biopestisida pada budi daya kedelai di lahan pasang surut.
Pengendalian Ramah Lingkungan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai Emerensiana Uge; Eriyanto Yusnawan; Yuliantoro Baliadi
Buletin Palawija Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v19n1.2021.p64-80

Abstract

Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) atau dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman kedelai dan beberapa jenis tanaman penting di Indonesia. Serangan S. litura dapat mengakibatkan kerusakan, bahkan kehilangan hasil pada tanaman kedelai. Gejala serangan berupa daun berlubang karena larva memakan jaringan daun hingga menyisakan epidermis dan tulang daun. Hama ini dilaporkan menyerang  tanaman kedelai di sentra-sentra produksi di Indonesia yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan dan Sulawesi Tengah. Upaya pengendalian hama ulat grayak yang dilakukan petani  adalah menggunakan pestisida sintetik, namun karena dampak negatif penggunaannya terhadap kesehatan manusia dan  keseimbangan ekosistem alam, maka perlu adanya alternatif pengendalian yang dampak negatifnya rendah terhadap lingkungan. Beberapa teknologi pengendalian yang telah diteliti dan diketahui efektifitasnya antara lain; penggunaan Spodoptera litura nuclear polyhedrosis virus (SlNPV) (50-100%), cendawan entomopatogen Beauvaria bassiana (51-93%), Metarhizium anisopliae (93-100%), Nomuraea rileyi  dan Lecanicillium lecanii (80-85%), Parasitoid (13-56%), predator Forficula auricularia (96%), nematoda entomopatogen Steinernematidae (30-51%), pestisida nabati (>30%), tanaman perangkap dan varietas tahan Aplikasi yang tepat akan mendukung perkembangbiakan spesies tersebut di alam sehingga akan terjadi siklus rantai makanan yang seimbang dan berkelanjutan. Komponen pengendalian ini dapat dimasukkan dalam pengendalian terpadu, sehingga serangan S. litura dapat ditekan, tanaman berproduksi optimal, keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan,  residu pestisida dapat diturunkan dan sistem pertanian berkelanjutan tercapai.
Pathogenicity, Development and Reproduction of The Entomopathogenic Nematode Steinernema sp., in Mealworm Tenebrio molitor Yuliantoro Baliadi; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Syamsuddin Djauhari; Bambang Tri Rahardjo
AGRIVITA Journal of Agricultural Science Vol 33, No 3 (2011)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v33i3.74

Abstract

The pathogenicity, development and reproduction of Steinernema sp., isolate Skpr-20/Str, were studied using Tenebrio molitor. Results revealed that pathogenicity, development and reproduction were significantly influenced by nematode doses. Although the number of invading IJs increased with increasing dose, percentage penetration declined. The IJs reached adulthood within 3 days. Females laid eggs from day 4-7. All eggs remaining inside uterus develop inside the maternal body. The first female bearing endotokia matricida was observed on day 5. In a sand-based assay, nematode was more pathogenic at lower dose instead of higher ones, where optimum dose was 80 nematodes per larva and average number of progeny per female was 5438. Under crowded conditions, development proceeds to IJ stage instead of the J3. The average length and width decreased with increasing of nematode doses. The IJ produced in cadavers infested with 640 nematodes per larva was significantly smaller (492 ± 6.4 µm) than offspring from other doses. The number of days which nematodes first emerged from the cadavers decreased with increasing dose. IJ first emerged at the average of 10-13 days at high IJ densities. It is concluded that the wide experimental characteristic of EPNs is also true for Steinernema sp., isolate Skpr-20/Str.Keywords: development, emergence period, endotokia matricida, entomopathogenic nematode, isolation, pathogennicity, Steinernema sp., isolate Skpr- 20/Str
Determination of Agronomical Characters as the Resistance Attributes of Twenty Soybean Varieties to Stink Bug (Nezara viridula L.) Heru Kuswantoro; I Made Jana Mejaya; Yuliantoro Baliadi
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 42, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v42i1.2121

Abstract

The research was conducted to study the agronomical characters as the resistance attributes of twenty soybean varieties to Nezara viridula. The results showed that the twenty soybean varieties had a different response to stink bug infestation. Gepak Kuning, Seulawah, and Sinabung were resistant to stink bug, while Argomulyo were highly susceptible, and Grobogan and Malabar were susceptible. Besides resistance to stink bug, Sinabung also had the highest seed yield (2.95 t/ha). The seed yield of Gepak Kuning and Seulawah were not high, i.e. 2.20 and 1.82 t/ha respectively. The three highly susceptible or susceptible varieties also showed the lowest seed yield, i.e. 0.68 t/ha (Argomulyo), 0.42 t/ha (Grobogan) and 0.99 t/ha (Malabar). The negative correlation was shown between resistance to pest with days to maturity, duration of the reproductive phase, the number of unfilled pods, and weight of 100 seeds. Seed yield also had a negative correlation with duration of reproductive phase and weight of 100 seeds. It indicated that varieties with short duration of reproductive phase and small seed size were preferred by Nezara viridula as food sources. Therefore, these two characters can be used to determine the soybean resistance to Nezara viridula.
Efektivitas Tiga Paket Teknologi Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Barito Kuala, Kalimantan Selatan Sutrisno Sutrisno; Sri Wahyuningsih; Yuliantoro Baliadi
Buletin Palawija Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.774 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v18n1.2020.p11-19

Abstract

Lahan pasang surut merupakan salah satu lahan potensial untuk perluasan areal tanam kedelai, namun teknik budi dayanya perlu diperbaiki untuk memperoleh hasil maksimal. Penelitian untuk menguji tiga paket teknologi budi daya kedelai di lahan pasang surut dilaksanakan di Desa Simpang Jaya, Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan pada bulan Mei hingga Agustus 2014. Perlakuan terdiri dari dua varietas kedelai yaitu Panderman dan Anjasmoro, dan tiga paket teknologi yaitu paket teknologi petani (eksisting), konvensional, dan perbaikan. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi, tiga ulangan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah bintil akar, jumlah akar lateral, jumlah daun, komponen hasil dan hasil. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap serangan hama ulat grayak (Spodoptera litura), lalat kacang (Ophiomyia phaseoli), penggerek polong (Etiella zinckenella), penggulung daun (Lamprosema indicata), dan ulat jengkal (Plusia chalsites), serta penyakit karat daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi teknologi perbaikan dan teknologi konvensional budi daya kedelai di lahan pasang surut dapat meningkatkan produktivitas kedelai 50% dan 60% dibandingkan teknologi eksisting. Penggunaan varietas Anjasmoro pada agroekologi tersebut lebih sesuai dibandingkan varietas Panderman, karena produktivitasnya lebih tinggi. Meskipun teknologi perbaikan tidak lebih unggul dibandingkan teknologi konvensional dari aspek hasil maupun efektivitas pengendalian hama dan penyakit, namun teknologi tersebut lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida kimia. Untuk itu, perlu dievaluasi lebih lanjut tingkat kelayakan teknis dan ekonomi penggunaan biopestisida pada budi daya kedelai di lahan pasang surut.
Pengendalian Ramah Lingkungan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai Emerensiana Uge; Eriyanto Yusnawan; Yuliantoro Baliadi
Buletin Palawija Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v19n1.2021.p64-80

Abstract

Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) atau dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman kedelai dan beberapa jenis tanaman penting di Indonesia. Serangan S. litura dapat mengakibatkan kerusakan, bahkan kehilangan hasil pada tanaman kedelai. Gejala serangan berupa daun berlubang karena larva memakan jaringan daun hingga menyisakan epidermis dan tulang daun. Hama ini dilaporkan menyerang  tanaman kedelai di sentra-sentra produksi di Indonesia yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan dan Sulawesi Tengah. Upaya pengendalian hama ulat grayak yang dilakukan petani  adalah menggunakan pestisida sintetik, namun karena dampak negatif penggunaannya terhadap kesehatan manusia dan  keseimbangan ekosistem alam, maka perlu adanya alternatif pengendalian yang dampak negatifnya rendah terhadap lingkungan. Beberapa teknologi pengendalian yang telah diteliti dan diketahui efektifitasnya antara lain; penggunaan Spodoptera litura nuclear polyhedrosis virus (SlNPV) (50-100%), cendawan entomopatogen Beauvaria bassiana (51-93%), Metarhizium anisopliae (93-100%), Nomuraea rileyi  dan Lecanicillium lecanii (80-85%), Parasitoid (13-56%), predator Forficula auricularia (96%), nematoda entomopatogen Steinernematidae (30-51%), pestisida nabati (>30%), tanaman perangkap dan varietas tahan Aplikasi yang tepat akan mendukung perkembangbiakan spesies tersebut di alam sehingga akan terjadi siklus rantai makanan yang seimbang dan berkelanjutan. Komponen pengendalian ini dapat dimasukkan dalam pengendalian terpadu, sehingga serangan S. litura dapat ditekan, tanaman berproduksi optimal, keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan,  residu pestisida dapat diturunkan dan sistem pertanian berkelanjutan tercapai.