Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERENCANAAN BERGARANSI SEBAGAI EPISTEMOLOGI ALTERNATIF TEORI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF Hastiyanto, Febrie
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik Vol 14, No 2 (2013): JURNAL ILMIAH ADMINISTRASI PUBLIK
Publisher : FIA UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9874/fia-ub.v14i2.360

Abstract

Abstraksi: Perencanaan Bergaransi Sebagai Epistemologi Alternatif Teori Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Perencanaan pembangunan di tanah air dilakukan dengan pendekatan teknokratik, politik, atas-bawah (top-down), bawah-atas (bottom-up) dan partisipatif secara komplementer. Namun pada praktiknya masing-masing pendekatan seringkali diimplementasikan secara tidak proporsional. Pendekatan partisipatif yang menjaring aspirasi masyarakat melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) kerap diabaikan sehingga menguatkan apatisme publik dalam proses perencanaan pembangunan. Agar partisipasi publik tidak diabaikan, di Kabupaten Tegal telah diinisiasi Perencanaan Bergaransi; perencanaan yang menjamin hasil-hasil Musrenbang yang dilakukan secara partisipatif untuk dialokasikan atau dilaksanakan sesuai kriteria tertentu. Dari kajian yang dilakukan diketahui bila setelah Perencanaan Bergaransi diinisiasi, respons positif masyarakat semakin menguat untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan. Meskipun demikian, Perencanaan Bergaransi pun tidak luput dari kritik, diantaranya desain perencanaan, ruang lingkup kewenangan kegiatan (project), representasi peserta Musrenbang hingga aktor pelaksana kegiatan (project).   Kata kunci: perencanaan, pembangunan, bergaransi, partisipasi, musrenbang.   Abstract: Alternative Planning Theory Epistemology warranty as Participatory Planning. Development planning in this country has been done by the technocratic, political, top-down, bottom-up and participative approach as complementary. In practice, each approach is often implemented disproportionately. Participatory approaches that capture the aspirations of the people through the Development Planning Forum (Musrenbang) is often ignored, thus public apathy strengthens in development planning process. So that public participation grows in Tegal regency it has initiated Warranty Planning; that guarantee the results conducted in a participatory planning forums to be allocated or implemented according certain criteria. From this study known that after the Warranty Planning was initiated, a positive public response has intensified to engage in the development planning. However, Warranty Planning is not immune from criticism, including planning design, the scope of project authority, representation of Musrenbang participants, and the actors in project implementation.   Keywords: planning, development, warranty, participation, development planning forum.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN GERAKAN SOSIAL DALAM REFORMA AGRARIA DI INDONESIA Hastiyanto, Febrie
Kybernan: Jurnal Studi Kepemerintahan Vol 5 No 2 (2019): SEPTEMBER 2019
Publisher : Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/kybernan.v5i2.369

Abstract

Reforma Agraria telah menjadi satu isu gerakan sosial di Indonesia. Pada praktiknya karakteristik gerakan yang tumbuh untuk memperjuangkan Reforma Agraria memiliki varian yang beragam. Diferensiasi ini dipengaruhi oleh preferensi aktor gerakan dalam memaknai Reforma Agraria untuk kepentingan perjuangannya. Tak dapat dielakkan, gerakan Reforma Agraria?sebagaimana tipologi isu gerakan yang lain?adalah akumulasi kepentingan-kepentingan aktor-aktor di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik gerakan Reforma Agraria kaum kiri, kaum feodal serta petani dan masyarakat miskin (kota). Semua berjuang untuk kesejahteraan agraria, semua berjuang dengan cara yang berbeda-beda dan hingga kini hasilnya dianggap belum memuaskan semua. Negara perlu mengambil peran yang lebih besar. Ketimbang mengatur pemilikan, pembagian dan pemanfaatan tanah ?milik orang lain? bukan tidak mungkin negara mengatur pemilikan, pembagian dan pemanfaatan tanah ?miliknya sendiri.?Sudah saatnya aset-aset perkebunan negara dibuka secara luas dan transparan untuk dikelola publik, sebagai langkah masuk menuju Reforma Agraria yang mensejahterakan semua.