Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

RESOLUSI PENANGANAN GAFATAR PASCA DIBUBARKAN OLEH PEMERINTAH PROVINSI BANGKA BELITUNG Rajab, Hadarah
Indonesian Journal of Islamic Literature and Muslim Society Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.464 KB) | DOI: 10.22515/islimus.v1i1.257

Abstract

This study attempts to describe activity GAFATAR in Bangkabelitung after dissolved.The results of research suggest that after the dissolution ofGAFATAR, his followers still keep his view that the organizationGAFATARdid not teach something subverted from tenets or the rule of law or customary is in this country, and not fund that members ofGAFATARknow are the anew after Muhammad saw. They feel this would be a belief where confidence any will be guaranteed in national unity of the republic of Indonesia. On the other hand, after the dissolution ofGAFATARphenomenon, on the surface is looks calmly but still needs to be alert by Karen due to the emergence ofGAFATARthe life of his followers be chaotic and misery of then responsibility the leadersGAFATARthere is no.Joy and this phenomenon people who were subjected to experienced depress social in the massif.
Epistemologi Tasawuf sebagai Nilai Utama Pembinaan Akhlak Rajab, Hadarah
Tawshiyah: Jurnal Sosial Keagaman dan Pendidikan Islam Vol. 15 No. 2 (2020): Tawshiyah Vol. 15, No. 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/taw.v14i2.1628

Abstract

Masyarakat Indonesia acap kali dinilai kurang kepedulian terhadap dunia sufisme(tasawuf) sebagai medium pembinaan moral, namun pandangan tersebut tidak didukung dengan data yang akurat. Sebab tasawuf ada sejak lama klasik hingga zaman modern ditandai dengan munculnya tokoh pemikir Hamka yang menggandrungi tasawuf-tasawuf secara modern meskipun tidak mengkhususkan kajiannya pada praktek ketarekatan. Tasawuf dari masa ke masa dapat menjadi “fundamental aktualitas” hingga menjadi dasar pembentukan moral sebagai akhlak mulia bagi pribadi-pribadi insani secara individu, sosial dan bahkan turut andil menjadi corak Islam di tanah air.
Pendidikan Dimensi Tasawuf Membangun Moral Anak Didik Rajab, Hadarah
LENTERNAL: Learning and Teaching Journal Vol. 1 No. 3 (2020): LENTERNAL: Learning and Teaching Journal
Publisher : Fakultas Tarbiyah, IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.077 KB) | DOI: 10.32923/lenternal.v1i3.1649

Abstract

Manusia modern semakin terkontaminasi oleh rasa cemas dan kehilangan visi keilahian serta kehilangan dimensi transdental, sehingga mudah dihinggapi kegersangan dan kritis spiritual.Sebagai akibatnya, manusia modern sering dihinggapi penyakit setress, depresi dan alusinasi.Mereka teralusisnasi dengan dirinya sendiri, dari lingkungan sosialnya dan yang terpenting lagi seolah-olah pesan dari Tuhannya.Kesenjangan antara identitas dan peran agama di satu sisi dan kenyataan masyarakat beragama di sisi lain sebagai dampak modernisme, menunjukkan lemahnya peran agama ditengah-tengah masyarakat. Karena agama yang dipahami oleh masyarakat tampaknya masih sebatas pemahaman dan pengalaman agama secara formalistik.Pemahaman dan pengamalan agama pada masyarakat belum sampai menyentuh pada tingkat penghayatan batiniyah dari hakikat agama.Pemahaman dan pengamalan seperti itu tidak banyak berpengaruh terhadap pembinaan moral.Apalagi jikalau agama hanya dijadikan sebagai simbol pengakuan belaka, tanpa pemahaman dan pengamalan. Bagi setiap insan manusia, baik secara pribadi maupun secara unversal, tentu saja menghendaki sebuah hasil pencapaian hidup yang maksimal agar biasa eksis. Untuk pencapaian level yang paripurna tersebut, membutuhkan upaya secara berkelanjutan dan konsisten pada jalan spiritual sembari menekenuni latihan dan olahan batin, dengan upaya maksimal itulah meberi jalan pintas bagi seseorang mencaoai suatu kecerdasan maksimal yang disebut intlek (intelektus). Media intelek inilah kemudian berfungsi sebagai untuk mengendalikan langkah hidup dan pencapaian yang layak sampai pada visi keabadian, sekaligus menapis sikap dan praktek pragmatism, kepentingan temporal manusia.Manusia dapat menoropong sendi-sendi kebaikan dirinya secara spesifik demi eksistensi kebaikan universal.Manusia pada dimensi ini, telah mencapai pengetahuan substantif secara filsafati dan damai dalam keabadaian hakiki secara spiritual.Maka degan inilah terbangun sebuah landasan spiriiutal tasawuf yang sekaligus actuality. Tasawuf dapat dihami sebagai bagian dari aspek keilmua Islam secara khusus meurpakan dimensi pembersihan jiwa ruhaniah manusia yang menjadi morot penggerak semangat dan jiwa moral yang penuh dengan sikap santun dan keperibadian sebagai ‘tauladan’. Sejatinya, ilmu tasawuf pada mulanya tidak terpisahkan dengan serangkaian olahan batin yang disebut dalam ilmu tasawuf sebagai tazkiyah an-nafs, pada aspek ini menjadi jalan yang mutlak dilalui bagi setiap insan yang menjalani atau pementasan spiritualitas dirinya. Dalam perjalanan spiritual para sufi adalah pengendalian diri dari intrik-intrik dunawiah, mengindarkan diri dari segala bentuk rangsangan (godaan) materi, sebab godaan materi ini dipandangan sebagai biang dari segala penghacuran menuju keabadian; yakni ‘insan suci’. Ini menggambarkan bahwa betapa detealnya perjalanan yang harus ditempuh selama hayat dikandung dikenal dengan mujahadah yakni perjuangan sepanjang hidup manusia. Mujahadah sebagai evisentrum terjalinnya hubungan timbal balik antara hamba dengan Tuhannya demikian sebalik, Tuhan yang dituju akan hadir dan senantiasa mengintai dirinya, menjaga sikap dan perilaku diri untuk selalu dan selamanya menjadi peribadi yang baik, teladan dan terpercaya, inilah model akhlak yang harus diinplementasikan dalam hidup keseharian manusia, menjadi terdidik dan intiqamah. ABSTRACT Modern humans are increasingly contaminated with anxiety and lose the vision of divinity and lose the transcendental dimension, so they are easily seized with spiritual aridity and criticality. As a consequence, modern humans are often afflicted with stress, depression, and hallucinations. They are hallucinating with themselves, from their social environment, and most importantly, as if it were a message from their God.The disparity between identity and the role of religion on the one hand and the reality of religious society on the other hand, as a result of modernism, shows the weak role of religion in society. Because the religion that is understood by the community seems to be still limited to understanding and experiencing religion in a formalistic manner. The understanding and practice of religion in society have not yet reached the level of inner appreciation of the nature of religion. Such understanding and practice have little effect on moral formation. Especially if religion is only used as a symbol of recognition, without understanding and practice. Humans, to be able to reach an existential level, of course, have to make the spiritual ascent and train their intellectual acuity. Fragmentary knowledge cannot be used to see the complete reality unless he has an intellectual vision of the whole. Whereas in every case complete knowledge about nature cannot be achieved but must be through knowledge from the center (center) because this knowledge also contains divine knowledge which can essentially be a link between the servant and his creation. Man can know himself perfectly, only if he has the help of God's knowledge because a relative existence will only be meaningful if he is tied to the Absolute, namely 'God' Sufism is a field of Islamic studies that focuses its attention on efforts to clean up aspects of the human inner self that can revive the noble morals. So as a science since the beginning of Sufism, it cannot be separated from the tazkiyah al-Nafs (purification of the mind/soul). This effort is then theorized in the stages of self-control and certain disciplines from one stage to the next so that it reaches a spiritual level (maqam) which is referred to by the Sufis as zhuhud (testimony), form (encounter), or mortal '(self-annihilation). With a clear heart, according to a Sufistic perspective, a person is believed to be able to give up his devotions and maintain behavior because he can feel a closeness to Allah SWT.
Pendidikan Akhlak Tasawuf Fundamental Dan Relevansinya Dengan Krisis Sosial Rajab, Hadarah
LENTERNAL: Learning and Teaching Journal Vol. 2 No. 1 (2021): LENTERNAL: Learning and Teaching Journal
Publisher : Fakultas Tarbiyah, IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.958 KB) | DOI: 10.32923/lenternal.v2i1.1650

Abstract

Zaman sekarang yang berada pada era moderen dan menglobal, pola kehidupan manusia mengalami peruahan secara menyeluruh pula, cenderung seraba mudah dengan kekuatan tekhnologi semuanya gampang dan serba otomatis, bahkan keperluan hidup seseorang dapat dengan mudah terlayani melalui tekhnologi, misalnya, sudah ada pasar online, pembelajaran daring, dan kebutuhan penting lainnya, bahkan yang celakanya adalah semua kegiatan sosial manusia sudah menjadi konsumsi publik melalui sosial media. Tidak ketinggalan para orang tua, mereka sudah disibukkan dengan gadget untuk melakukan segala komunikasi kepada siapa saja, mengakibatkan kesenjangan hubungan komunikasi orang tua terhadap anak-anak mereka, dan komunikasi kepada sanak saudara. Fenomenya perubahan polah komunikasi pun demikian berkurang, semuanyanya menimbulkan dampak yang luar biasa dan dapat menurunkan derajat spiritual seseorang. Inilah tantangan yang dasyat yang menyebakan debat panjang dipanggung kehdupan manusia. Hidup serba meodern, membawa manusia pada situasi yang serba tidak pasti, gejolak batin terjadi antara trendy dan tradisional. Apakah setiap setiap manusia sudah mempunyai tameng bagi kemaslahatan hidupnya yang sejatimya hidup lebih sejarhtera, terntran dan damai, namun kesuamnya itu justru bisa saja terjadi dengan segalanya serba berubah ke arah yang negatif. Dimensi tasawuf merupakan pengetahuan yang terjadi secara langsung didapatkan oleh seseorang melalui petunjuk bagaiakan bisikan langsung (intuisi) dari Tuhan, namun juga sekaligus memiliki kemampuan pengetahuan menangkap pembeda dengan pengaruh ilusi atau bisikan setan yang justru menyesatkan. Dan menggiring manusia agar menjauh dari rahmat dan perlindungan Allah SWT. ini dapat terjadi melalui penyingkapan tabir sebagaimana penjelasan sebelumnya. ABSTRACT Nowadays, which is in a modern and global era, the pattern of human life has undergone a complete change as well, tends to feel easy with the power of technology, everything is easy and fully automatic, even one's life needs can be easily served through technology, for example, there is already an online market, learning online, and other important needs, even though, unfortunately, all human social activities have become public consumption through social media. Do not miss the parents, they are busy with gadgets to communicate with anyone, resulting in gaps in the communication relationship between parents and their children, and communication with relatives. The phenomenon of changes in communication patterns is also reduced, all of which have a tremendous impact and can reduce a person's spiritual status. This is a formidable challenge that causes a long debate on the stage of human life. Living completely modern, bringing people to situations that are completely uncertain, inner turmoil occurs between trendy and traditional. Does every human being already have a shield for the true benefit of his life, to live more in a more prosperous, orderly and peaceful way, but the harshness of it can happen with everything changing in a negative direction. The dimension of Sufism is knowledge that occurs directly obtained by someone through instructions such as direct whispers (intuition) from God, but at the same time they also have the ability to perceive differentiators with illusory influences or Satan's whispers which are misleading. And lead people away from the grace and protection of Allah SWT. this can happen through the unveiling of the veil as explained earlier.
Deseminasi Program Community Engagement and Professional Development Rajab, Hadarah
AL QUWWAH : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2021): AL QUWWAH : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : LP2M IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/aq.v1i1.1167

Abstract

The Community Development and Professional Development Program is a short training but provides not simple experience, participants can focus more on developing academic writing, methodology research and scientific insights in the fields of Psychology, Anthropology, Social Science, Cultural Studies, Ethnography and Australian History, besides learning in more developed countries, certainly more appropriate so that in the following periods it could be developed again. The Religion and Society Research is an extension of the Center for the Study of Contemporary Muslim Society (CSCMS) which was established in 2009 at UWS under the umbrella of the National Center of Excellence for Islamic Studies. As such, it is apparent that Islam and the Muslim community have become the basis of studies that are calculated and attracting interest in the UWS and in many other campuses in Australia. Conflicts, especially radical terrorism is not visible on the surface, so when it is questioned, it becomes something that is not interesting for them to be discussed. It is possible that this also exists but is not popular for all parties to talk about it. It is evident that every resource person who appears if at the end of a radical question about terrorism, then he spontaneously says he does not have control and there is no material to convey, therefore he is wrong when providing information because it is outside of their knowledge. His attitude of professionalism seems to be exemplary on the other hand, that means that not everyone can talk about everything, if it is outside their knowledge and understanding, other than that they do not want to rashly provide information that will result in information only alleged without evidence. Program Community Engagement and Professional Development merupakan training singkat namun memberikan pengalaman yang tidak sederhana, peserta dapat lebih focus pada pengembangan academic writing, methodology research dan wawasan keilmuan di bidang Psychology, Antropology, Social Science, Cultural Studies, Ethnography and Australian History, selain itu belajar di negara lebih maju tentu lebih tepat ssehingga dimasa-masa berikutnya dapa dikembangkan lagi. The Religion and Society Research merupakan perluasan dari Center for the Study of Contemporary Muslim Society (CSCMS) yang didirikan tahun 2009 di UWS di bahwa payung National Center of Exellence for Islamic Studies. Dengan demikian, nampak nyata bahwa Islam dan komunitas masyarakat muslim telah menjadi basis kajian yang diperhitungkan dan menarik minat di UWS dan di banyak kampus-kampus lain di Australia. Konflik, radikal apalagi terorisme terbilang tidak nampak dipermukaan, sehingga ketika hal itu dipertanyakan, maka hal itu menjadi sesuatu yang tidak menarik bagi mereka untuk diperbincangkan. Kemungkinan hal itu juga ada namun tidak menjadi populer untuk semua kalangan untuk membicarakannya. Terbukti setiap narasumber yang tampil jika diakhir pertanyaan tenang radikal terorisme, maka ia pun spontan mengatakan tidak menguasai dan tidak ada bahan untuk disampaikan, oleh karenanya ia justru salah jika memberikan informasi karena diluar pengetahuan mereka. Sikap Profesionalismenya nampak disisi lain patut dicontoh, iu artinya tidak semua orang boleh berbicara tentang semua hal, jika memang diluar keilmuan dan pemahaman mereka, selain itu tidak ingin gegabah memberikan informasi yang akibatnya informasi tersebut hanya dugaan tanpa bukti.
Peran Sufisme Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Terhadap Perkembangan Keagamaan Islam Melayu di Kota Pangkalpinang Rajab, Hadarah
Edugama: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan Vol. 4 No. 2 (2018): Edugama: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : PASCASARJANA IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/edugama.v4i2.733

Abstract

Abstract Tasawuf and Sufism have succeeded in donating their contributions to Islam. Follow conquering the nations that have not been touched by Islamic teachings. Its influence is most likely to reach Bangka whose motives could have an impact on the Muslim Community of multicultural Pangkalpinang City, also known as the Malay Muslim community that has a common sense with the Sumatran Muslim community in general (Palembang, Bengkulu, Padang, Riau to Aceh). Malay Islamic societies are more dominant and can coexist with more Chinese societies after Christianity, Christianity, Hinduism, and Buddhism, attracting them because they can show the phenomenon of peaceful and mutual respectful peoples. Of course, this is important to be explored and can be used as a pilot icon for especially for conflict-laden areas. The initial data compiled by the researchers is that there is a positive indication that behind the harmony and peace of religion, especially for the ummah of Islam, it can be assumed that the general character of Pangkalpinang has its own characteristic, the influence of tarekat teachings, in general, can be expected to follow the attitudes and behavior of Muslim community in Bangka city , as well as the influence of Khalifah Naqsyabandiyah's teachings in particular is synonymous with the teachings of self-awareness and repentance from taking care of the religion and the beliefs of others. Their religious cultures are framed by the spiritual values of Sufism that are strong in their respective religions, as for the followers of Islam and the Islamic religion, they believe the supernatural powers that grow from the pure tasawuf of Islam which is then known as Sufism. Abstrak Tasawuf dan sufisme telah berhasil menyumbangkan andilnya yang tidak sedikit terhadap perluasan Islam. Ikut menaklukkan bangsa-bangsa yang selama ini belum tersentuh ajaran Islam. Pengaruhnya tentu sangat mungkin sampai ke Bangka yang motifnya bisa berdampak pada Masyarakat Muslim Kota Pangkalpinang yang multikultural juga dikenal sebagai masyarakat Islam Melayu yang memiliki matarantai dengan masyarakat Islam Sumatra secara umum (Palembang, Bengkulu, Padang, Riau hingga Aceh). Masyarakat Islam Melayu lebih dominan dan dapat hidup berdampingan dengan masyarakat Cina yang lebih banyak setelah ummat Islam, demikian Kristen, Hindu dan Budha, menariknya karena dapat menunjukkan fenomena masyarakat yang hidup damai dan saling menghormati satu sama lain. Tentu hal ini penting dieksplorasi dan bisa dijadikan sebagai icon wilayah percontohan khususnya untuk wilayah yang sarat dengan konflik. Data awal yang dihimpun oleh penelitiyaitu ada indikasi positive bahwa dibalik keharmonisan dan kedamaian menjalankan agama khususnya bagi ummat Islam, dapat diasumsikan bahwa keberagamaan masyarakat Pangkalpinang memiliki ciri khas tersendiri, pengaruh ajaran tarekat secara umum dapat diduga ikut mewarnai sikap dan perilaku masyarakat muslim di kota Bangka, demikian juga pengaruh khususnya ajaran tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah memang identik dengan ajaran yang mengedepankan kesadaran diri sendiri dan pertobatan dari pada mengurus agama dan keyakinan orang lain. Kultur keberagamaan mereka terbingkai oleh nilai-nilai Spiritual Sufisme yang kental di masing-masing agama yang dijalankannya, demikian bagi penganut agama dan spiritual Islam Melayu, mereka meyakini kekuatan supranatural yang tumbuh dari tasawuf yang murni Islam yang kemudian dikenal dengan istilah sufisme. Kata Kunci: Peran Sufisme Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Terhadap Perkembangan Keagamaan Islam Melayu