Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pemanfaatan Cangkang Telur sebagai Bahan Baku Komposit CaCO3-Alginat untuk Adsorben Metil Jingga Suci Indah Permata Sari; Sri Wardhani; Darjito Darjito
The Indonesian Green Technology Journal Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah cangkang telur ayam broiler. Limbah cangkang telur digunakan sebagai bahan pembuatan CaCO3-Alginat dengan bantuan Na-Alginat untuk menghilangkan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah zat warna dari industri tekstil. Adsorben serbuk cangkang telur dan adsorben komposit granul CaCO3-Alginat diaplikasikan untuk mengadsorpsi metil jingga dalam larutan. Analisis metil jingga menggunakan metode Spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang 464 nm. Pembuatan komposit CaCO3-Alginat dilakukan dengan menambahkan 1 g Na-Alginat pada sampel serbuk cangkang telur dan diaduk hingga homogen, kemudian diinjensikan pada larutan CaCl2 10% agar terbentuk granul.  Cangkang telur dianalisa menggunakan XRD, FTIR, dan spektrofotometer AAS. Berdasarkan JCPDS No.96-101-0963 ditemukan bahwa struktur serbuk cangkang telur adalah kalsit, dari hasil analisa menggunakan spektrofotometer serapan atom didapatkan kadar Ca dalam cangkang telur sebesar 29.97%. Berdasarkan kadar Ca yang didapatkan dapat diketahui bahwa kada  CaCO3 dalam cangkang telur sebesar 65.97%. Karakterisasi menggunakan spektrofotometer FTIR menunjukkan daerah fingerprint CaCO3 pada panjang gelombang 1748.45 cm-1 dan daerah fingerprint khas alginat dalam granul komposit CaCO3-Alginat pada panjang gelombang 1159.51 cm-1. Penelitian adsorpsi terhadap 20 mL metil jingga dipelajari dengan penentuan pH optimum dengan variasi pH yang digunakan pH 1, 3, 5, 7, dan 9 serta penentuan waktu kontak optimum dengan variasi waktu kontak 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 menit. Penentuan kapasitas adsorpsi dari adsorben serbuk cangkang telur dan CaCO3-Alginat dilakukan dengan variasi konsentrasi 25, 50, 75, 100, 150, 200, dan 250 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum adsorpsi dari adsorben serbuk cangkang telur dengan aadsorbat metil jingga 30 mg/L adalah waktu kontak 90 menit dan pada pH 5, sedangkan untuk adsorben CaCO3-Alginat adalah waktu kontak 75 menit dan pH 5. Pada kondisi optimum isoterm adsorpsi mengikuti isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi adsorben granul CaCO3-Alginat dan serbuk cangkang telur berturut-turut adalah 2.26 mg/g dan 2.69 mg/g.
Pengaruh Temperatur Sintesis Precipitated Calcium Carbonate (PCC) Dengan Modifier Terhadap Ukuran Dan Jenis Kristal Sri Wardhani; Miralda Syakirah; Darjito Darjito; Danar Purwonugroho
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2021
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v10i1.9207

Abstract

Batu kapur dapat ditingkatkan nilai dan kualitasnya melalui proses sintesis Precipitated Calcium Carbonate (PCC). PCC banyak digunakan dalam industri kertas karena memiliki keunggulan ukuran partikel yang lebih seragam serta derajat kecerahan dan kemurnian yang lebih tinggi. Review artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur sintesis PCC dengan modifier terhadap ukuran dan jenis kristal, mengetahui pengaruh penambahan modifier terhadap ukuran partikel PCC serta mengetahui kondisi sintesis yang menghasilkan PCC yang dapat diaplikasikan dalam industri kertas. Review artikel ini menggunakan metode kajian pustaka berdasarkan literatur jurnal ilmiah dengan menggunakan satu jurnal PCC tanpa modifier dan lima jurnal PCC dengan modifier yaitu Sodium Deoxycholate (SDC), asam oleat, dodecyltrimethylammonium bromide (DTAB), etilen glikol, dan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA). Metode sintesis yang digunakan dari jurnal yang diteliti adalah metode kaustik soda dan karbonasi. Penentuan jenis kristal PCC menggunakan data hasil X-Ray Diffraction (XRD) dan penentuan ukuran partikel menggunakan data hasil Scanning Electron Microscope (SEM) dan Particle Size Analyzer (PSA). Berdasarkan hasil review artikel terhadap jurnal penelitian yang digunakan, temperatur reaksi mempengaruhi ukuran dan jenis kristal PCC dengan modifier. Jenis kristal kalsit terbentuk pada temperatur rendah (≤30°C), vaterit umum terbentuk pada temperatur ≥40°C, dan aragonit terbentuk pada temperatur tinggi ≥60°C. Semakin tinggi temperatur, ukuran PCC yang dihasilkan cenderung meningkat. Penambahan modifier mempengaruhi ukuran kristal PCC dengan menghasilkan ukuran yang lebih kecil dibanding dengan PCC tanpa modifier. Ukuran partikel yang dihasilkan sebesar 0,6‒10 µm.
Fabrication and Performance of Laterite East Kotawaringin-Zeolite/Chitosan Composite as Slow Release of Iron Fertilizer Rendy Muhamad Iqbal; Sri Wardhani; Darjito Darjito; Karelius Karelius
Molekul Vol 13, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.59 KB) | DOI: 10.20884/1.jm.2018.13.2.443

Abstract

Laterite soil is one of natural resources in East Kotawaringin regency, Central Kalimantan, Indonesia, which contains high element of Fe. Fe is one of micronutrients that is needed for plant in slight amount. This study aims to determine the effect of chitosan composition and composition of zeolite : laterite on the release of Fe activities from synthesized fertilizers result. Laterite is characterized by using XRF and XRD. Slow release iron fertilizer is synthesized by eliciting laterite to zeolite matrix. Then, It is stirred into chitosan gel with concentration of 2, 2.6, and 2.8 % for 30 minutes. After Zeolite - laterite - chitosan has been homogenized, then it is dropped into 0.4 M NaOH to form beads. Then testing the release of Fe with the batch method in distilled water. The result showed that the laterite soil is amorphous form, and Fe content reached 80.25 % . The higher the concentration of chitosan which is used , then more Fe is released from fertilizer. Whereas if the amount of zeolite is greater, the slower the release of Fe will be.