Dominicus Martono, Dominicus
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehuatanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No.5, Bogor. 16610. Telp./Fax:0251 8633413, 8633378.

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Hasil Hutan

PENGAWETAN WARNA KAYU TUSAM (Pinus merkusii) DAN PULAI (Alstonia sp.) DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN DASAR DISINFEKTAN Barly, Barly; Martono, Dominicus; Abdurachman, Abdurachman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 2 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2646.004 KB)

Abstract

Warna di antara berbagai jenis kayu sangat bervariasi, meskipun dalam jenis kayu yang sama perbedaan tersebut relatif kecil. Perbedaan warna kayu pada bagian permukaan atau inti dari suatu papan dapat menimbulkan masalah dalam perdagangan atau penampakan dari suatu produk akhir. Perubahanwarna yang tidak diharapkan sering terjadi selama proses pengeringan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari perubahan warna alami kayu pulai (Alstonia sp.) dan tusam (Pinus merkusii). Pencegahan perubahan warna dilakukan secara kimia dengan menggunakan bahan aktif benzilkonium klorida (A dan D), fenol (B dan C), asam kresilat (E), natrium hipoklorit (F) dan metilena-bisthiocyanate (G). Contoh uji kayu basah dilabur bahan di atas dan bersama kontrol disimpan dalam ruang AC pada RH 70 dan suhu 18 C, di ruang teras dan dalam oven pada suhu 60 dan 120 C. Hasil pengujian menunjukkan nilai kecerahan (L*) tertinggi diperoleh pada kayu pulai di bagian permukaan dan di bagian dalam balok menggunakan formulasi D, yaitu 87,3 dan 89,3 dengan nilai total variasi kecerahan ( L*) -6,7 dan -4,7. Sementara, pada kayu tusam di bagian permukaan dan di bagian dalam balok menggunakan formulasi F, yaitu 83,5 dan 80,0 dengan total variasi). Pencegahan perubahan warna dilakukan secara kimia dengan menggunakan bahan aktif benzilkonium klorida (A dan D), fenol (B dan C), asam kresilat (E), natrium hipoklorit (F) dan metilena-bisthiocyanate (G). Contoh uji kayu basah dilabur bahan di atas dan bersama kontrol disimpan dalam ruang AC pada RH 70 dan suhu 18 C, di ruang teras dan dalam oven pada suhu 60 dan 120 C. Hasil pengujian menunjukkan nilai kecerahan (L*) tertinggi diperoleh pada kayu pulai di bagian permukaan dan di bagian dalam balok menggunakan formulasi D, yaitu 87,3 dan 89,3 dengan nilai total variasi kecerahan ( L*) -6,7 dan -4,7. Sementara, pada kayu tusam di bagian permukaan dan di bagian dalam balok menggunakan formulasi F, yaitu 83,5 dan 80,0 dengan total variasi kecerahan -10,5 dan -14,0. Nilai tersebut dihasilkan pada kayu yang disimpan dalam suhu dan kelembaban rendah (AC).
SIFAT FISIS DAN STABILISASI DIMENSI BEBERAPA JENIS BAMBU KOMERSIAL Barly, Barly; Ismanto, Agus; Martono, Dominicus; Abdurachman, Abdurachman; Andianto, Andianto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 3 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2643.839 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisis dan stabilitas dimensi bambu agar optimal penggunaannya sebagai bahan konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan panjang batang, jumlah ruas dan panjang ruas pada tiap jenis bambu nilainya bervariasi. Kadar air bambu segar bervariasi bergantung jenis, yaitu bambu hijau atau ater (236,15%), mayan (181,52% ), tali (117,32% ), hitam (111,83%). Kerapatan bambu bervariasi, yaitu bambu tali (0,93), andong (0,88), mayan (0,83), hijau atau ater (0,79), hitam (0,78), dan betung (0,78). Kerapatan dari arah luar ke dalam pada arah potong melintang, bagian luar lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah dan dalam. Penyusutan volumetrik bambu mayan (9,04%), betung (15,75%), andong (16,32%) dan ater (38,45%). Dengan perlakuan bambu ater paling rendah penyusutannya, yaitu -9,21% (PEG) dan yang tertinggi pada bambu andong, 12,13% (air). Persentase ASE tertinggi pada bambu ater, 95,57% (LO) dan yang terendah pada bambu mayan , yaitu -144,92 (SCa). Bahan yang memberi respon pada nilai % ASE disusun secara berurut dari tertinggi, yaitu LO, PEG, SPo, D, B, A, C. Bahan LO paling sedikit diserap (diabsorb) oleh semua jenis bambu, disusul oleh PEG kecuali pada bambu hitam. Bambu yang paling sedikit menyerap bahan yaitu andong (14,12%) dengan LO dan yang paling banyak yaitu bambu hitam (137,54%) dengan PEG. Secara umum bambu hitam menyerap paling banyak semua jenis bahan yang digunakan. Retensi bahan dalam bambu disusun secara berurut dari yang tertinggi adalah PEG, LO, SCa dan SPo. Jenis bambu yang memiliki nilai retensi tertinggi secara berurut, yaitu hitam, ater, tutul, andong, mayan dan betung.
DAYAGUNA CAMPURAN SODA ABU - BORAKS SEBAGAI ANTI JAMUR BIRU DAN RAYAP Barly, Barly; Ismanto, Agus; Martono, Dominicus
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2356.997 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.2.179-188

Abstract

Kebanyakan kayu gubal dari jenis kayu keras mudah diserang jamur pewarna dan serangga perusak kayu. Bahan pengawet boron relatif aman bagi manusia dan binatang peliharaan. Bahan pengawet dengan bahan dasar borak dan ditambah soda abu telah diformulasi. Contoh kayu diawetkan dalam larutan 5% (b/v) dari lima kondisi campuran soda abu-boraks, yaitu 1,0 : 1,5; 1,5 : 1,0; 1,0 : 1,0; 2,0 : 1,0, dan 1,0 : 2,0 (b/b). Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi toksisitas formulasi campuran boraks-soda abu terhadap rayap dan jamur pewarna kayu. Hasil pengujian menunjukkan larutan 5% campuran soda abu - boraks (1,0 : 2,0) yang dinyatakan sebagai asam borat (H BO ) pada retensi 7,23 kg/m3terbukti efektif mencegah rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan rayap kayu kering Cryptotemes cynocephalus Light., serta dapat digolongkan ke dalam kelas efikasi sangat baik dengan masa proteksi 4 minggu terhadap jamur pewarna biru.