Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

PENGAWETAN WARNA KAYU TUSAM (Pinus merkusii) DAN PULAI (Alstonia sp.) DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN DASAR DISINFEKTAN Barly, Barly; Martono, Dominicus; Abdurachman, Abdurachman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 2 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2646.004 KB)

Abstract

Warna di antara berbagai jenis kayu sangat bervariasi, meskipun dalam jenis kayu yang sama perbedaan tersebut relatif kecil. Perbedaan warna kayu pada bagian permukaan atau inti dari suatu papan dapat menimbulkan masalah dalam perdagangan atau penampakan dari suatu produk akhir. Perubahanwarna yang tidak diharapkan sering terjadi selama proses pengeringan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari perubahan warna alami kayu pulai (Alstonia sp.) dan tusam (Pinus merkusii). Pencegahan perubahan warna dilakukan secara kimia dengan menggunakan bahan aktif benzilkonium klorida (A dan D), fenol (B dan C), asam kresilat (E), natrium hipoklorit (F) dan metilena-bisthiocyanate (G). Contoh uji kayu basah dilabur bahan di atas dan bersama kontrol disimpan dalam ruang AC pada RH 70 dan suhu 18 C, di ruang teras dan dalam oven pada suhu 60 dan 120 C. Hasil pengujian menunjukkan nilai kecerahan (L*) tertinggi diperoleh pada kayu pulai di bagian permukaan dan di bagian dalam balok menggunakan formulasi D, yaitu 87,3 dan 89,3 dengan nilai total variasi kecerahan ( L*) -6,7 dan -4,7. Sementara, pada kayu tusam di bagian permukaan dan di bagian dalam balok menggunakan formulasi F, yaitu 83,5 dan 80,0 dengan total variasi). Pencegahan perubahan warna dilakukan secara kimia dengan menggunakan bahan aktif benzilkonium klorida (A dan D), fenol (B dan C), asam kresilat (E), natrium hipoklorit (F) dan metilena-bisthiocyanate (G). Contoh uji kayu basah dilabur bahan di atas dan bersama kontrol disimpan dalam ruang AC pada RH 70 dan suhu 18 C, di ruang teras dan dalam oven pada suhu 60 dan 120 C. Hasil pengujian menunjukkan nilai kecerahan (L*) tertinggi diperoleh pada kayu pulai di bagian permukaan dan di bagian dalam balok menggunakan formulasi D, yaitu 87,3 dan 89,3 dengan nilai total variasi kecerahan ( L*) -6,7 dan -4,7. Sementara, pada kayu tusam di bagian permukaan dan di bagian dalam balok menggunakan formulasi F, yaitu 83,5 dan 80,0 dengan total variasi kecerahan -10,5 dan -14,0. Nilai tersebut dihasilkan pada kayu yang disimpan dalam suhu dan kelembaban rendah (AC).
SIFAT FISIS DAN STABILISASI DIMENSI BEBERAPA JENIS BAMBU KOMERSIAL Barly, Barly; Ismanto, Agus; Martono, Dominicus; Abdurachman, Abdurachman; Andianto, Andianto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 3 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2643.839 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisis dan stabilitas dimensi bambu agar optimal penggunaannya sebagai bahan konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan panjang batang, jumlah ruas dan panjang ruas pada tiap jenis bambu nilainya bervariasi. Kadar air bambu segar bervariasi bergantung jenis, yaitu bambu hijau atau ater (236,15%), mayan (181,52% ), tali (117,32% ), hitam (111,83%). Kerapatan bambu bervariasi, yaitu bambu tali (0,93), andong (0,88), mayan (0,83), hijau atau ater (0,79), hitam (0,78), dan betung (0,78). Kerapatan dari arah luar ke dalam pada arah potong melintang, bagian luar lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah dan dalam. Penyusutan volumetrik bambu mayan (9,04%), betung (15,75%), andong (16,32%) dan ater (38,45%). Dengan perlakuan bambu ater paling rendah penyusutannya, yaitu -9,21% (PEG) dan yang tertinggi pada bambu andong, 12,13% (air). Persentase ASE tertinggi pada bambu ater, 95,57% (LO) dan yang terendah pada bambu mayan , yaitu -144,92 (SCa). Bahan yang memberi respon pada nilai % ASE disusun secara berurut dari tertinggi, yaitu LO, PEG, SPo, D, B, A, C. Bahan LO paling sedikit diserap (diabsorb) oleh semua jenis bambu, disusul oleh PEG kecuali pada bambu hitam. Bambu yang paling sedikit menyerap bahan yaitu andong (14,12%) dengan LO dan yang paling banyak yaitu bambu hitam (137,54%) dengan PEG. Secara umum bambu hitam menyerap paling banyak semua jenis bahan yang digunakan. Retensi bahan dalam bambu disusun secara berurut dari yang tertinggi adalah PEG, LO, SCa dan SPo. Jenis bambu yang memiliki nilai retensi tertinggi secara berurut, yaitu hitam, ater, tutul, andong, mayan dan betung.
PAIN RELIEVED USING EXTRA ANATOMY PATHWAY IN ACUTE INFECTION Abdurachman, Abdurachman
Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Institute of Topical Disease

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1032.256 KB)

Abstract

Acute infection is characterized especially by pain as major complaint of patients. In this following case report, it will be shown that pain cause of acute infection can be relieved using acupuncture technique. Acupuncture use meridian as extra anatomy pathway.
KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS GLULAM JATI, MANGIUM DAN TREMBESI Hadjib, Nurwati; Abdurachman, Abdurachman; Basri, Efrida
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

SIFAT BALOK KOMPOSIT KOMBINASI BAMBU DAN KAYU Abdurachman, Abdurachman; Hadjib, Nurwati; Jasni, Jasni; Balfas, Jamal
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengaruh Pemberian Inokulum Spora Scleroderma Verrucosum Terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea Spp. di Rumah Kaca Noor, Massofian; Abdurachman, Abdurachman
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengaruh spora Scleroderma verrucosum terhadap pertumbuhan bibit Shorea spp telah diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samboja Kalimantan Timur pada bulan April - Desember 2011. Rancangan yang dipergunakan adalah Rancangan Pola Faktorial 5x2x3 dalam acak lengkap dengan 10 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi ketiga faktor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Shorea spp, sedangkan media dan jenis Shorea spp masing-masing berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit. Sebaliknya semua perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap persen kematian bibit. S. johorensis memiliki pertumbuhan tinggi dan diameter yang paling besar, bila dibandingkan dengan keempat jenis lainnya. Persentase hidup S. johorensis dan S. leprosula mengalami tingkat kematian paling sedikit, kemudian disusul oleh S. pauciflora, S. parvifolia dan S. seminis. Jenis S. seminis memiliki pertumbuhan tinggi rata-rata paling kecil. Pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit Shorea spp dan aplikasi mikoriza 3 ml/bibit menghasilkan pertumbuhan tinggi tercepat 30,06 cm yang berbeda nyata dengan kontrol tanpa mikoriza.
MODEL PENDUGAAN VOLUME POHON DIPTEROCARPUS CONFERTUS V. SLOOTEN DI WAHAU KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR Abdurachman, Abdurachman
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beberapa persamaan sederhana dianalisis dari pohon Dipterocarpus confertus yang datanya diambil di PT Gunung Gajah Abadi Wahau Kutai Timur,  Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun persamaan yang akurat yang dapat dipakai untuk penaksiran volume pohon pada daerah penelitian.Model persamaan yang dibuat hanya berdasarkan satu peubah saja yaitu diameter. Analisis model dengan satu peubah ini dilanjutkan setelah dilakukan pengujian hubungan diameter dan tinggi bebas cabang. Pemilihan  model terbaik berdasarkan nilai -nilai, koefisien determinasi (R2), galat baku (Se), simpangan agregatif (SA) dan simpangan rataan (SR). Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang erat antara diameter dan tinggi bebass cabang dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.85. Adapun persamaan terpilih yang diusulkan untuk pembuatan tabel volume pohon adalah V =  0.2758 - 0.0286 d + 0.0014d2.
Pengaruh Perlakuan Penebangan Limit Diameter Terhadap Riap Diameter Pohon Hutan 16 Tahun Setelah Penebangan di Sangai, Kalimantan Tengah Abdurachman, Abdurachman; Susanty, Farida Herry
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengaruh perlakuan penebangan limit diameter pada riap diameter pohon di hutan 16 tahun setelah penebangan telah diteliti. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi pengaruh sistem tebang pilih terhadap riap diameter pohon di hutan. Lokasi penelitian berada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di Sangai, Kalimantan Tengah. Pengukuran dilaksanakan pada 8 plot, dimana masing-masing plot seluas 1 ha (100 x 100 m), ada empat perlakuan yaitu Penebangan dengan diameter >40 cm, >50 cm dan >70 cm serta perlakuan kontrol. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter rata-rata pertahun untuk grup Dipterocarpaceae adalah 0.62 cm/tahun akibat kontrol, 0.66 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >40 cm, 0.64 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >50 cm dan 0.65 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >70 cm), sedangkan Non Dipterocarpaceae diperoleh hasil 0.47 cm/tahun akibat kontrol, 0.48 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >40 cm, 0.49 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >50 cm dan 0.49 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >70 cm. Tidak terdapat perbedaan riap yang nyata antara perlakuan penebangan batas diameter, dalam 16 tahun pasca penebangan.
SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI KAYU KULIT MANIS (Cinnamomum burmanii BL) Abdurachman, Abdurachman; Hadjib, Nurwati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2555.059 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.2.128-141

Abstract

Kayu kulit manis (Cinnamomum burmannii BL) merupakan salah satu komoditas potensial untuk dikembangkan. Kulit kayunya memiliki bau yang khas, banyak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti penyedap rasa makanan atau kue. Bagian batang kulit manis tersebut berupa kayu belum dimanfaatkan optimal selain untuk kayu bakar. Pada proses pengolahan dolok kulit manis menjadi kayu gergajian dihasilkan limbah berupa serbuk dan slab yang dapat dijadikan serpih sebagai bahan baku pembuatan papan partikel. Penelitian untuk mengetahui sifat papan partikel yang dibuat dari limbah tersebut dilakukan dengan cara; partikel kulit manis baik dalam bentuk serbuk gergaji atau serpih, masing-masing dikeringkan dalam oven pada suhu 70 - 90 C sampai mencapai kadar air sekitar 5%, kemudian dicampur dengan serbuk gergaji (sebagai partikel halus) atau terdiri hanya dari partikel saja atau serpih (sebagai partikel kasar), lalu dicetak menjadi lembaran papan partikel menggunakan perekat urea formaldehida (UF), dikempa panas selama 10 menit pada suhu 140 C dengan tekanan 25 kg/cm2. Papan partikel yang dibuat berukuran 30 cm x 30 cmx 1,5 cm dengan kerapatan target masing-masing 0,6, 0,7 dan 0,8 g/cm3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, keteguhan lentur, keteguhan rekat internal dan kuat memegang sekrup papan partikel yang dihasilkan sudah memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia, kecuali untuk kerapatan 0,6 g/cm3dan 0,7 g/cm3yang dibuat dari campuran serpih dan serbuk gergaji.
PENGGOLONGAN PERFORMANS 25 JENIS ROTAN INDONESIA BERDASARKAN KERAPATAN, KEKAKUAN, DAN KEKUATAN Abdurachman, Abdurachman; Jasni, Jasni
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 4 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2015.33.4.273-282

Abstract

Rotan merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu, dan di Indonesia berperan penting sebab memasok 80% kebutuhan bahan baku rotan dunia.  Rotan banyak dimanfaatkan antara lain untuk tali, anyaman, tikar, keranjang, perabot rumah tangga, barang kerajinan, dan produk meubelar.  Pemanfaatan rotan menjadi produk berguna ditentukan diantaranya oleh kerapatan, dan kekuatan (MOR) dan kekakuan (MOE), di mana semakin tinggi nilai ketiga sifat tersebut, maka semakin baik pula kualitas rotan tersebut.  Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terdapat 2 dari 8 genera rotan yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu Calamus dan Daemonorops. Sebagai kaitannya, telah dilakukan pencermatan 25 jenis rotan Indonesia dan kelasifikasinya berdasarkan kerapatan, MOR, dan MOE.  Dua puluh lima jenis tersebut didominasi oleh Calamus spp. dan Daemonorops spp. Penelaahan secara menyeluruh berdasarkan kerapatan, MOR, dan MOE, sebanyak  16%  dari 25 jenis rotan dapat dikelompokkan sebagai kelas I (sangat baik); 36% sebagai kelas II (baik); 32% sebagai kelas III (sedang); dan 16% sebagai kelas IV (rendah).  Penelahan berdasarkan keseluruhan sifat (Kerapatan, MOR, MOE) mengindikasikan 4 jenis rotan yang paling berprospek untuk dimanfaatkan (mulai dari urutan tertinggi) yaitu Korthlsia rigida Bl, Calamus inops Becc.ex Heyne, dan Calamus koordesianus Becc dan Korthalsia echinometra Becc; sedangkan yang paling tidak berprospek adalah Korthalsia zeppelii Burret, Plectocomiopsis geminiflora(Griff) Becc, dan Calamus ornatus Blume dan Daemonorops malanocaetes BL.
Co-Authors Agus Ismanto Agus Rubiyanto Ahmad Sukandar Ami Ashariati Amiril Saridan, Amiril Andi Yasmin Wijaya Andianto Andianto, Andianto Andika Darmawan Wahono Arinda Putri Auna Vanadia Asmaul Lutfi Marufah Astri Dewayani Atika Atika Atika Atika Atsira, Olga Putri Bambang E. Suwito Bambang Purwanto Bambang Purwanto Barly Barly Bonfilio Neltio Ariobimo Chorisma Permata Putri Nurazizah Dian Eka Indriani, Dian Eka Dion K. Dharmawan Dominicus Martono, Dominicus Dzanuar Rahmawan Efrida Basri Erikavitri Yuliati Erliza Noor Farida Herry Susanty Fedik Abdul Rantam Hanafiah Hanik Badriyah Hidayati,* Mohammad Hasan Machfoed,* Kuntoro,** Soetojo,*** Budi Santoso,**** Suroto,***** Budi Utomo****** Hilmy Yafi Zuhair I'tishom, Reny Ida Lanniari, Ida Irwadi, Irfiansyah Jamal Balfas Jasni Jasni Khairina Khairina Krisdianto Sugiyanto Krisnawan A. Pradana Krisnawan Andy Pradana Lukman Hakim Luqman Hakim Andira Maramis, Margarita M. Maramis, Margarita Maria Marjono Dwi Wibowo Martono Tri Utomo Massofian Noor, Massofian Musa Musa Nailur Rohmah Netty Herawati Nurwati Hadjib Oktariza, Rury Tiara Olga Putri Atsira Prastiya Indra Gunawan Pratiwi, Wahyu Nur Rahmawan, Dzanuar S.Pd. M Kes I Ketut Sudiana . Saefudin Saefudin Sita Setyowatie SOETJIPTO . Steven Sheng Looi Subagyo Subagyo Sunarti, Titi Chandra Suwito, Bambang Edi Tajuddin Bantacut Taya Elsa Savista Tjahjono, Agus Eko Tomas Marcelino A. Martin Ujianto Ujianto Ulfi Qomariyah Hanum Viskasari P. Kalanjati Wahyu N. Pratiwi Winona May Hendrata Yudi Her Oktaviono, Yudi Her Yuliati, Erikavitri