Nungki Hapsari Suryaningtyas, Nungki Hapsari
Loka P2B2 Baturaja Jl. Ahmad Yani Km. 7 Kemelak Baturaja Sumatera Selatan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Spesies Mikrofilaria Pada Penderita Kronis Filariasis Secara Mikroskopis dan Polymerase Chain Reaction (PCR) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Santoso, Santoso; Suryaningtyas, Nungki Hapsari
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 25, No 4 Des (2015)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.811 KB)

Abstract

AbstrakFilariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Di Indonesia terdapat 3 spesies cacing filaria yaitu; Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Spesiesutama yang ditemukan di Sumatera adalah B.malayi. Penularan filariasis melalui gigitan nyamuk daripenderita yang mengandung mikrofilaria. Penderita kronis dapat menjadi sumber penular filariasis bila masih mengandung cacing filaria dalam darahnya. Hasil pemeriksaan secara mikroskopis pada penderita kronis sering tidak menemukan adanya mikrofilaria, sehingga perlu dilakukan pemeriksan dengan polymerase chain reaction (PCR). Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan menentukan tingkat endemisitas dan status penderita filariasis kronis dan spesies mikrofilarianya secara mikroskopisdan PCR. Jumlah penduduk positif hasil pemeriksaan darah sebanyak 9 orang (Mf rate 0.31-1,75%). Pemeriksaan PCR terhadap 25 sampel mendapatkan 8 sampel positif mengandung DNA cacing filaria. Metode PCR dapat digunakan untuk membantu pemeriksaan secara mikroskopis dalam penentuan spesies mikrofilaria. Hasil sekuensing DNA mikrofilaria menunjukkan adanya spesies B.timori yang tidak ditemukan pada pemeriksaan secara mikroskopis.Kata Kunci: filariasis, Brugia malayi, Brugia timori, PCR AbstractFilariasis is a chronic infectious disease caused by filarial worms. In Indonesia there are three species of filarial worm that is: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi and Brugia timori. The main species found inSumatra is B.malayi. Filariasis transmission can occurred by mosquitoes bite of the patient containing microfilariae. Chronic sufferers can become a source of transmitting filariasis if it still contains filarialworms in his blood. Microscopic examination results in chronic sufferers often do not find the microfilariae, so that the necessary examination by polymerase chain reaction (PCR). Therefore conducted research aimed at determining the level of endemicity and status of chronic filariasis patients and its microfilariae species using microscopically and PCR. The total population of the positive results of blood tests as many as 9 people (Mf rate 0.31-1,75%). PCR on 25 samples get 8 positive samples containing DNA filarial worms. PCR methods can be used to assist in the determination by microscopic examination microfilariae species. DNA sequencing results indicate the presence of microfilariae B.timori species are not found on microscopic examination.Keywords : filariasis, Brugia malayi, Brugia timori, PCR
FAKTOR RISIKO TERJADINYA KASUS TUBERKULOSIS BERULANG DI KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN Marini; Suryaningtyas, Nungki Hapsari; Santoso
Majalah Kesehatan Vol. 10 No. 2 (2023): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2022.010.02.3

Abstract

Kasus Tuberkulosis (TBC) berulang menjadi tantangan dalam target eliminasi TBC 2030 sehingga menjadi prioritas program, karena berpotensi menjadi TBC resisten obat (RO). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadinya kasus TBC berulang. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan selama 6 bulan menggunakan disain case-control study secara retrospektif. Sampel kasus penelitian adalah semua pasien TBC di 12 Puskesmas di Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan pada saat dilakukan penelitian yaitu sebanyak 46 orang, sedangkan kontrol adalah pasien TBC yang telah dinyatakan sembuh sesuai dengan jadwal pengobatan pada 2 tahun terakhir (2017-2019) sebanyak 92 orang (perbandingan 1:2). Variabel terikat pada penelitian ini adalah pasien TBC berulang/TBC RO dan variabel bebas yaitu karakteristik responden (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), perilaku etika batuk, tingkat pengetahuan, kepatuhan minum obat, sikap, lingkungan dan peran PMO. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner terstruktur kepada responden dengan bantuan petugas Puskesmas. Analisis faktor risiko dengan nilai p < 0,05 dipertimbangkan sebagai hasil yang bermakna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik sikap pasien dalam menghadapi penyakit TBC yang dideritanya memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya kasus TBC berulang. Penyuluhan perlu menjadi perhatian khusus untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan harapannya mampu mengubah sikap responden terhadap penyakit TBC, pada materi penyuluhan sebaiknya ditambahkan juga pengetahuan bahwa setelah dinyatakan sembuh tidak membuat pasien menjadi kebal terhadap kuman TBC, tetapi kemungkinan untuk terinfeksi baru ataupun kambuh masih mungkin bisa terjadi. Penyuluhan diharapkan mampu mengubah sikap dan pandangan responden terhadap penyakit TBC, sehingga responden dapat menerapkan di kehidupan sehari-hari.
Karakteristik Habitat Larva Anopheles vagus pada Persawahan di Desa Rantau Nipis Kabupaten Oku Selatan Suryaningtyas, Nungki Hapsari; Arisanti, Maya; Yahya, Y
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anopheles vagus merupakan spesies yang masuk dalam daftar penting vektor malaria di Indonesia. Spesies ini telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria (Plasmodium falciparum) di Kokap Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Larva An. vagus dapat ditemukan baik di habitat alami maupun buatan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat larva An. vagus di persawahan terkait parameter lingkungan fisik dan biologinya. Larva An. vagus dapat ditemukan pada suhu air 23,8 – 33,9 ̊C dengan derajat keasaman (pH) 6-8,4. Predator yang ditemukan adalah Gerridae, larva capung, Gambusia affinis, Notonectidae dan Dytiscidae. Vegetasi air yang ditemukan antara lain padi, rumput liar, genjer, kangkung dan Myriophyllum aquaticum. Habitat sawah di Desa Rantau Nipis Kabupaten OKU Selatan mendukung perkembangan larva An. vagus. Keberadaan An. vagus pada lahan persawahan dapat menjadi potensi vektor malaria.