Dinda Hapsari Kusumastuti, Dinda Hapsari
PSD III Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SETTING RELAY DIFFERENSIAL PADA GARDU INDUK KALIWUNGU GUNA MENGHINDARI KEGAGALAN PROTEKSI Yuniarto, Yuniarto; Subari, Arkhan; Kusumastuti, Dinda Hapsari
Transmisi Vol 17, No 3 Juli (2015): TRANSMISI
Publisher : Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.067 KB) | DOI: 10.12777/transmisi.17.3.147-152

Abstract

Abstrak Proteksi adalah suatu bentuk perlindungan terhadap peralatan listrik yang ada guna menghindari kerusakan peralatan dan juga agar stabilias penyaluran tenaga listrik tetap terjaga. Bagian dari sitem proteksi adalah trafo arus atau trafo tegangan , pengawatan, dan sumber AC/DC. Trafo arus terbagi menjadi dua fungsi yaitu sebagai pengukuran dan proteksi. Salah satu relay yang digunakan yaitu relay differential yang merupakan pengaman utama transformator yang bekerja tanpa koordinasi dengan relay yang lain. Relay differential sendiri mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai pengaman, diantaranya:CT yang digunakan harus mempunyai ratio perbandingan yang sama sehingga Ip = Is serta sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 sama. Yang kedua pemasangan Auxiliary CT yang terhubung Y karena harus membandingkan arus pada dua sisi tanpa perbedaan fasa. Yang terakhir adalah karakteristik kejenuhan CT1 dan CT2 harus sama. Untuk itu perlu dilakukan setting relay differential dengan perhitungan pemilihan ratio CT, perhitungan ACT, setting relay differential itu sendiri dan error mismatch. Error mismatch pada trafo arus masih dibawah batas maksimal yaitu 5% karena didapat hasil perhitungan masing-masing trafo arus baik pada sisi 150 kV dan 20 kV sebesar 1,129% dan 0,721%. Kata kunci: CT, setting, relay differential  Abstract Protection is a form of protection against existing electrical equipment to avoid damage to the equipment and also that stabilias electrical power supply is maintained. Part of the system of protection is current transformer or voltage transformer, wiring, and the source of AC / DC. Current transformer is divided into two functions, namely a measurement and protection. One relay used is a differential relay which is a major safety transformer that works without coordination with the other relay. Differential Relay itself has several requirements that must be met as a safety, including: CT used must have the same ratio so that the ratio Ip = Is as well as connection and CT1 and CT2 same polarity. The second installation connected Auxiliary CT Y having to compare the current on the two sides without a phase difference. The latter is characteristic of CT1 and CT2 saturation should be the same. It is necessary for setting differential relay with a CT ratio electoral calculation, calculation ACT, setting differential relay itself and mismatch error. Error mismatch in the current transformer is still below the maximum limit of 5% as the result of each calculation of the current transformer on either the 150 kV and 20 kV amounting to 1.129% and 0.721%. Keywords : CT , setting , differential relays   Abstrak Proteksi adalah suatu bentuk perlindungan terhadap peralatan listrik yang ada guna menghindari kerusakan peralatan dan juga agar stabilias penyaluran tenaga listrik tetap terjaga. Bagian dari sitem proteksi adalah trafo arus atau trafo tegangan , pengawatan, dan sumber AC/DC. Trafo arus terbagi menjadi dua fungsi yaitu sebagai pengukuran dan proteksi. Salah satu relay yang digunakan yaitu relay differential yang merupakan pengaman utama transformator yang bekerja tanpa koordinasi dengan relay yang lain. Relay differential sendiri mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai pengaman, diantaranya:CT yang digunakan harus mempunyai ratio perbandingan yang sama sehingga Ip = Is serta sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 sama. Yang kedua pemasangan Auxiliary CT yang terhubung Y karena harus membandingkan arus pada dua sisi tanpa perbedaan fasa. Yang terakhir adalah karakteristik kejenuhan CT1 dan CT2 harus sama. Untuk itu perlu dilakukan setting relay differential dengan perhitungan pemilihan ratio CT, perhitungan ACT, setting relay differential itu sendiri dan error mismatch. Error mismatch pada trafo arus masih dibawah batas maksimal yaitu 5% karena didapat hasil perhitungan masing-masing trafo arus baik pada sisi 150 kV dan 20 kV sebesar 1,129% dan 0,721%. Kata kunci: CT, setting, relay differential Abstract Protection is a form of protection against existing electrical equipment to avoid damage to the equipment and also that stabilias electrical power supply is maintained. Part of the system of protection is current transformer or voltage transformer, wiring, and the source of AC / DC. Current transformer is divided into two functions, namely a measurement and protection. One relay used is a differential relay which is a major safety transformer that works without coordination with the other relay. Differential Relay itself has several requirements that must be met as a safety, including: CT used must have the same ratio so that the ratio Ip = Is as well as connection and CT1 and CT2 same polarity. The second installation connected Auxiliary CT Y having to compare the current on the two sides without a phase difference. The latter is characteristic of CT1 and CT2 saturation should be the same. It is necessary for setting differential relay with a CT ratio electoral calculation, calculation ACT, setting differential relay itself and mismatch error. Error mismatch in the current transformer is still below the maximum limit of 5% as the result of each calculation of the current transformer on either the 150 kV and 20 kV amounting to 1.129% and 0.721%. Keywords : CT , setting , differential relays
PERBAIKAN JTR PENYULANG SRL001 DI DAERAH TANJUNGSARI GUNA MENGURANGI DROP TEGANGAN DI PT PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG SELATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP Warsito, Agung; Winardi, Bambang; Kusumastuti, Dinda Hapsari
Transmisi Vol 18, No 2 April (2016): TRANSMISI
Publisher : Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.744 KB) | DOI: 10.12777/transmisi.18.2.75-79

Abstract

Jumlah tarikan sambungan rumah yang tidak standar ini menyebabkan tegangan rumah mengalami jatuh tegangan. Hasil pengukuran pada waktu beban puncak adalah 170 V, persentasenya adalah 22,72%. Padahal tegangan jatuh yang adalah 10%. Dengan melihat keadaan yang terjadi di lapangan, maka direncanakan solusi untuk perbaikan jaringan. Perbaikan jaringan yang dilakukan adalah perluasan jaringan tegangan rendah (JTR) , perluasan jaringan tegangan menengah (JTM) 1 fasa, penambahan transformator 1 fasa 50 kVA, serta penataan tarikan sambungan rumah. Pada jaringan eksisting, perbedaan perhitungan antara pengukuran secara langsung dengan software ETAP 12.6.0 juga masih sedikit. Persentase jatuh tegangan pada jaringan eksisting ini berkisar antara 9,09% - 22.72%. Sedangkan pada rencana perbaikan jaringan, perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan software ETAP 12.6.0 diperoleh persentase jatuh tegangan hanya berkisar antara 1,81% - 3,63%.  Pada software ETAP 12.6.0 menunjukkan bahwa rencana perbaikan yang dilakukan sudah memenuhi standar. Hal ini terlihat dari kisaran persetase jatuh tegangan dari 9,09% 22.72% bisa menjadi 1,81% - 3,63%.
PERENCANAAN PERBAIKAN JTR PENYULANG SRL001 DI DAERAH TANJUNGSARI GUNA MENGURANGI DROP TEGANGAN KONSUMEN PADA PT PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG SELATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0 Winardi, Bambang; Nugroho, Agung; Kusumastuti, Dinda Hapsari
Transmisi Vol 19, No 4 Oktober (2017): TRANSMISI
Publisher : Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.059 KB) | DOI: 10.14710/transmisi.19.4.177-181

Abstract

Sambungan rumah adalah titik akhir dari pelayanan listrik kepada konsumen, sehingga potret pelayanan dapat dilihat dari mutu tegangan dan tingkat keandalan dari sisi sambungan rumah. Dalam hal ini penulis menemukan sebuah kasus nyata sampel di lapangan mengenai sambungan rumah yang tidak sesuai standar yang layak untuk dibahas dan direncanakan solusi perbaikan jaringannya. Jumlah tarikan sambungan rumah yang tidak standar ini menyebabkan tegangan rumah mengalami jatuh tegangan. Hasil pengukuran pada waktu beban puncak adalah 170 V, persentasenya adalah 22,72%. Padahal tegangan jatuh yang diijinkan adalah maksimal 198 V, persentasenya adalah 10%. Dengan melihat keadaan yang terjadi di lapangan, maka direncanakan solusi untuk perbaikan jaringan. Dalam penelitian ini digunakan software ETAP 12.6.0 untuk simulasi jaringan eksisting, yang akan dibandingkan dengan hasil pengukuran di lapangan. Pada pengukuran jatuh tegangan secara langsung berupa 170 V, sedangkan jatuh tegangan dengan menggunakan software ETAP 12.6.0 berupa 168 V. Sedangkan pada rencana perbaikan jaringan, perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan software ETAP 12.6.0 diperoleh persentase jatuh tegangan hanya berkisar antara 1,81% - 3,63%.  Pada software ETAP 12.6.0 menunjukkan bahwa rencana perbaikan yang dilakukan sudah memenuhi standar. Hal ini terlihat dari kisaran persetase jatuh tegangan dari 9,09% 22.72% bisa menjadi 1,81% - 3,63%.