Warung kopi merupakan tempat ngongkrong bagi kalangan masyarakat untuk menikmati secangkir kopi panas. Budaya ngopi menjadi rutinitas yang harus dilakukan oleh kaum laki-laki. Pemilik warung memutar otak dengan menggunakan perempuan sebagai daya tarik menarik pelanggan dan mempertahankan eksistensi di tengah maraknya coffee shop. Warung kopi ini biasa disebut dengan warung kopi pangku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana persepsi pelayan perempuan bekerja di kopi pangku beserta simbol yang digunakan dalam menjalankan praktek prostitusi terselubung sebagai pelayan warung kopi di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Lokasi penelitian yaitu pada 5 warung kopi pangku yang berada di Kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis. Pengumpulan data dan penentuan informan menggunakan purposive sampling dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan persepsi perempuan bekerja di warung kopi di Kabupaten Ponorogo yaitu kebutuhan ekonomi, rendahnya pendidikan namun ingin penghasilan yang besar dan keinginan untuk hidup secara mandiri. Selanjutnya, simbol yang dilakukan pelayan perempuan dalam menjalankan prostitusi terselubung adalah berupa pakaian ketat, mini dan seksi yang digunakan; make up yang dipakai; melalui bahasa verbal dengan nada mendesah dan gestur tubuh.