Abdidalem adalah seseorang yang melakukan pengabdian dengan tulus ikhlas untuk Keraton dan dalam pengabdiannya tersebut mereka mengharapkan berkah dari Keraton berupa rasa perlindungan dan ketentraman dalam menjalani kehidupan. Penelitian ini bertujuan memahami dunia pengalaman dan apa yang melatarbelakangi subjek menjadi abdidalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, serta mengetahui apa yang dirasakan abdidalem selama mengabdi pada Keraton. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang laki-laki. Peneliti mendasarkan diri pada pendekatan fenomenologis, khususnya IPA (Interpretative Phenomenological Analysis). Peneliti menemukan tiga pokok inti dalam penelitian ini, yang terdiri dari: perjalanan menjadi abdidalem; dinamika kehidupan abdidalem; dan penghayatan menjadi abdidalem. Tahapan yang harus dilalui subjek untuk dapat diterima sebagai abdidalem adalah sowan bekti dan magang. Menjadi abdidalem merupakan sebuah pilihan dalam hidup subjek. Dorongan subjek untuk mengabdi adalah mencari perlindungan Keraton dan keinginan mendapatkan berkah Keraton berupa kesehatan dan rasa ketentraman. Keinginan melestarikan budaya Jawa dan mendapatkan wawasan seputar Keraton menjadi faktor pendorong lainnya. Subjek sangat berkomitmen terhadap kewajibannya sebagai abdidalem di Keraton. Dalam kehidupannya, abdidalem tetap aktif bersosialisasi dan memberikan pelayanan sosial untuk masyarakat sekitarnya. Abdidalem senang bisa menjadi bagian dari Keraton. Sifat nrimo dimiliki abdidalem dalam menerima kehidupannya dan mensyukuri nikmat yang diberikan padanya. Puncak pemaknaan terhadap pengalaman sebagai abdidalem adalah transformasi diri. Subjek merasakan perubahan yang berguna bagi diri serta kehidupannya. Subjek juga merasakan berkah ketentraman dalam menjalani hidup. Abdidalem juga mendapat wawasan tentang kebudayaan di Keraton. Makna Keraton bagi subjek adalah sebagai tempat mengharap berkah dan meminta perlindungan. Selain itu, Keraton juga sebagai sumber ilmu pengetahuan kebudayaan khususnya budaya Jawa.