Keterikatan kerja merupakan kemampuan karyawan mengerahkan aktivitas fisik, kognitif, dan kondisi emosionalnya pada pekerjaan. Keterikatan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor internal, salah satunya adalah kepribadian. Individu dengan kepribadian proaktif menunjukkan inisiatif dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta tidak mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian proaktif dengan keterikatan kerja pada karyawan pada karyawan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi penelitian adalah 66 karyawan tetap dengan masa kerja 1-10 tahun, dan sampel penelitian sejumlah 66 orang dari berbagai bidang yang didapatkan dengan teknik sampling jenuh. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Keterikatan Kerja (39 aitem; α = 0,93) dan Skala Kepribadian Proaktif (40 aitem; α = 0,91). Analisis regresi sederhana menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepribadian proaktif dan keterikatan kerja (r = 0,89; p < 0,001), yang berarti bahwa semakin tinggi kepribadian proaktif maka semakin tinggi keterikatan kerja. Kepribadian proaktif memberikan sumbangan efektif sebesar 79% terhadap keterikatan kerja. Perusahaan dapat memberikan intervensi berupa pelatihan yang memuat aspek kepribadian proaktif, memperkenalkan ciri-ciri individu dengan kepribadian proaktif, menginformasikan dampak positif kepribadian proaktif bagi pekerjaan, serta memasukkan aspek kepribadian proaktif dalam penilaian kinerja untuk mengembangkan kepribadian proaktif karyawan.