S. D. Anis, S. D.
Faculty of Animal Husbandry, Sam Ratulangi University, Kampus UNSRAT Manado 95115

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KARAKTERISTIK FOTOSINTETIK RUMPUT GAJAH DWARF (PENNISETUMPURPUREUM CV. MOTT) PADA PERBEDAAN TINGKAT NAUNGAN DAN VARIASI PEMUPUKAN NITROGEN Lasamadi, Rahman D.; Anis, S. D.; Kaunang, Ch. L.
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tumbuhan hijauan pakan merupakan salah satu faktor esensial dalam pengembangan usaha peternakan khususnya ternak ruminansia. Dalam hal ini dibutuhkan jumlah dan kualitas hijauan pakan tersedia cukup dan berla njut. Salah satu jenis hijauan pakan yang potensial adalah rumput gajah dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott). Salah satu masalah yang dihadapi dalam memperoduksi hijauan pakan adalah keterbatasan lahan. Namun demikian masih juga tersedia lahan perkebunan kelapa yang dapat digunakan namun dibutuhkan jenis hijauan yang toleran terhadap naungan dan produktif. Rumput gajah dwarf termasuk jenis dengan jalur metabolism C4 yang secara umum sensitive terhadap daungan. Namun demikian pemberian unsure makro nitrogen diharapkan dapat berinteraksi baik untuk menunjang produktifitas jenis rumput ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji interaksi level naungan dan level pupuk nitrogen terhadap karakteristik fotosintetik rumput uji ini. Perlakuan yang diuji adalah factor A level naungan : a1 = 0% naungan; a2 = 70% naungan. Level pupuk nitrogen sebagai factor B: b1 = 0% N; b2 = 92 N/Ha; b3 = 184 N/ha; b4 = 368 N/ha. Perlakuan diatur berfaktor dalam pola petak terpisah (split plot design). Data diolah menggunakan analisis keragaman dengan dituntun Program Minitab. Perbedaan antara perlakuan dilakukan uji lanjut Tukey. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan naungan 70% berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diuji. Demikian juga level pemupukan nitrogen terutama berpengaruh nyata pada parameter kandungan klorofil b dan terhadap panjang daun, lebar daun, kandungan nitrogen dan protein. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa kendatipun dibawah pengaruh naungan tetapi karakter fotosintetik rumput gajah Dwarft (Pennisetum purpureum cv. Mott) dapat diperbaiki dengan penambahan unsur hara makro nitrogen.
LEAF QUALITY AND YIELD OF Gliricidia sepium (Jacq) Steud UNDER DIFFERENT POPULATION DENSITY AND CUTTING INTERVAL IN COCONUT PLANTATION Anis, S. D.; Kaligis, D. A.; Tulung, B.; Aryanto, A.
Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture Vol 41, No 2 (2016): June
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitaa.41.2.91-98

Abstract

The objective of this study was to evaluate leaf quality of Gliricidia sepium (Jacq) Steud and vegetative growth under different population density and cutting interval in coconut plantation. Plant material of 30 cm length with diameter of 2-3 cm were planted in the poly-bag of 15 x 25 cm size. The area were fertilized using Triple Super Phosphate (TSP) and Kalium Cloride (KCl) fertilizer at 75 kg/ha during land  plough and using N fertilizer (Urea) at 100 kg/ha applied at two months age of plant. Treatment of population density of Gliricidia sepium (Jacq) Steud at 20, 30 and 40 plants per area of 9 m2 combined with cutting interval of 3; 6; 9 and 12 weeks were conducted in this study. Treatments were set in factorial arrangement based on block randomized design. Variables measured were including quality of leaf, dried matter production rate and vegetative growth. Results showed that nutrient content of the leaf of Gliricidia sepium (Jacq) Steud dictated by cutting interval, and vegetative performance influenced by the interaction of population density and cutting interval. In conclusion, to sustain high dry matter leaf production and quality of Gliricidia sepium (Jacq) Steud underneath coconut plantation management should be focused on the planting and defoliation regimes.