Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PERBEDAAN DIALEK TAPAKTUAN DAN DIALEK SAMADUA DALAM BAHASA JAMEE KABUPATEN ACEH SELATAN Yulsafli Yulsafli; Nila Suhanda
Prosiding Seminar Nasional USM Vol 2, No 1 (2019): Semnas Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2095.027 KB)

Abstract

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang disusun secara arbiter atau mana suka yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama dan berkomunikasi. Salah satunya adalah Bahasa Jamee yang merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat di Kabupaten Aceh Selatan diantaranya Kecamatan Tapaktuan dan Kecamatan Samadua. Penyebaran bahasa ini melahirkan dialek berbeda, namun masing-masing penutur bahasa disetiap kecamatan yang berdampingan masih dapat memahami secara timbal balik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perbedaan dialek Tapaktuan dengan dialek Samadua dalam Bahasa Jamee Kabupaten Aceh Selatan? Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dialek Tapaktuan dan dialek Samadua dalam Bahasa Jamee Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan dibidang bahasa Jamee, merangsang generasi muda serta masyarakat untuk lebih mencintai bahasa daerah dan meningkatkan keterampilan dalam menggunakan bahasa daerah khususnya bahasa jamee. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan sumber data adalah penutur asli bahasa jamee yang diperoleh melalui wawancara dengan informan. Penentuan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini yaitu (1) penutur asli bahasa jamee atau dialek yang diteliti, (2) berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, (3) orang dewasa yang berusia maksimal 40 tahun sampai 60 tahun dan memiliki daya ingat yang baik (tidak pikun), (4) Orang yang dibesarkan didesa itu serta tidak pernah meninggalkan desanya, (5) berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya, (6) memiliki kebanggaan terhadap bahasa daerahnya. Adapun hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Dialek Tapaktuan dan Dialek Samadua memiliki perbedaan. Akan tetapi dialek-dialek yang berbeda tersebut masih dapat dipahami secara timbal balik. Bahasa daerah menjadi salah satu aset penting yang harus tetap dijaga dan diles­tarikan. Oleh karena itu, bahasa tidak akan pernah mati jika penuturnya masih peduli dan cinta terhadap bahasa tersebut dan sebagai masukan bagi penutur asli bahasa jamee di Tapaktuan dan bahasa jamee di Samadua.