Janeman Usmany
STIPAK MALANG

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Spiritualitas Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Teori Perkembangan Kepercayaan Fowler dan Teori Perkembangan Moral Kohlberg: Penafsiran Perspektif Al-Kitab Janeman Usmany
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.711 KB)

Abstract

Seorang guru tidak hanya mengajar ilmu pengetahuan, tetapi memberi hidup seutuhnya dalam tanggung jawab mengajar. Rasul Yakobus mengingatkan bahwa menjadi guru memiliki tanggung jawab yang besar. Tuhan Yesus sendiri adalah seorang Guru Agung, tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata, tetapi melalui teladan hidup. Bagaimana melaksanakan tanggung jawab mengajar melalui kata-kata, dan pada saat yang bersamaan dapat memberikan teladan hidup? Di antara dua sisi inilah hadir spiritualitas. Spiritualitas atau kerohanian bersifat absrtak yang lahir dari perjumpaan pribadi seseorang dengan Tuhan.. Spiritualitas adalah riak gerakan insani yang timbul karena merasakan sentuhan halus dari Yang Ilahi. Secara filosofis, spiritualitas berhubungan dengan kualitas diri. James Fowler, menjelaskan ada enam tingkatan perkembangan iman atau spiritualitas. Sementara Lawrence Kolhberg mengkaji dari perkembangan moral individu untuk pencapai kematangannya. Kedua teori ini meskipun menggunakan pendekatan psikologi, namun sangat membantu evaluasi perkembangan spiritualitas. Hasil kajian menemukan sedikitnya tujuh hal yang berkaitan dengan spiritualitas pendidikan Agama Kristen dalam perspektif teori perkemabangan kepercayaan Fowler dan teori perkembangan moral Kolhberg. Pertama, spiritualitas Kristen memperdalam relasi guru Pendidikan Agama Kristen dengan Tuhan. Kedua, spiritualitas Kristen dapat membedakan guru Pendidikan Kristen dengan guru pada umumnya. Ketiga, spiritualitas Kristen mengidentifikasi tingkat kedewasaan seorang guru Pendidikan Agama Kristen. Keempat, spiritualitas Kristen memungkinkan guru Pendidikan Agama Kristen melakukan koreksi dan perbaikan terhadap diri sendiri. Kelima, Spiritualitas Kristen memungkinkan seorang guru Pendidikan Agama Kristen mendidik melalui teladan hidup. Keenam, spiritualitas Kristen menyebabkan seorang guru Pendidikan Agama Kristen dapat membangun relasi dengan semua kalangan, bersifat inklusif. Ketujuh, spiritualitas Kristen memotivasi guru Pendidikan Agama Kristen meningkatkan kualitas diri dan kualitas pendidikan.