Soetarno
Jurusan Seni Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Gaya Pedalangan Wayang Kulit Purwa Jawa Serta Perubahannya Soetarno
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 26 No 1 (2011): Januari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.899 KB) | DOI: 10.31091/mudra.v26i1.1583

Abstract

Jagad pedalangan dikenal adanya berbagai gaya, atau gagrag, seperti gaya Surakarta, gaya Yogyakarta, gaya Jawa Timuran, gaya Bali, gaya Banyumasan dan sebagainya. Munculnya gaya pedalangan dalam pakeliran wayang kulit purwa Jawa, tidak lepas dari kehidupan keraton Jawa, yaitu Kerajaan Mataram yang terbagai ke dalam dua kerajaan yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat, dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat membawa akibat terjadinya gaya pedalangan Surakarta dan gaya pedalangan Ngayogyakarta, disamping juga terdapat gaya pedalangan kerakyatan. Kedua gaya masing-masing memiliki ciri khas serta kaidah pedalangan, yang masih berlaku hingga sekarang khususnya yang menyangkut kaidah estetik. Tetapi dalam perkembangannya kedua gaya itu melebur dan cair, satu sama lain saling mempengaruhi dalam wujud pakeliran wayang, sehingga membuat jagad pedalangan menjadi semarak bahkan gaya pedalangan kerakyatan juga memperoleh tempat dan diterima oleh pendukung pewayangan, sehingga tradisi pedalangan kerakyatan mewarnai serta mempengaruhi pakeliran gaya keraton. Hal itu terjadi oleh karena akibat akulturasi serta proses modernisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan perubahan sistem nilai bagi masyarakat pendukung pewayangan. Pengaruh masyarakat terhadap jagad pedalangan mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk pakeliran yang mengakomodasi selera masyarakat, bahkkan pertunjukan wayang yang semula sebagai seni tradisi atau seni serius, sekarang berubah menjadi seni massa atau seni populer.