Ai Juju Rochaeni
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

The Cultural Reconstruction Of Taboo Under Mama Uluk’s Leadership In Kampong Dukuh, A Sundanese Traditional Hamlet In Garut Regency West Java Indonesia Ai Juju Rochaeni; Wanda Listiani; Irma Rachmaningsih
PANGGUNG Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.092 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v24i2.115

Abstract

ABSTRAK Kampung Dukuh yang terletak di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut merupa- kan salah satu kampung adat yang ada di Jawa Barat yang memiliki banyak keunikan. Pamali sebagai salah satu sistem pengetahuan masyarakat adat Sunda. Pamali masih dipertahankan dalam kebu- dayaan masyarakat adat Kampung Dukuh. Walaupun tidak ada resiko yang tertulis ketika melaku- kan hal yang melanggar pamali, namun masyarakat kampung adat masih merasa takut durhaka atau dosa jika pamali tidak dilaksanakan dalam keseharian hidupnya. Sekaitan dengan hal ini, penelitian ini bertujuan menggambarkan berbagai larangan atau pamali yang telah direkonstruksi di masa kepemimpinan Mama Uluk di kampung Adat Dukuh Kabupaten Garut. Penelitian ini mengguna- kan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan pengamatan langsung. Hasil penelitian ini menjelaskan cara penyampaian larangan pada waktu yang telah ditentukan dan jenis larangan atau pamali atau pamali yang dipelihara dan terus diwariskankan secara turun temurun sampai saat ini dalam kehidupan sehari-hari seperti larangan di Makom Syech Jalil, Hutan Lindung dan bagaimana ketua adat (mama uluk) dalam kepemimpinannya merekonstruksi budaya tersebut dalam kehidupan keseharian mereka di kampung Dukuh kabupaten Garut. Kata kunci: rekonstruksi budaya, mama uluk, kampung Dukuh, masyarakat adat    ABSTRACT Kampong Dukuh located in Ciroyom Village, Cikelet District, Garut Regency is one of traditional hamlets in West Java Province having many unique features. Pamali (taboo pro- hibition) as Sundanese peoples’ body of knowledge is still maintained in the traditions of kampong Dukuh. Although there is no written sanction for someone who violates pamali, members of traditional hamlet community are still afraid of being faithless or sinful if they do not comply with the cultural prohibitions in their daily activities. Thus, this research is aimed at describing some cultural prohibitions or pamali which have been reconstructed under Mama Uluk’s leadership in kampung Dukuh in Garut Regency. This research used qualitative method with interview and observation as data collection techniques. The result shows ways of delivering prohibitions at certain time and categories of prohibition or pa- mali maintained nowadays and has been passed down from generation to generation, such as prohibition of Syech Jalil’s grave and Protected Forest. It also describes how the custom- ary or traditional leader (Mama Uluk) under his leadership reconstructs the traditions of Kampong Dukuh in Garut regency. Keywords: cultural reconstruction, Mama Uluk, kampong Dukuh, traditional hamlet community
Rekontruksi Model Manajemen Rurukan dalam Upacara Adat Euis Suhaenah; Ai Juju Rochaeni; Wanda Listiani
PANGGUNG Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.948 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v26i1.158

Abstract

ABSTRACT The research  found the community  management  theory especially  the rurukan  manage- ment  and  the  model of rurukan  management  in the ritual. Accredited Scientific  journal or international   reputation,  memoir  and  the  textbook for the cultural and  art student  are the output  of this  fundamental research.This  research use the qualitative descriptive analysis, field observation  is applied  as the  first  step.The  observation  focuses  on  interview  and  event recording.The  interview conducted with the performers, the prominent figures,  and the artists that involved in the ritual.Depth  interview  technique through the main informan  to get the valid  data for the solid result  and comprehend description.The  results  of this research made reference to the Sundanese social-mindset in the manner  of the Tritangtu concept in ritual tra- dition  through  the three steps of the Rurukan  discipline-management;  Musyawarah  (Confer- ence),  Ngalaksanakeun  (Implementation),  and Wawarian  (evaluation)also  called MNW. Keywords: Community  management,  ritual tradition,  rurukan   management in Sumedang  ABSTRAK Penelitian ini menemukan teori manajemen komunitas khususnya manajemen rurukan dan model manajemen rurukan dalam upacara adat. Luaran penelitian Fundamental ini berupa jurnal ilmiah terakreditasi atau bereputasi internasional, laporan penelitian dan buku ajar bagi mahasiswa seni budaya. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analisis kualitatif, sebagai langkah awal pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi lapangan. Hal ini menitikberatkan pada pengamatan yang didukung dengan wawancara dan perekaman kejadian.Wawancara dilakukan dengan pelaku, tokoh yang terlibat langsung, dan tokoh seniman yang terlibat didalamnya.Teknik wawancara yang mendalam dengan cara memilih informan kunci guna mendapatkan validitas data yang menghasilkan deskripsi yang lebih utuh dan menyeluruh. Hasil penelitian merujuk pada pola pikir masyarakat Sunda dengan konsep Tritangtu. Dalam upacara adat ada 3 (tiga) tahapan dalam proses pengolaan manajemen rurukan; yakni musawarah, ngalaksana-keun, wawarian yang disebut MNW. Kata kunci: manajemen komunitas, upacara adat, manajemen rurukan, Sumedang
The Cultural Reconstruction Of Taboo Under Mama Uluk’s Leadership In Kampong Dukuh, A Sundanese Traditional Hamlet In Garut Regency West Java Indonesia Ai Juju Rochaeni; Wanda Listiani; Irma Rachmaningsih
PANGGUNG Vol 24 No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i2.115

Abstract

ABSTRAK Kampung Dukuh yang terletak di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut merupa- kan salah satu kampung adat yang ada di Jawa Barat yang memiliki banyak keunikan. Pamali sebagai salah satu sistem pengetahuan masyarakat adat Sunda. Pamali masih dipertahankan dalam kebu- dayaan masyarakat adat Kampung Dukuh. Walaupun tidak ada resiko yang tertulis ketika melaku- kan hal yang melanggar pamali, namun masyarakat kampung adat masih merasa takut durhaka atau dosa jika pamali tidak dilaksanakan dalam keseharian hidupnya. Sekaitan dengan hal ini, penelitian ini bertujuan menggambarkan berbagai larangan atau pamali yang telah direkonstruksi di masa kepemimpinan Mama Uluk di kampung Adat Dukuh Kabupaten Garut. Penelitian ini mengguna- kan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan pengamatan langsung. Hasil penelitian ini menjelaskan cara penyampaian larangan pada waktu yang telah ditentukan dan jenis larangan atau pamali atau pamali yang dipelihara dan terus diwariskankan secara turun temurun sampai saat ini dalam kehidupan sehari-hari seperti larangan di Makom Syech Jalil, Hutan Lindung dan bagaimana ketua adat (mama uluk) dalam kepemimpinannya merekonstruksi budaya tersebut dalam kehidupan keseharian mereka di kampung Dukuh kabupaten Garut. Kata kunci: rekonstruksi budaya, mama uluk, kampung Dukuh, masyarakat adat    ABSTRACT Kampong Dukuh located in Ciroyom Village, Cikelet District, Garut Regency is one of traditional hamlets in West Java Province having many unique features. Pamali (taboo pro- hibition) as Sundanese peoples’ body of knowledge is still maintained in the traditions of kampong Dukuh. Although there is no written sanction for someone who violates pamali, members of traditional hamlet community are still afraid of being faithless or sinful if they do not comply with the cultural prohibitions in their daily activities. Thus, this research is aimed at describing some cultural prohibitions or pamali which have been reconstructed under Mama Uluk’s leadership in kampung Dukuh in Garut Regency. This research used qualitative method with interview and observation as data collection techniques. The result shows ways of delivering prohibitions at certain time and categories of prohibition or pa- mali maintained nowadays and has been passed down from generation to generation, such as prohibition of Syech Jalil’s grave and Protected Forest. It also describes how the custom- ary or traditional leader (Mama Uluk) under his leadership reconstructs the traditions of Kampong Dukuh in Garut regency. Keywords: cultural reconstruction, Mama Uluk, kampong Dukuh, traditional hamlet community
Rekontruksi Model Manajemen Rurukan dalam Upacara Adat Euis Suhaenah; Ai Juju Rochaeni; Wanda Listiani
PANGGUNG Vol 26 No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i1.158

Abstract

ABSTRACT The research  found the community  management  theory especially  the rurukan  manage- ment  and  the  model of rurukan  management  in the ritual. Accredited Scientific  journal or international   reputation,  memoir  and  the  textbook for the cultural and  art student  are the output  of this  fundamental research.This  research use the qualitative descriptive analysis, field observation  is applied  as the  first  step.The  observation  focuses  on  interview  and  event recording.The  interview conducted with the performers, the prominent figures,  and the artists that involved in the ritual.Depth  interview  technique through the main informan  to get the valid  data for the solid result  and comprehend description.The  results  of this research made reference to the Sundanese social-mindset in the manner  of the Tritangtu concept in ritual tra- dition  through  the three steps of the Rurukan  discipline-management;  Musyawarah  (Confer- ence),  Ngalaksanakeun  (Implementation),  and Wawarian  (evaluation)also  called MNW. Keywords: Community  management,  ritual tradition,  rurukan   management in Sumedang  ABSTRAK Penelitian ini menemukan teori manajemen komunitas khususnya manajemen rurukan dan model manajemen rurukan dalam upacara adat. Luaran penelitian Fundamental ini berupa jurnal ilmiah terakreditasi atau bereputasi internasional, laporan penelitian dan buku ajar bagi mahasiswa seni budaya. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analisis kualitatif, sebagai langkah awal pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi lapangan. Hal ini menitikberatkan pada pengamatan yang didukung dengan wawancara dan perekaman kejadian.Wawancara dilakukan dengan pelaku, tokoh yang terlibat langsung, dan tokoh seniman yang terlibat didalamnya.Teknik wawancara yang mendalam dengan cara memilih informan kunci guna mendapatkan validitas data yang menghasilkan deskripsi yang lebih utuh dan menyeluruh. Hasil penelitian merujuk pada pola pikir masyarakat Sunda dengan konsep Tritangtu. Dalam upacara adat ada 3 (tiga) tahapan dalam proses pengolaan manajemen rurukan; yakni musawarah, ngalaksana-keun, wawarian yang disebut MNW. Kata kunci: manajemen komunitas, upacara adat, manajemen rurukan, Sumedang