Kristianto Dwi Nugroho
STIKES Telogorejo Semarang, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Gambaran Kejadian dan Penanganan In-Hospital Cardiac Arrest (IHCA) Yuliana Ika Safitri; Arlies Zenitha Victoria; Kristianto Dwi Nugroho
Indonesian Journal of Health Research Vol. 5 No. 2 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Triatma Mulya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.766 KB) | DOI: 10.51713/idjhr.v5i2.51

Abstract

Pendahuluan: In-hospital cardiac arrest (IHCA) merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan henti jantung di dalam rumah sakit yang dapat mengancam jiwa apabila tidak mendapatkan penanganan segera. Cardiac arrest mengakibatkan kurangnya distribusi oksigen ke suluruh tubuh, terutama di otak dan jantung. Penanganan yang cepat dan tepat dapat diwujudkan jika tenaga kesehatan mampu melakukan chain of survival IHCA dengan memadukan basic life support (BLS) dan advanced cardiac life support (ACLS) untuk mencapai return of spontaneous circulation (ROSC). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian dan penanganan IHCA. Metode: Peneliti menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan metode retrospective study data sekunder (rekam medis). Teknik sampling yang digunakan adalah non-randomized purposive sampling pada 29 kejadian cardiac arrest yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori lanjut usia (≥60 tahun) sebanyak 55,2%, jenis kelamin laki-laki sebanyak 69%, dan 72,4% menunjukkan irama EKG awal asistol. Penyebab paling sering cardiac arrest adalah penyakit non jantung (79,3%) dan mayoritas terjadi di ICU-ICCU (55,2%). Semua responden mendapatkan CPR dan epinefrin (100%). Defibrilasi diberikan sebanyak 24,1 %, amiodaron diberikan sebanyak 10,3%, serta intubasi endotrakeal dilakukan pada 37,9% responden. Responden yang mencapai ROSC sebanyak 24,1%, tetapi lima diantaranya mengalami cardiac arrest berulang dan dinyatakan meninggal <24 jam. Diskusi: Tenaga kesehatan diharapkan mampu mengenali faktor risiko dan melakukan tatalaksana pasien IHCA sehingga angka keberhasilan pasca resusitasi meningkat.
Hubungan Penerimaan Diri dan Dukungan Keluarga terhadap Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke di RSD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang Kristianto Dwi Nugroho; Sri Puguh Kristiyawati; Wika Bella Prihatiningtias
Indonesian Journal of Health Research Vol. 5 No. 2 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Triatma Mulya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.209 KB) | DOI: 10.51713/idjhr.v5i2.53

Abstract

Pendahuluan: Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu, penderita stroke juga akan mengalami berbagai masalah fisik dan psikis, salah satu kondisi psikologis yang terkena adalah terkait dengan status fisik pasien pasca stroke yaitu kualitas hidup. Kualitas hidup secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh penerimaan diri dan dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien pasca stroke di RSD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Metode: Metode desain penelitian adalah cross sectional dan jumlah sampel 50 responden dengan teknik accidental sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat untuk menganalisis karakteristik responden, analisis bivariat menggunakan uji rank Spearman dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik multivariat. Hasil: Hasil penelitian dengan menggunakan uji rank Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan antara penerimaan diri (p= 0,000) dan ada hubungan antara dukungan keluarga (p= 0,002). Kesimpulan: Hubungan yang paling dominan dengan uji regresi logistik multivariat adalah penerimaan diri (0,199). Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas hidup pasien pasca stroke dengan penerimaan diri yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan kualitas hidup pasien pasca stroke dengan dukungan keluarga yang tinggi. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat dapat mempertahankan dan meningkatkan penerimaan diri dan dukungan keluarga pada pasien pasca stroke untuk meningkatkan kualitas hidup.