Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud nilai-nilai Pancasila dalam upacara adat Kelila Wadu, filosofi masyarakat Sabu mengenai upacara adat Kelila Wadu serta tahapan, simbol dan syair dalam upacara adat Kelila Wadu.Penelitian ini dilaksanakan di Desa Eilogo, Kabupaten Sabu Raijua. Teknik pengumpulan datayang digunakan dalam penelitian ini yaitu dan wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dikumpul kemudian data diolah dan dianalisis secaradeskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai- nilai Pancasila yang terkandung dalam upacara ini yaitu nilai ketuhanan/ religius, nilai menghargai dan menghormati, nilai persatuan dan kesatuan, nilai musyawarah untuk mufakat serta nilai keadilan. (2) Upacara adat Kelila Wadu dilakukan oleh masyarakat Jingitiud engan filosofi atau dasar untuk mengenang roh para leluhur. (3)Tahapan pelaksanaan upacara adat Kelila Wadu terdiri: pembukaan bubungan rumah Benni Deo (rumah jabatan Deo Rai), pembuatan tungku induk (Kepue Rao), makan bersama (Nga’a Kelila Wadu), pawai kuda (Pehere Djara Kelila) dan iris tuak (At’ta Due) masak nira (Hogo Due). Simbol yang dipakai dalam upacara ini yaitu seekor ayam berwarna putih (manu puddi) dan ketupat (kedu’e). syair yang diucapkan dalam penelitian ini berupa permohonan doa (li mengao) kepada Deo Ama. Jadi dapat disimpulkan bahwa upacara adat Kelila Wadu merupakan suatu ritual atau upacara yang dilakukan oleh masyarakat suku Sabu khususnya penganut aliran Jingitiu dalam menyambut musim kerja yaitu untuk memanggil nira untuk pekerjaan iris tuak (At’ta Due) dan masak nira (Hogo Due). Keywords Nilai Pancasila, Upacara Adat, Kelila Wadu, Masyarakat Jingitiu.