Sissy Sissy
Residen Departemen Dermatologi dan Venereologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mikrobiota usus pada dermatitis atopik Dewi Gotama; Made Wardhana; Adeline Santoso; Sissy Sissy
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 2 (2021): (Available Online: 1 August 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.661 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i2.994

Abstract

Atopic dermatitis (AD) is a multifactorial disease caused by immune dysregulation, genetic susceptibility, environmental factors, and impaired barrier function. The health burden caused by this disease is significant and can impact psychological, social and financial costs, along with systemic comorbidities. Several studies have reported the gut microbiota in AD patients. Several studies have reported the gut microbiota in AD patients. The gut microbiota is thought to play an important role in the development of AD by regulating the immune system's maturation. Intestinal microbiota alteration affects the balance of the immune system through metabolites' production, which will cause the microenvironment to become inflamed. Currently, the close relationship between the gut microbiota and the development of the immune system, especially in maintaining the balance of Th-1 and Th-2 responses, is the rationale for providing probiotic supplements to prevent or treat allergic and atopic diseases.  Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit multifaktorial yang diakibatkan disregulasi imun, suseptibilitas genetik, faktor lingkungan, dan gangguan fungsi barier. Beban kesehatan yang diakibatkan penyakit ini bersifat signifikan dan dapat berdampak pada kerugian psikologis, sosial, dan finansial, disertai komorbiditas sistemik. Terdapat beberapa studi yang telah melaporkan mikrobiota usus pada pasien DA. Mikrobiota usus diduga memainkan peran penting dalam perkembangan DA dengan meregulasi maturasi sistem imun. Alterasi mikrobiota usus mempengaruhi keseimbangan sistem imun melalui produksi metabolit, yang akan menyebabkan lingkungan mikro mengalami inflamasi. Saat ini hubungan erat antara mikrobiota usus dan perkembangan sistem imun, khususnya dalam menjaga keseimbangan respon Th-1 dan Th-2 menjadi dasar pemikiran pemberian suplemen probiotik untuk mencegah atau mengatasi penyakit alergi dan atopi.
Terapi non bedah pada karsinoma sel basal Adeline Santoso; I Gusti Ngurah Darmaputra; Dewi Gotama; Sissy Sissy
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 2 (2021): (Available Online: 1 August 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.68 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i2.995

Abstract

Basal cell carcinoma accounts for approximately 75% of non-melanoma skin cancer and 25% of all diagnosed skin cancer in the United States. Epidemiological data show the incidence is increasing significantly by 3% -10% per year worldwide. Changes in life expectancy patterns are associated with an increase in this skin cancer, and the incidence is predicted to increase until 2040. Many factors must be considered in the choice of therapy for a patient, including the patient's general condition, the presence or absence of serious medical problems, the use of antiplatelet or anticoagulant medication. Conservative treatment of asymptomatic and low-risk lesions is recommended, as overly aggressive therapy may have a greater effect than the lesions themselves. Topical therapy and non-surgical therapy are currently quite effective as therapeutic options for low-risk basal cell carcinoma and high-risk basal cell carcinoma. They can be an option in conditions that are contraindicated for surgery.  Kasus keganasan karsinoma sel basal (KSB) mencakup sekitar 75% dari kasus kanker kulit non melanoma dan mencakup 25% dari semua kasus kanker yang didiagnosa di Amerika Serikat.Data epidemiologi menunjukkan insiden meningkat signifikan sebanyak 3%-10% per tahun di seluruh dunia. Perubahan pola usia harapan hidup berhubungan dengan peningkatan kanker kulit ini, dan di prediksi insiden akan terus meningkat sampai tahun 2040. Terdapat banyak faktor yang harus dipikirkan dalam pemilihan terapi pada pasien, antara lain keadaan umum pasien, ada atau tidaknya masalah medis serius, penggunaan obat anti platelet atau anti koagulan. Perawatan konservatif pada lesi asimptomatik dan beresiko rendah dianjurkan, dikarenakan terapi yang terlalu agresif mungkin akan memberikan efek yang lebih besar dibandingkan dengan lesi itu sendiri. Saat ini terapi topikal dan terapi non-bedah dikatakan cukup efektif sebagai pilihan terapi untuk KSB resiko rendah dan KSB resiko tinggi serta dapat menjadi pilihan pada kondisi kontraindikasi terhadap tindakan pembedahan.