Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Parapam Meningkatkan Pemberian Asi Eksklusif dan MP-ASI pada Bayi 0-12 Bulan N Nurlaila; Eka Riyanti; Evi Setianingsih; F Frastyo; Indri Astriani; J Juliana
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 7th University Research Colloquium 2018: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.728 KB)

Abstract

Pertumbuhan dan perkembangan bayi dipengaruhioleh asupan gizi yang didapat ibu saat hamil maupun sesudah bayilahir. Asupan gizi pada bayi diberikan memalui praktik pemberian ASIEksklusif dan MP-ASI dengan benar. Di Indonesia masih banyak ibuyang tidak memiliki kesempatan untuk memberikan ASI Eksklusifkarena berbagai faktor. Beberapa penelitian menyebutkan bahwamasalah gizi pada bayi dan anak disebabkan kebiasaan ASI dan MPASIyang tidak tepat baik secara kuantitas maupun kualitas. Perilakupemberian MP-ASI yang tidak tepat meliputi pemberian makanan yangterlalu awal atau terlambat, porsi dan frekuensi makanan yangdiberikan tidak sesuai kebutuhan. Tujuan. Tujuan Program kegiatanini adalah pembentukan kader PARAPAM (Para Pendamping ASI danMP-ASI) untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASIpada bayi di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar KabupatenKebumen. Metode. Metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah,diskusi, dan demostrasi. Materi yang diberikan meliputi kaderkesehatan, Pendidikan Kesehatan, ASI eksklusif dan MP-ASI. Jumlahkader yang dilatih 9 orang, Kader PARAPAM dilatih melakukanpendidikan kesehatan kepada masyarakat dan melakukanpendampingan saat menyusui dan memberikan MP-ASI pada bulanMei 2017. Media yang digunakan kader PARAPAM berupa lembarbalik, Leaflet serta booklet Pemberian ASI dan MP-ASI. Hasil. KaderPARAPAM membantu ibu dalam pemberian ASI Ekslusif dan MP-ASI.Ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan dapat memberikanASI ekslusif dan ibu yang memiliki bayi usia lebih dari 6 bulan dapatmenyiapkan MP-ASI dengan baik. Kesimpulan. Terbentuknya kaderPARAPAM meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI yangbenar Rekomendasi. Kader PARAPAM dapat diaplikasikan untukmendampingi pasien yang memiliki masalah kesehatan yang lainnya.
Penerapan Metode Bernyanyi untuk Meningkatkan Kemampuan Cuci Tangan pada Anak di TK Mekarsari Ambalresmi Fitri Faijah; N Nurlaila
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 10th University Research Colloquium 2019: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.813 KB)

Abstract

Latar Belakang : Mencuci tangan merupakan salah satu perilaku yang dapat mempengaruhi kondisi sehat seseorang. Untuk meningkatkan kemampuan cuci tangan pada anak dapat dilakukan dengan metode yang menarik melalui penerapan metode bernyanyi. Tujuan Penulisan : Menggambarkan asuhan keperawatan dengan penerapan metode bernyanyi untuk meningkatkan kemampuan cuci tangan pada anak. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, desain deskriptif dengan metode atau pendekatan studi kasus (case studi). Jumlah responden 38, dengan usia diatas 3 tahun. Instrumen yang digunakan menggunakan lembar observasi enam langkah cuci tangan. Kemampuan cuci tangan pada anak diukur sebelum dan sesudah pemberian metode bernyanyi. Asuhan Keperawatan : Anak didik di TK Mekarsari Ambalresmi belum terbiasa melakukan cuci tangan dengan enam langkah, cuci tangan hanya asal tangannya basah. Kebiasaan cuci tangan yang dilakukan di TK tersebut belum dilakukan rutin setiap akan makan atau ketika istirahat. Tindakan metode bernyanyi untuk meningkatkan kemampuan pada anak ini dilakukan satu kali selama 40 menit sebelum dan sesudah istirahat. Hasil evaluasi tindakan yaitu terjadi peningkatan kemampuan cuci tangan pada anak dari 5,26 % menjadi 86, 84 %. Kesimpulan : Penerapan metode bernyanyi terbukti dapat meningkatkan kemampuan cuci tangan pada anak. Rekomendasi : Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menerapkan efektifitas metode bernyanyi untuk meningkatkan menggosok gigi pada anak.
Penerapan Terapi Bermain Kolase Kartun terhadap Tingkat Kooperatif Anak Prasekolah selama Prosedur Inhalasi di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen Aji Sukma Prasetyo; N Nurlaila
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 10th University Research Colloquium 2019: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.666 KB)

Abstract

Latar Belakang : Pada anak yang sakit dan harus dirawat dirumah sakit merupakan bentuk ketidaknyamanan atau stresor terhadap anak. Apalagi banyak prosedur yang harus dilakukan saat hospitalisasi seperti prosedur inhalasi yang bertujuan untuk melebarkan saluran pernafasan. Reaksi yang sering ditunjukkan anak prasekolah yang menjalani prosedur inhalasi yaitu menolak tindakan keperawatan dan tidak kooperatif. Salah satu intervensi untuk mengurangi stress dan tidak kooperatif adalah terapi bermain kolase kartun karena kolase kartun dapat melatih mengenal warna, melatih motorik halus, melatih kepercayaan diri dan agar tidak lekas bosan saat terapi inhalasi. Tujuan Penulisan : Menggambarkan asuhan keperawatan dengan penerapan terapi bermain kolase kartun terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama prosedur inhalasi Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Subyek studi kasus ini ada dua anak usia prasekolah yang mendapat terapi inhalasi dan di rawat di ruang melati RSUD Dr. Soedirman kebumen. Tingkat kooperatif diukur saat terapi inhalasi dengan menggunakan lembar observasi. Hasil : Setelah dilakukan terapi bermain kolase kartun tingkat kooperatif klien yang awalnya 35% dan 25 % setelah dilakukan terapi bermain kolase kartun berubah menjadi 90 % dan 80 %. Kesimpulan : Terapi bermain kolase kartun terbukti dapat meningkatkan tingkat kooperatif anak usia prasekolah selama menjalani terapi inhalasi. Rekomendasi : Penelit selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini, dengan melakukan penelitian tingkat kooperatif pada anak usia toodler atau sekolah sebagai subyek.