Latar belakang: Premature loss merupakan suatu keadaan gigi sulung yang tanggal sebelum waktu erupsi gigi pengganti. Premature loss dapat mempengaruhi panjang lengkung rahang sehingga ruangan untuk erupsi gigi pengganti tidak akan cukup. Akibat ruangan yang tidak cukup akan berdampak pada penyimpangan oklusi seperti rotasi, gigi berjejal, mesial drifting yang dikenal sebagai maloklusi. Premature loss memiliki gambaran maloklusi yang berbeda beda tergantung pada jenis gigi yang mengalami tanggal, sehingga sering menjadi keluhan pasien ortodonti di RSGM FKG Universitas Trisakti. Tujuan: untuk mengetahui prevalensi premature loss pada pasien ortodonti di RSGM FKG Universitas Trisakti pada tahun 2013 – 2015. Metode: Penelitian observasional menggunakan data sekunder yaitu rekam medik dan model studi tahun 2013 – 2015 dengan menggunakan parameter usia, jenis gigi yang mengalami kehilangan, dan hubungan molar serta keadaan seluruh gigi pasien. Hasil: Sebanyak 52 sampel mengalami premature loss dengan rentang usia 6 – 10 tahun. Pada usia 6 tahun sebanyak 2 orang ((3,8%), usia 7 tahun 13 anak (25%), usia 8 tahun 19 anak (36,5%), usia 9 tahun 11 anak (21,2%), dan usia 10 tahun 7 anak (13,5%). Total jumlah gigi yang mengalami premature loss sebanyak 80 gigi dengan insisivus pertama sebanyak 17 gigi (21,25%), insisivus kedua 24 gigi (30%), kaninus 9 gigi (11,25%), molar pertama 10 gigi (12,5%) dan molar kedua 20 gigi (25%). Kesimpulan: Prevalensi premature loss pada pasien ortodonti di RSGM FKG Universitas Trisakti sebesar 18,5%.