Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DENGAN POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) Gracia Natalia Theresia; Vience Ratna Multi Wijaya
Hukum Pidana dan Pembangunan Hukum Vol. 3 No. 1 (2020): Hukum Pidana dan Pembangunan Hukum
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.894 KB) | DOI: 10.25105/hpph.v3i1.10341

Abstract

Tingginya prevalensi kekerasan seksual pada anak dapat menyebabkan terjadinya Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau dikenal sebagai gangguan stress paska trauma. Berdasarkan yang disampaikan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2017 terdapat 2.737 kekerasan pada anak dan 52% merupakan kasus kekerasan seksual. Anak mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa, namun kejadian kekerasan seksuak pada anak terus meningkat setiap tahunnya dan meningkatkan kejadian PTSD sampai 39,9% dan 31,3% tersebut disebabkan oleh kekerasan seksual. Studi ini menggunakan studi literatur dengan mengumpulkan data melalui referensi jurnal, artikel, buku dan sebagainya. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian kekerasan seksual pada anak seperti kasus pedofilia, trauma masa kecil, sosial-ekonomi, kurangnya pengetahuan orang tua di era globalisasi, pendidikan orang tua yang rendah, dan sebagainya. Gangguan stres pasca trauma adalah sindrom kecemasan, tanggung jawab otonom, ketidaknyamanan emosional dan kilas balik dari pengalaman yang sangat menyakitkan. Anak korban kekerasan seksual yang mengalami PTSD sebagian besar menjadi pelaku berikutnya, merasa dikhianati oleh lawan jenis dan memilih menjadi LGBT, ditolak bersosialisasi, merasa kotor dan membenci diri sendiri serta dapat menimbulkan ide bunuh diri. Pelaku pencabulan anak dapat dipidana dengan sanksi pidana berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 dan UU no. 23 tahun 2002 pasal 81 ayat 1 dan 2, pasal 82 ayat 1, pasal 83.
Immunization status lowers the incidence of stunting in children 1-5 years Gracia Natalia Theresia; Verawati Sudarma
World Nutrition Journal Vol. 6 No. 1 (2022): Volume 06 Issue 1, August 2022
Publisher : Indonesian Nutrition Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25220/WNJ.V06.i1.0003

Abstract

Stunting is a multifactorial condition where a toddler has less body length compared to their age. One of the factors is the immunization status of children, which can lead to susceptibility to infection and caused growth disturbance. This study was conducted to determine whether immunization plays a role as one of the interventions to prevent stunting in children age 1-5 years by using cross-sectional observational study with a total of 110 children aged 1-5 years who visited the Public Health Center of Jatinegara District, East Jakarta between September-November 2019. Questionnaires, anthropometric assessment using body length board and microtoice, and Z-score assessment were obtained during the study. The Chi-square test was performed for data analysis. The result of this study showed that 47,3% of respondents had incomplete immunization status, and 84.6% of child were stunted. Immunization plays a role as one of the factors preventing stunting in children age 1-5 years (p<0,001). It can be concluded that immunization is one of the factors contributing to lowered incidence of stunting in children age 1-5 years.