ABSTRAKSexava   spp (Orthoptera: Tettigonidae) terdiri dari beberapa  spesies,  merupakan  hama  utama  pada tanaman  kelapa.  Serangan  berat  hama  Sexava menyebabkan pelepah daun menjadi gundul dan mematikan kelapa. Masalah hama Sexava spp kembali menarik perhatian melalui berita di media masa yang menyatakan  outbreak  serangan   Sexava   spp  pada Triwulan I tahun 2004 menimbulkan 13.000 ha areal kelapa  rusak  berat  di  Kabupaten  Sangihe  dan Kabupaten Talaud. Produktivitas kelapa menurun drastis 50%  lebih  dengan  rataan 0,4 -0,5  ton kopra/ha/th. Teknologi pengendalian sudah cukup tersedia, dan secara teoritis peluang hidup hama Sexava spp hanya 14%, sisanya 86% sudah terkendali dengan  sendirinya.  Masih  terjadinya  outbreak serangan hama Sexava spp memberi gambaran bahwa keseimbangan  padat  populasi  dengan  berbagai komponen  pengendalian  belum  dapat  mengatasi serangan Sexava spp. Komponen pengendalian yang dapat  dilakukan  adalah  kultur  teknis,  mekanis, penggunaan  tanaman  sela,  pemanfaatan  agensia hayati, peraturan karantina, dan insektisida. Upaya pengendalian yang relatif baru dikembangkan adalah pemanfaatan agensia hayati cendawan entomophatogen ‘’Metabron’’ (Metarrhizium yang diisolasi dari Brontispa). Salah satu keuntungan agensia hayati adalah dapat berkembang biak dengan sendirinya, persisten dalam waktu yang lama pada keadaan lingkungan yang kondusif. Diharapkan peranannya bukan hanya sebagai ‘’biological control’’ tetapi juga menjadi senjata biologi atau ‘’biological weapons’’, yang dapat  mencegah  outbreak  serangan Sexava  spp. Tingkat mortalitas yang disebabkan oleh Metabron sangat tinggi, dengan konsentrasi 5 x 105 konidia/µl efektif menyebabkan mortalitas sebesar 90,25% nimfa, dan  86,26% imago Sexava spp. Dalam upaya pengendalian hama Sexava spp, sebaiknya memanfaatkan semua komponen teknologi yang tersedia dan mengacu pada sistem pengendalian hama secara terpadu. Hasil kerja sama Balitka dengan COGENT, tiga komponen teknologi yaitu; pemanfaatan benih unggul,  diversifikasi  produk, serta  pemanfaatan tanaman  sela  dan  ternak, dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Untuk mencegah outbreak hama Sexava spp., ketiga komponen pengendalian tersebut dapat diintegrasikan dengan komponen pengendalian lainnya yang sudah tersedia, melalui kerjasama dengan instansi lainnya.Kata Kunci: Kelapa, Cocos nucifera, hama, Sexava spp, outbreak, pengendalian terpadu. ABSTRACTControlling Sexava spp through integrated pest managementSexava spp consists of several species, is a major pest of coconut palm. Heavy infestation of this pest may cause serious damage on coconut leaves, and may kill the trees. It was reported that in the districts of Sangihe and Talaud, North Sulawesi, on the first quarter of 2004, approximately 13.000 ha of coconut farms were seriously attacked by Sexava spp. The productivity of small holders coconut farm decreased up to 0.4 - 0.5 ton copra/ha/year. Several programs to control Sexava were carried out and the technology to control Sexava is available. Theoritically the life probability of Sexava spp is only 14%, approximately 86% can be controlled automatically. To control Sexava spp., six methods have been introduced, namely : cultivation technology,   mechanical   system,   intercropping, biological control, quarantine system and insecticide application. The newest inovation on biological control was   using   entomophatogen   fungus   called; ‘’Metabron’’ (Metarrhizium isolated from Bronstispa). It is effective to control Sexava spp on coconut. One of the benefits  of  this  biological  agent  was  it  could automatically  and  continuously  grow  in  a  long periode,  in  a  good  treatment  and  condusive circumstance. Hopefully, the role of Metabron was not only as biological control, but also as biological weapon against Sexava spp pest. The mortality caused by Metabron was very high. At the concentration of 5 X 105  conidium/µl, effective it was effective to cause 90,25% nymph mortality and 86,25% imago mortality. On the program of Sexava spp management all of technology  components  should  be  practiced  and suitable with integrated pest management system. In the joint program between Coconut Research Institute and COGENT, three component technologies were applied, namely the use of resistant variety, product diversification, and intercrops plus animal husbandry. It was found that the treatments were able to increase farmers’ income and prosperity significantly. To solve the problem of Sexava spp in small holder coconut farms in Sangihe and Talaud, those three components should  be  integrated  with  other  components mentioned above. The intensive coordination amongst related institutions are needed to make the program effetive and useful.Key Word: Coconut, Cocos nucifera L., pest, Sexava spp, outbreak, integrated pest management.