Penolakan Alevi di Turki tidak lepas dari bentuk framing ottoman pada masa lalu. Masyarakat turki masih menilai ketidaksucian Alevi dan ritual yang dianggap sesat. Dalam artikel ini penulis berusaha mengkaji strategi yang dilakukan oleh Alevi selaku kelompok kepentingan pasca penolakan masyarakat di Turki dalam mendapatkan rekognisi. Dalam menjawab permasalahan tersebut penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan penjabaran data yang telah dikumpulkan dan kemudian disusun berdasarkan sistematika pembahasan. Penelitian ini menggunakan konsep kelompok kepentingan beserta parameter keberhasilan tindakan kolektif. Temuan artikel ini menunjukan bahwa Alevi melakukan dua strategi, yaitu eksternal dan internal dalam menghadapi penolakan masyarakat Turki. Strategi internal dilakukan melalui DRSA, Alevi opening yang diprakarsai oleh partai AKP, dan asosiasi Alevi. Strategi internal yang dilakukan oleh kelompok kepentingan Alevi di Turki dinilai tidak berhasil dalam membentuk tindakan kolektif. Adapun strategi eksternal berupa aktvitas dilakukan oleh AABF selaku organisasi Alevi di Jerman seperti Alevilerim Sesi, mengadakan dialog antar agama, berpartisipasi dalam German Islam Conference. Strategi eksternal dinilai berhasil membentuk tindakan kolektif.