Ziska Yanti
UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN INTERTEKTUALITAS AYAT AHL AL-KITAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH KARYA QURAISH SHIHAB DENGAN TAFSIR AL-MIZAN KARYA HUSEIN THATHABA’I Ziska Yanti
EL-MAQRA' Vol 2, No 1 (2022): Mei
Publisher : IAIN KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.161 KB) | DOI: 10.31332/elmaqra.v2i1.3988

Abstract

Tulisan ini membahas tentang kajian intertektualitas ayat Ahl-Kitab dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab dengan tafsir al Mizan karya Husein Thathaba’i. Tafsir al Misbah adalah tafsir yang ditulis oleh Quraish Shihab  pada tahun 1999 H. Tafsir ini  menjadi kontroversi karena menjadikan Husein Thabathaba’i menjadi salah satu sumber untuk memperkuat penafsirannya. Hal ini disebabkan  Husein Thabathaba’i dikenal sebagai ulama syiah.  Sedangkan Indonesia sebagai tempat tafsir  ini diterbitkan  mayoritas penduduknya berpaham Sunni. Dalam tulisan ini akan meneliti bagaimana pengaruh pemikiran Husein Thabathaba’i dalam memaknai Ahl-Kitab yang akan menggunakan metode intertekstualitas yang di populerkan oleh Julia Kristeva. Kajian intertekstualitas ayat Ahl-Kitab dalam tafsir al Misbah karya Quraish shihab dengan tafsir al-Mizan karya Husein Thabathaba’i tidak dapat dibuktikan secara jelas. Meskipun demikian dapat dilihat ada pengaruh pemikiran Husein Thabathaba’i dalam tafsiran QS. Al-Baqarah ayat 221. Dalam menafsirkan Qs : al –Imran ayat 64 dan QS : al-Baqarah ayat 221, Quraish Shihab tidak ada mengatakan bahwa beliau mengutip pendapat Husein Thabathaba’i.
PENDEKATAN MA’NA CUM MAGHZA TENTANG ARRIJALU QOWWAMUNA ‘ALA AN - NISA’ Ziska Yanti
EL-MAQRA' Vol 2, No 1 (2022): Mei
Publisher : IAIN KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.19 KB) | DOI: 10.31332/elmaqra.v2i1.3990

Abstract

AbstrakArrijalu Qowwamuna ala an-nisa adalah kalimat yang mendapat berbagai macam penafsiran. Banyak pro dan kontra mengenai pesan dan tujuan dari Q.S An-Nisa ayat 34 ini. Di antara penafsiran tersebut ada yang memfokuskan pada kata qowwam yang bermakna pemimpin dimana laki-laki harus menjadi pemimpin bagi wanita dalam semua asfek, baik dalam lingkungan keluarga maupun pemerintahan dan publik. Akan tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa ayat ini mengacu kepada pemimpin dalam keluarga. Hal ini menjadikan seorang laki-laki harus menjadi pemimpin dalam keluarga, bertanggungjawab dalam mendidik, dan menjamin ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan magna cum maghza,  pendekatan ini dalam penafsiran menggunakan makna asal literal (makna historis, yang tersurat) sebagai landasan awal untuk memahami pesan utama teks  (makna yang tersirat). Pendekatan ma’na cum maghza terdiri dari ma’na (makna) teks al-Qur’an yang dipahami oleh pendengar pertama dan dikembangkan menjadi signifikansi (maghza) untuk situasi kontemporer. Oleh demikian, menemukan makna tersirat dari kalimat arrijalu qowwamuna ala an-Nisa akan menjadi tujuan dari penelitian ini. Setelah diteliti menggunakan pendekatan ma’na cum maghza tidak ada larangan mutlak dalam agama yang melarang perempuan ikut terlibat dan berperan aktif dalam kegiatan sosial dan menjadi pemimpin, akan tetapi menurut ulama klasik dan kontemporer ada beberapa jabatan agama yang tidak bisa dilakukan oleh wanitaKata Kunci: Rijal, Qowwam, , an-Nisa, Ma’na cum Maghza
REINTERPRETASI AYAT JILBAB DAN CADAR STUDI ANALISIS MA’NA CUM MAGHZA ATAS Q.S AL-AHZAB : 59 DAN Q.S AN-NUR : 31 Ziska Yanti
EL-MAQRA' Vol 2, No 1 (2022): Mei
Publisher : IAIN KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.279 KB) | DOI: 10.31332/elmaqra.v2i1.3994

Abstract

AbstrakJilbab dan cadar merupakan pakaian yang menjadi identitas perempuan muslim, ayat yang dijadikan.dalil dimaknai beragam oleh mufassir. Secara ijma’ ulama sepakat bahwa jilbab hukumya wajib, meskipun tidak terjadi kesepakatan mengenai apa yang harus ditutupi oleh jilbab. Sebagian ulama mengatakan jilbab harus menutupi seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan,  sebagian lagi mengatakan jilbab harus menutupi seluruh badan termasuk muka kecuali mata sebelah.  Untuk itu perlu dilakukan Reinterpretasi ayat jilbab dan cadar studi analisis ma’na cum maghza atas QS. Al-Ahzab : 59 dan QS : an-Nur : 31, penelitian ini akan menjawab makna, pemahaman dan implikasi ayat jilbab. Melalui pendekatan ma’na cum maghza didapatkan kesimpulan bahwa jilbab adalah sesuatu yang wajib yang tidak terpengaruh dalam konteks budaya, berbeda dengan cadar yang hukumnya sesuai dengan konteks budaya. Meskipun demikian cadar tidak seharusnya dilarang di daerah yang tidak menganjurkannya karena sesuai dengan hak asasi manusia.Kata Kunci: Reinterpretasi, Jilbab, Cadar, Ma’na cum Maghza.