Suci Nugraha
Psikologi, Universitas Islam Bandung

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Kepribadian Dark Triad terhadap Perilaku Cyberbullying pada Pengguna Media Sosial Annisa Tri Banowati; Suci Nugraha
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 3 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.294 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.2879

Abstract

Abstract. Cyberbullying is the activity of people who persistently attack on the internet toward certain parties with various actions such as flaming, harassment, cyberstalking, denigration, impersonation, outing/trickery and exclution. Internet users in Indonesia are already in severe category in cyberbullying by being ranked as the fourth country with the most disrespectful internet users in Southeast Asia. This study intends to look at one of the factors that play a role in cyberbullying, namely personality. The personality that will be discussed in this research is the Dark Triad Personality. This research included 200 respondents of social media users on Instagram, Twitter and TikTok. The data was taken using Quota Sampling. The Dark Triad personality was measured using the Short Dark Triad 3 (Jones and Paulhus, 2014). Cyberbullying was measured using the Cyberbullying Scale (Safaria, 2020). In this study, there is a significant influence of the Dark Triad's personality on cyberbullying on social media users. (R-squared = 0.582) Abstrak. Cyberbullying adalah tindakan menyerang orang lain di internet secara terus-menerus secara sengaja dengan maksud menyudutkan pihak tertentu dengan terdapat beberapa aktivitas didalamnya seperti flaming, harassment, denigration, cyberstalking, impersonation, outing/trickery dan exclution.. Pengguna internet di Indonesia sudah termasuk kategori yang cukup parah dalam perilaku cyberbullying dengan menduduki peringkat ke-empat sebagai negara dengan pengguna internet paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Penelitian ini bermaksud melihat salah satu faktor yang berperan pada perilaku cyberbullying yaitu kepribadian. Kepribadian yang akan dibahas pada penelitian ini adalah Kepribadian Dark Triad. Responden penelitian ini berjumlah 200 pengguna media sosial Instagram, Twitter dan TikTok. Data diambil menggunakan Quota Sampling. Kepribadian Dark Triad diukur menggunakan Short Dark Triad 3 (Jones and Paulhus, 2014). Perilaku cyberbullying diukur menggunakan Cyberbullying Scale (Safaria, 2020). Pada penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan antara kepribadian Dark Triad terhadap perilaku cyberbullying pada pengguna media sosial. (R-square= 0.582).
Pengaruh Intensitas Bermain Instagram terhadap Depresi melalui Objektifikasi Diri sebagai Variabel Mediasi Saniyya Zahira Deriztian; Suci Nugraha
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.476 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i2.3085

Abstract

Abstract.The phenomenon of the intensity of playing Instagram which is increasing by causing positive and negative effects, one of the negative effects found the tendency of increasing levels of depression in Instagram users (Ha Sung Hwang, 2019). From the existing phenomena there are several identification problems in this study such as 1) Does the intensity of playing Instagram affect depression?, 2)Doest the intensity of playing instagram affect self objectification?, 3) Does self objectification affect depression?, 4) Does self objectification mediate the effect between intensity of playing Instagram and depression?. This study aims to determine the effect of intensity of playing Instagram on depression trough self objectification as a mediating variable using causal step with quantitative approach. There were 146 respondents who participated in this research. Abstrak.Fenomena intensitas bermain Instagram yang semakin meningkat dengan menimbulkan efek positif maupun negatif, salah satu efek negatif yang ditemukan adalah adanya kecenderungan meningkatnya tingkat depresi pada penggunanya (Ha Sung Hwang, 2019). Dari fenomena yang ada terdapat beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini 1) Apakah intensitas bermain Instagram berengaruh terhadap depresi?, 2) Apakah intensitas bermain Instagram berpengaruh terhadap objektifikasi diri?, 3) Apakah objektifikadi diri berpengaruh terhadap depresi?, dan 4) Apakah objektifikasi diri memediasi pengaruh intensitas bermain Instagram terhadap depresi?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhintensitas bermain Instagram terhadap depresi melalui objektifikasi diri sebagai variabel mediasi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif kasusal step.Terdapat 146 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini yang tersebar kedalam 5 provinsi. Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive sampling. Dari hasil uji regresi berganda menunjukan bahwa adanya pengaruh intensitas bermain Instagram terhadap depresi melalui objektifikasi diri.
Hubungan antara Narrative Engagement dengan Binge Watching pada Penonton K-drama Riska Miranti; Suci Nugraha
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v3i1.5114

Abstract

Abstract. The development of television into internet-based online video streaming has given viewers control over their own pace of media consumption and option to watch several episodes in one sitting. This refers to the phenomenon of binge watching. The phenomenon of binge watching through this online streaming platform has also developed among Korean drama (K-drama) viewers. This phenomenon has negative consequences both physically and mentally, moreover, it can also develop into addiction behaviour. Nevertheless, research on antecedents or factors that affect binge watching is still lacking, especially in Indonesia. One of the factors that become the antecedent of binge watching is involvement factor in narrative or known as narrative engagement. This study aims to determine the relationship between narrative engagement and binge watching behavior among K-drama viewers. This study used the correlation method with Spearman’s rho data analysis. The measuring instruments used in this study is the Narrative Engagement Scale by Buselle and Bilandzic (2009) and The Single-Program Binge Watching (SPBW) by Viens and Farar (2021) and adapted into the Indonesian context by researcher. The final sample in this study were 302 respondents aged 18-25 years, living in Jakarta and watched more than one episodes of K-drama at one sitting. The results showed a significant level of 0.000 < 0.05, with a correlation (r) 0.412. There is a significant positive relationship between narrative engagement and binge watching among K-drama viewers. Abstrak Perkembangan pada tayangan televisi menjadi video online streaming berbasis internet membuat penonton memiliki kendali atas laju konsumsi media mereka sendiri dan kebebasan untuk menonton beberapa episode sekaligus dalam satu waktu, yang menimbulkan fenomena binge watching. Fenomena binge watching melalui layanan platform online streaming ini juga berkembang pada penonton Korean drama (K-drama). Fenomena ini menimbulkan konsekuensi negatif baik dari segi fisik maupun mental, serta bisa berkembang menjadi adiksi. Meskipun demikian, penelitian mengenai anteseden atau faktor yang mempengaruhi binge watching masih sangat terbatas, terutama di Indonesia. Salah satu faktor yang menjadi antiseden perilaku binge watching muncul dari faktor keterlibatan terhadap narasi atau narrative engagement. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara narrative engagement dengan perilaku binge watching pada penonton K-drama. Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan analisis data Rank Spearman. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini Narrative Engagement Scale oleh Buselle dan Bilandzic (2009) dan Single-Program Binge Watching (SPBW) oleh Viens dan Farar (2021) yang telah diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia oleh peneliti. Sampel akhir dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 302 responden berusia 18-25 tahun yang tinggal di Jakarta yang sedang menonton K-drama dengan cara menonton lebih dari satu episode sekaligus dalam satu waktu. Hasil penelitian menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, dengan korelasi (r) sebesar 0.412 sehingga diketahui terdapat hubungan positif yang signifikan antara narrative engagement dengan binge watching pada penonton K-drama.
Hubungan Antara Narrative Engagement dan Binge Watching pada Pengguna Netflix Nazmah Shafarani Tenia; Suci Nugraha
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v3i1.5121

Abstract

Abstract. The development of a Video on Demand streaming platform in recent years has triggered the emergence of a new phenomenon called binge watching, this phenomenon is defined as watching several episodes at once of the same TV series. One of the things that can cause someone to do binge watching is the formation of a sensation of involvement with the narrative of the spectacle (narrative engagement) both cognitively and emotionally. This research was conducted with a correlational quantitative approach to determine the relationship between narrative engagement and binge watching, especially for Netflix users, considering that the platform is the most widely used for binge watching in Indonesia. The participants in this study were 250 people aged 18-25 years and were watching TV series through the Netflix platform in Bandung City by filling out online questionnaires via google form. The measuring instrument used in this study is a measuring instrument that has been adapted by the researcher into Indonesian from the Single-Program Binge watching Scale (SPBWS) developed by Viens & Farrar (2021) and the Narrative engagement Scale developed by Bilandzic & Busselle ( 2009). The results of this study indicate a significance value of 0.000 <0.05, meaning that there is a significant positive relationship between narrative engagement and binge watching on Netflix users in Bandung with a correlation coefficient of 0.387. Abstrak. Pengembangan platform streaming Video on Demand dalam beberapa tahun terakhir telah memicu munculnya sebuah fenomena baru yang disebut sebagai binge watching, fenomena ini diartikan sebagai menonton beberapa episode secara sekaligus dari serial TV yang sama. Salah satu hal yang dapat menjadi penyebab seseorang melakukan binge watching adalah terbentuknya sensasi keterlibatan dengan narasi tontonan (narrative engagement) baik secara kognitif maupun emosional. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif korelasional untuk mengetahui hubungan narrative engagement dan binge watching khususnya pada pengguna Netflix, mengingat bahwa platform tersebut paling banyak digunakan untuk melakukan binge watching di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 250 orang yang berusia 18-25 tahun dan sedang menonton serial TV melalui platform Netflix di Kota Bandung dengan mengisi kuesioner secara online melalui google form. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang telah diadaptasi oleh peneliti ke dalam Bahasa Indonesia dari skala Single-Program Binge watching Scale (SPBWS) yang dikembangkan oleh Viens & Farrar (2021) dan Narrative engagement Scale yang dikembangkan oleh Bilandzic & Busselle (2009). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi 0.000 < 0.05, artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara narrative engagement dan binge watching pada pengguna Netflix di Kota Bandung dengan nilai koefisien korelasi 0.387.
Pengaruh Alexithymia terhadap Perilaku Cyberbullying pada Pengguna Media Sosial Izmi Nanda Nur Fadhilla; Suci Nugraha
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v3i1.5129

Abstract

Alexithymia is a condition in which a person is unable to express the emotions that are felt and owned by himself and also cannot describe the emotions that occur in other people around him. One of the negative impacts of alexithymia individuals in social media is the occurrence of cyberbullying behavior. This study aims to find out how the influence of alexithymia on cyberbullying behavior on social media users. This study uses a quantitative approach with a simple linear regression method, to find out whether there is an influence between alexithymia and cyberbullying behavior. Participants in this study amounted to 160 people aged 18-25 years and active users of social media in the city of Bandung. The measuring instrument used in this study is the Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) for alexithymia and for cyberbullying behavior the Cyberbullying Scale is used. The results of this study indicate that there is an influence of alexithymia on cyberbullying behavior of 0.020 or 2% (R square = 0.020). Alexithymia adalah suatu keadaan dimana seorang tidak mampu untuk mengungkapkan emosi yang dirasakan dan yang dimiliki oleh dirinya dan juga tidak dapat mendeskripsikan emosi yang terjadi pada orang lain di sekitarnya. Salah satu dampak negatif dari individu alexithymia dalam bermedia sosial adalah terjadinya perilaku cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh alexithymia terhadap perilaku cyberbullying pada Pengguna Media Sosial. Penelitian ini menggukanan pendekatan kuantitatif dengan metode regresi linear sederhana, untuk bisa mengetahui apakah terdapat pengaruh antara alexithymia dengan perilaku cyberbullying. Partisipan didalam penelitian ini berjumlah 160 orang yang berusia 18-25 tahun dan pengguna aktif media sosial di kota Bandung. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) untuk alexithymia dan untuk perilaku cyberbullying menggunakan alat ukur Cyberbullying Scale. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh alexithymia terhadap perilaku cyberbullying sebesar 0.020 atau 2% (R square = 0.020).
Pengaruh Conflict Resolution Styles terhadap Marital Satisfaction Laki-Laki Korban Domestic Violence Putri Aditya Permata; Suci Nugraha
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v3i1.5177

Abstract

Abstrak -Hubungan pernikahan yang harmonis seharusnya dapat diraih oleh semua pasangan yang telah menikah, namun kini kasus domestic violence di Indonesia kian meningkat. Kini banyak penelitian yang hanya berfokus pada perempuan sebagai korban domestic violence, akan tetapi masih sedikit yang berfokus pada populasi laki-laki korban domestic violence, dikarenakan berbagai alasan seperti pemahaman budaya dan stigma-stigma yang diterapkan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai seberapa pengaruh setiap jenis conflict resolution style terhadap marital satisfaction laki-laki korban domestic violence di Bandung Raya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian kausalitas dengan 145 subjek penelitian. Alat ukur yang digunakan adalah Rahim Organizational Conflict Inventory – II (ROCI-II) dari Rahim (2001) untuk mengukur conflict resolution style dan ENRICH Marital satisfaction scale dari Fowers & Olson (1993) untuk mengukur marital satisfaction. Teknik analisis yang digunakan adalah Uji Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap jenis conflict resolution styles secara signifikan mempengaruhi marital satisfaction pada korban domestic violence di Bandung Raya dengan pengaruh jenis Integrating sebesar 8,45%, jenis obliging sebesar 11,17%, jenis dominating sebesar 2,21%, jenis avoiding sebesar 10,93% dan compromising sebesar 9,80%. Kata Kunci: Gaya resolusi konflik, kepuasan pernikahan, kekerasan dalam rumah tangga, laki-laki korban kekerasan Abstract- Harmonious marriage relations should be achieved by all married couples, but now cases of domestic violence in Indonesia are increasing. Currently, there are many studies that only focus on women as victims of domestic violence, but there is still little research that focuses on the male population who are victims of domestic violence, due to various reasons such as cultural understanding and the stigmas applied in the environment. The purpose of this study was to obtain empirical data regarding the influence of each type of conflict resolution style on the marital satisfaction of male victims of domestic violence in Bandung Raya. This research is a quantitative study using a causality research design with 145 research subjects. The measurement tools used are the Rahim Organizational Conflict Inventory – II (ROCI-II) from Rahim (2001) to measure conflict resolution style and the ENRICH Marital satisfaction scale from Fowers & Olson (1993) to measure marital satisfaction. The analysis technique used is Multiple Linear Regression Test. The results of this study indicate that each type of conflict resolution styles significantly influences marital satisfaction on victims of domestic violence in Bandung Raya with the effect of integrating 8.45%, obliging 11.17%, dominating 2.21%, avoiding by 10.93% and compromising by 9.80%. Keywords: Conflict resolution style, Marital satisfaction, Domestic Violence, Male Victims
Hubungan Trait Kepribadian dengan Self-Criticism pada Korban Kekerasan dalam Pacaran Nazala Raditia; Suci Nugraha
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v3i1.5272

Abstract

Abstract. Dating relationships don't always go well for every couple. Violence can happen to every couple. Based on the results of the pre-survey conducted, the impact that occurs on victims of dating violence is that they continue to blame themselves, feel worthless so they do self-criticism because they have had a bad experience from their partner. Personality traits can determine the unique adjustment to the environment that influences individuals to be able or not to do self-criticism. This study aims to obtain the results of a study on the relationship between personality traits and self-criticism in victims of dating violence. This hypothesis is that there is a correlation between the big five personality trait and self-criticism in victims of dating violence. The researcher collected data using the FSCRS (The Forms of Selfcriticism / Self-Reassuring Scale) scale from Gilbert (2004) which was adapted by Nadia Altiany (2019) and the International Personal Item Pool – Big Five Model -25 (IPIP-BFM). -25) from Goldberg (1992) which has been adapted by Akhtar (2018). The results of this study indicate the relationship between extraversion and selfcriticism, r = 0.485, p = 0.000, agreeableness and self-criticism, r = 0.527, p = 0.000, conscientiousness and self-criticism, r = 0.702, p = 0.000, neuroticism with selfcriticism value r = 0.608 p value = 0.000, and openness to experience with selfcriticism value r = -0.205 p value = 0.053. This means that it shows a significant relationship between personality traits and self-criticism above with a fairly close category, only on the openness to experience trait which has a low category.Keywords: Trait, Self-Criticism, Dating Violence Abstrak. Hubungan pacaran tidak selalu berjalan dengan baik. Berdasarkan prasurvey yang dilakukan, dampak yang terjadi pada korban kekerasan dalam pacaran yaitu terus menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berharga sehingga melakukan self-criticism karena memiliki pengalaman yang kurang baik dari pasangannya. Trait kepribadian dapat menentukan dalam penyesuaian diri secara unik terhadap lingkungan yang mempengaruh individu dapat atau tidak melakukan self-criticism. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil kajian tentang hubungan trait kepribadian dengan self-criticism pada korban kekerasan dalam pacaran. Hipotesis ini adalah terdapat korelasi antara trait kepribadian big five personality dengan selfcriticism pada korban kekerasan dalam pacaran. Peneliti melakukan pengambilan data dengan menggunakan skala FSCRS (The Forms of Self-criticism /SelfReassuring Scale) dari Gilbert (2004) yang telah diadaptasi oleh Nadia Altiany (2019) dan International Personal Item Pool – Big Five Model -25 (IPIP-BFM-25) dari Goldberg (1992) yang telah diadaptasi oleh Akhtar (2018). Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara extraversion dengan self-criticism nilai r=0.485 nilai p=0.000, agreeableness dengan self-criticism nilai r=0.527 nilai p=0.000, conscientiousness dengan self-criticism nilai r= 0.702 nilai p=0.000, neuroticism dengan self-criticism nilai r= 0.608 nilai p=0.000, dan openness to experience dengan self-criticism nilai r=-0.205 nilai p=0.053. Artinya menunjukkan hubungan yang signifikan antara trait kepribadian dengan self-criticism diatas dengan kategori cukup erat, hanya pada trait openness to experience yang memiliki kategori rendah.Kata Kunci: Trait Kepribadian, Kritik Diri, Kekerasan Dalam Pacaran