Rihya Syifa Qurrotu Ayuna
Universitas Muhammadiyah Prof. DR Hamka-UHAMKA

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

FENOMENOLOGI ADVERSITY QUOTIENT PEMULUNG TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) BANTARGEBANG Rihya Syifa Qurrotu Ayuna; Nabilah Ramadhita; Ayu Kurnia Pratiwi; Dony Darma Sagita
Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia Vol 8, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jmbkan.v8i3.8648

Abstract

Kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan dalam hidupnya disebut Adversity Quotient. Untuk mengetahui Adversity Quotient Pemulung Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Peneliti menggunakan metode fenomenologi. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti mengambil 6 informan. Control yang dimiliki pemulung, mampu menerima dan menjalankan kehidupan dengan ikhlas, menyelesaikan masalah dengan mengutamakan komunikasi dan mampu berkomitmen. Origin dan Ownership, mampu menerima dan tidak menyalahkan dirinya, selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki, tidak mudah mengeluh. Reach, dapat membatasi segala kesulitan yang terjadi agar tidak menjangkau kepada aspek kehidupan yang lainnya. Edurance, bahwa pemulung memandang segala kendala dalam permasalahan yang terjadi hanya bersifat sementara dan akan segera berlalu. Menurutnya semua permasalahan yang terjadi tidak menjadikan penghalang melainkan menjadikannya penyemangat. Motivasi yang dimiliki pemulung berasal dari dalam diri, keluarga, anak dan istri. Ketekunan dan ketangguhan mental menjadikannya tetap bertahan hidup. Pemulung memiliki karakteristik Climbers, Pemaknaan hidup yang sesungguhnya pemulung mengetahui perasaan bahagia yang sebenarnya menjadikannya anugerah. Resiko kematian akibat tertimbun gundukan sampah serta penghasilan minim menutup mata pemulung akan bahaya pekerjaannya. Motivasi, ketekunan dan ketangguhan mental yang pemulung miliki menjadikannya tetap bertahan. Pemulung sangat menikmati profesinya. Dibuktikan dengan jangka waktu 20 tahun lebih menjadikan pemulung sebagai profesi.