Hestiyana Hestiyana
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TOPONIMI DAN ASPEK PENAMAAN ASAL-USUL NAMA JALAN DI KABUPATEN TANAH LAUT Hestiyana Hestiyana
Sirok Bastra Vol 10, No 2 (2022): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37671/sb.v10i2.367

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan toponimi dan aspek penamaan asal-usul nama jalan di Kabupaten Tanah Laut berdasarkan deskripsi asal nama. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa daftar nama jalan di Kabupaten Tanah Laut dan dokumentasi berupa sejarah asal-usul nama jalan yang diperoleh dari referensi buku dan dokumen serta hasil wawancara dengan informan. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yakni tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah mengklasifikasikan dan menganalisisnya secara keseluruhan, yakni mengklasifikasikan nama-nama jalan di Kabupaten Tanah Laut berdasarkan deskripsi asal nama. Selanjutnya, menganalisis data berdasarkan deskripsi asal nama, yakni aspek perwujudan, aspek kemasyarakatan, dan aspek kebudayaan. Hasil analisis data disajikan menggunakan metode informal. Berdasarkan hasil analisis, toponimi dan aspek penamaan asal-usul nama jalan di Kabupaten Tanah Laut terdiri atas: (1) aspek perwujudan, yakni (a) penamaan berdasarkan nama tumbuhan atau flora dan (b) penamaan berdasarkan keadaan lingkungan alam; (2) aspek kemasyarakatan, yakni (a) penamaan berdasarkan tokoh pejuang, (b) penamaan berdasarkan tokoh agama, (c) penamaan berdasarkan pekerjaan atau profesi, dan (d) penamaan berdasarkan interaksi sosial di masyarakat; dan (3) aspek kebudayaan, yakni berkaitan dengan kearifan lokal dan kepercayaan masyarakat setempat.
KEARIFAN EKOLOGIS DALAM CERITA RAKYAT DAYAK BAKUMPAI: KAJIAN EKOKRITIK Hestiyana Hestiyana
SUSASTRA: Jurnal Ilmu Susastra dan Budaya Vol 10, No 2 (2021): Susastra: Jurnal Ilmu Susastra dan Budaya (Desember 2021)
Publisher : HISKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/susastra.v10i2.121

Abstract

This study aims to describe ecological wisdom in Bakumpai Dayak folklore using the theory of literary eco-criticism. This research method is descriptive qualitative. The source of the data in this study is the text of the Collection of Bakumpai Folklore. The data used are texts in folklore that focus on literary and environmental aspects entitled (1) “Mang Raja Haji dan Tujuh Orang Putri” and (2) “Jingah Terbang” as well as previous studies. The technique used in data collection and data analysis is text analysis technique. Text analysis techniques are used to describe the ecological wisdom values contained in Bakumpai Dayak folklore through an eco-critical approach and the relationship between Bakumpai Dayak folklore and the surrounding environment. The results of the analysis are presented in the form of a narrative text that explains the relationship between the surrounding environment and folklore. Then verification and conclusion are carried out, namely checking the data that has been collected and analyzed again. Based on the results of the study it was found that in the Bakumpai Dayak folklore "Mang Raja Haji dan Tujuh Orang Putri " and "Jingah Terbang" there are the same ecological wisdom values. Local wisdom in the Bakumpai Dayak folklore can be seen in (1) rivers and plants as ecological markers in the folklore of “Mang Raja Haji dan Tujuh Orang Putri” and (2) the jingah tree as an ecological marker in the “Jingah Terbang” folklore. The two Bakumpai Dayak folktales serve as reminders that humans should not be greedy towards the environment and always maintain the noble values of local wisdom towards the environment. The folklore also represents human life which can be fatal when the rivers and forests are not taken care of properly. AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan kearifan ekologis dalam cerita rakyat Dayak Bakumpai dengan menggunakan teori ekokritik sastra. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks Kumpulan Cerita Rakyat Bakumpai. Data yang digunakan adalah teks dalam cerita rakyat yang berfokus pada aspek sastra dan lingkungan yang berjudul (1) “Mang Raja Haji dan Tujuh Orang Putri” dan (2) “Jingah Terbang” serta kajian terdahulu. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data adalah teknik analisis teks. Teknik analisis teks digunakan untuk mendeskripsikan nilai-nilai kearifan ekologis yang terdapat dalam cerita rakyat Dayak Bakumpai melalui pendekatan ekokritik serta relasi antara cerita rakyat Dayak Bakumpai dengan lingkungan sekitar. Hasil analisis disajikan dalam bentuk teks naratif yang menjelaskan hubungan alam sekitar dengan cerita rakyat. Kemudian dilakukan verifikasi dan penarikan kesimpulan, yakni melakukan pengecekan kembali data yang sudah terkumpul dan dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dalam cerita rakyat Dayak Bakumpai “Mang Raja Haji dan Tujuh Orang Putri” dan “Jingah Terbang” terdapat nilai-nilai kearifan ekologis yang sama. Kearifan lokal dalam cerita rakyat Dayak Bakumpai tersebut terlihat pada (1) sungai dan tumbuhan sebagai penanda ekologis dalam cerita rakyat “Mang Raja Haji dan Tujuh Orang Putri” dan (2) pohon jingah sebagai penanda ekologis dalam cerita rakyat “Jingah Terbang”. Kedua cerita rakyat Dayak Bakumpai itu berfungsi sebagai pengingat agar manusia tidak serakah terhadap lingkungan serta senantiasa menjaga nilai-nilai luhur kearifan lokal terhadap lingkungan. Cerita rakyat tersebut juga mempresentasikan kehidupan manusia yang berakibat fatal ketika sungai dan hutan tidak dijaga dengan baik.