Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Karakteristik pengeringan dan perubahan warna cabai Katokkon (capsicum annuum L. Var. Sinensis) Rusmiati Rustam; Salengke Salengke; Junaedi Muhidong
Jurnal Agritechno Jurnal Agritechno Vol. 9, Nomor 2, Oktober 2016
Publisher : Depertemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (957.763 KB) | DOI: 10.20956/at.v9i2.48

Abstract

Cabai Katokkon merupakan salah satu cabai local yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Akan tetapi, belum ada penelitian yang telah dilakukan menyangkut aspek pasca panen, khususnya pengeringan dari komoditas ini. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada studi tentang laju pengeringan dan perubahan warna cabai Katokkon selama pengeringan. Penelitian ini menggunakan dua perlakuan yaitu suhu pengeringan (40°C, 50°C, 60°C), lama blanching (15 menit, 30 menit, 45 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat laju pengeringan dan kadar air basis basah semakin cepat menyusut. Tiga model pengeringan (model Newton, model Henderson dan Pabis, dan model Page) menghasilkan nilai MR yang cukup dekat dengan nilai MR observasi. Namun demikian, meodel Page menghasilkan nilai prediksi yang terbaik dan menunjukkan nilai R2 yang lebih besar dibandingkan dengan Newton dan Hederson-Pabis. Hal ini menunjukkan bahwa model Page adalah model terbaik untuk merepresentasikan model pengeringan karena memiliki nilai kesesuaian yang besar terhadap karakteristik pengeringan cabai Katokkon. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin lama pengeringan maka semakin menurun tingkat kecerahan warna cabai Katokkon dan semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat perubahan warna menjadi lebih gelap.
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BATANG SORGUM MANIS (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP RENDEMEN DAN BRIX NIRA YANG DIHASILKAN Rizka Dwi Putrianti; Salengke Salengke; Supratomo Supratomo
Jurnal Agritechno Jurnal Agritechno Vol. 9, Nomor 2, Oktober 2016
Publisher : Depertemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.819 KB) | DOI: 10.20956/at.v9i2.49

Abstract

serbaguna yang memiliki banyak kegunaan. Salah satu bagian tanaman sorgum manis yang memiliki kegunaan adalah batang sorgum manis, batang sorgum manis apabila diperas akan menghasilkan nira. Nira sorgum manis memiliki brix berkisar antara 15 % - 21 %. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh penyimpanan batang sorgum manis terhadap rendemen dan brix nira yang dihasilkan dan kegunaan penelitian ini adalah memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada rendemen dan brix nira akibat penundaan proses penggilingan/pemerasan. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2012 di PT. Sinar Indonesia Merdeka (SINDOKA) Jln. Trans Sulawesi, Korondeme Desa Teromu, Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur. Penelitian ini dilakukan dengan metode lama penyimpanan batang sorgum manis terhadap rendemen dan brix nira yang dihasilkan dengan menggunakan dua varietas sorgum manis yaitu NTJ 2 dan ICSR dengan perlakuan terkena sinar matahari dan tidak terkena sinar matahari dimana batang dipotong menjadi tiga bagian yaitu bagian bawah, tengah dan atas (setiap bagian terdiri dari 3 ruas) dan dilakukan tanpa penyimpanan (0 hari) dan disimpan selama 2,4,6 hari dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brix pada batang bagian bawah lebih tinggi daripada batang bagian tengah dan bagian atas. Semakin lama batang sorgum disimpan dan terkena sinar matahari maka brix akan semakin turun. Agar rendemen yang dihasilkan tinggi maka sebaiknya batang langsung diperas setelah dipanen.
Pengaruh Suhu Dan Konsentrasi Larutan Gula Terhadap Proses Dehidrasi Osmosis Pepaya (Carica papaya L.) Liem Aras; Supratomo Supratomo; Salengke Salengke
Jurnal Agritechno Jurnal Agritechno Vol. 12, Nomor 2, Oktober 2019
Publisher : Depertemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.929 KB) | DOI: 10.20956/at.v0i0.219

Abstract

Buah pepaya (Carica papaya L.) tergolong buah yang populer dan digemari oleh hampir seluruh masyarakat di dunia. Pepaya banyak dibudidayakan oleh masyarakat baik sebagai hobi ataupun usaha komersil. Hal ini karena pepaya memiliki banyak kelebihan. Buah pepaya menjadi salah satu komoditi yang sangat mudah rusak, hal tersebut terjadi akibat beberapa faktor, seperti: aktivitas dan pertumbuhan mikroba pada buah pepaya, aktivitas enzim-enzim di dalam buah pepaya, perlakuan suhu, serta beberapa faktor lainnya yang dapat merusak buah pepaya. Dehidrasi osmosis merupakan teknik pengurangan kadar air yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan cara perendaman bahan pada larutan berkonsentrasi tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 hingga bulan Oktober 2018 di Laboratorium Pengolahan Pangan dan Analisis Kimia Universitas Hasanuddin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi larutan gula terhadap kadar air akhir, penurunan bobot (WR), jumlah padatan yang masuk (SG) dan jumlah air yang keluar dari bahan (WL) pada pepaya selama proses dehidrasi osmosis dan mengetahui suhu dan konsentrasi yang optimal dalam proses dehidrasi pepaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor dan masing-masing faktor terdiri atas 3 level yaitu kadar gula 40 Brix, 50 Brix, 60 Brix dan suhu perendaman 40 C, 50 C, 60 C dengan 3 kali ulangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan suhu 60 dan konsentrasi larutan 60 Brix menghasilkan kadar air yang paling rendah, dan sama halnya seperti peningkatan nilai Solid Gain (SG) paling tinggi juga terjadi pada suhu 60 C dan konsentrasi 60 Brix. Perlakuan suhu perendaman 50 C dan konsentrasi larutan gula 50 Brix menghasilkan Weight Reduction (WR) yang paling tinggi, sedangkan nilai Water Loss (WL) yang paling tinggi juga berada pada kombinasi perlakuan suhu perendaman 50 C dan konsentrasi larutan gula 50 Brix.