Ardian Riza
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang 25163, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Risiko Fraktur Osteoporosis berdasarkan Perhitungan FRAX® Tool tanpa pemeriksaan Bone Mineral Density pada Perempuan Post Menopause Fadhlurrahman Wide Putra; Ardian Riza; Arina Widya Murni
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 2 No 3 (2021): September 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v2i3.404

Abstract

Latar belakang: Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan terjadinya pengeroposan mikroarsitektur tulang. Osteoporosis dan fraktur osteoporosis memiliki berbagai faktor risiko, salah satunya adalah indeks massa tubuh yang rendah. Objektif: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan IMT dengan risiko fraktur osteoporosis berdasarkan perhitungan FRAX Tool tanpa pemeriksaan bone mineral density pada perempuan post menopause. Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross-sectional melalui teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Didapatkan sampel penelitian berjumlah 37 responden. Nilai risiko fraktur dinilai dengan menggunakan hasil skor dari kalkulasi FRAX Tool. Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai risiko fraktur osteoporosis berdasarkan perhitungan FRAX Tool sebesar 2,4% untuk hip fracture dan 4,95% untuk major osteoporotic fracture. Skor tersebut tergolong ke dalam kategori low-risk. Akan tetapi ditemukan juga bahwa semakin rendah indeks massa tubuh maka semakin tinggi nilai risiko fraktur osteoporosis. Kesimpulan: Indeks massa tubuh memiliki korelasi negatif dengan risiko fraktur osteoporosis berdasarkan perhitungan FRAX Tool tanpa pemeriksaan bone mineral density pada perempuan post menopause.
Gambaran Kejadian Kasus Osteomielitis Di Bagian Bedah Ortopedi RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang Tahun 2018-2020 Arie Van Diemen Sitinjak; Ardian Riza; Dedy Kurnia
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i1.728

Abstract

Latar Belakang: Osteomielitis adalah proses inflamasi tulang dan sumsum tulang yang disebabkan oleh organisme menular yang mengakibatkan kerusakan tulang lokal, nekrosis, dan aposisi tulang baru. Insidensi osteomielitis sebesar 21,8/100.000 orang/tahun. Osteomielitis terjadi pada semua kelompok umur dan lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian kasus osteomielitis di RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang tahun 2018-2020. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel berjumlah 39 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data diolah menggunakan uji univariat. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan catatan rekam medis pasien rawat inap di RSUP DR. M. Djamil Kota Padang periode Januari 2018-Desember 2020. Hasil: Penelitian ini menunjukkan usia terbanyak penderita osteomielitis terjadi pada kelompok usia 50-54 tahun (17,9%); jenis kelamin laki-laki lebih sering mengalami osteomielitis (79,5%) dibandingkan perempuan (20,5%); mikroorganisme penyebab osteomielitis tersering adalah Staphylococcus aureus (25,6%); lokasi tulang yang terinfeksi paling banyak adalah tibia (25,6%); lama rawat inap terbanyak pada rentang 8-14 hari (51,3%); antibiotik yang paling banyak diberikan adalah ceftriaxone (64,1%); dan teknik debridement merupakan tatalaksana bedah paling banyak dilakukan (35,9%). Kesimpulan: Osteomielitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia 50-54 tahunosteomielitis dengan pasien laki-laki sebagai kelompok jenis kelamin utama. Staphylococcus aureus menjadi organisme penyebab osteomielitis tersering dengan tibia sebagai lokasi tulang yang paling banyak yang terinfeksi. Perawatan dengan rawat inap ditemukan paling banyak pada rentang 8-14 hari, dengan pemberian antibiotik ceftriaxone serta penggunaan teknik debridement sebagai tatalaksana yang paling sering dilakukan.